Semangat Baca AlQuran melalui Grup ODOJ

Suzan Lesmana
Pranata Humas, ASN BRIN, ASNation
Konten dari Pengguna
25 September 2021 15:24 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
16
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Suzan Lesmana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tangkapan Layar Grup Whatsup ODOJ Pusbindiklat LIPI. Sumber: Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Tangkapan Layar Grup Whatsup ODOJ Pusbindiklat LIPI. Sumber: Pribadi
ADVERTISEMENT
Bapak ibu, silakan mengaji sesuai juznya.”
“Silakan memberi ceklist ✅, sekiranya telah menyelesaikan 1 juz.”
ADVERTISEMENT
“Sekiranya ada kendala, dapat diganti dengan mendengar murotal/boleh juga dirapel mengajinya di minggu selanjutnya.”
“Yuk semangat membaca Alquran, semoga menjadi barokah hidup kita.”
“Semoga Allah memudahkan untuk istiqomah, luruskan niat, insyaAllah Khatam tepat waktu. Aamiin.”
Lima baris kalimat yang saya kutip dan menjadi awal artikel ini adalah caption Ustaz Mukhammad Nurul Furqon yang menjadi Koordinator grup Whatsup “One Day One Juz (ODOJ)” Pusbindiklat LIPI yang saya ikuti sejak lama. Dan setelah mencapai juz 30 sang Ustaz membuat jadwal janjian khataman via aplikasi rapat virtual Zoom atau Google Meet. Di luar sana, entah ada berapa banyak lagi grup membaca Al-Quran sehari satu juz atau akrab disingkat ODOJ. Pendeknya, pandemi tak menghalangi saling berbagi dalam kebaikan termasuk maraknya ghirah atau semangat membaca Al-Qur’an.
ADVERTISEMENT
Memang belakangan ini sangat mudah kita temukan grup percakapan baik di Whatsup atau Telegram yang fokus menyelesaikan pembacaan Al-Qur’an sebanyak satu juz yang dibaca keroyokan atau berjama’ah. Hal ini sangat menggembirakan sebagai parameter meningkatnya religiusitas masyarakat tak hanya dalam kehidupan nyata sehari-hari, namun juga di dunia dalam jaringan (online), baik tadarus Al-Qur’an maupun kajian-kajian ke-Islaman.
Sesungguhnya kebiasaan dan ghirah membaca Al-Qur’an tersebut telah dilakukan orang-orang salaf dan zaman dulu. Mereka sudah hidup bersama Al-Qur’an. Imam Nawawi menceritakan tak sedikit dari mereka yang mengkhatamkan Al-Qur’an setiap pekan, setiap enam hari sekali sampai satu hari sekali. Seperti Imam Syafi’i yang mengkhatamkan Al-Qur’an 2 kali sehari (kira-kira 60x sebulan) pada bulan Ramadan. Imam Abu Hanifah khatam Al-Qur’an setiap malam dalam 1 raka’at.
ADVERTISEMENT
Bagaimana dengan kita? Kadang karena setiap hari dihabiskan untuk urusan dunia, akhirnya berat, tak ada waktu baca Qur’an, tak khatam-khatam 1 juz apalagi 30 juz. Banyak alasan yang terucap. “Nanti saja masih muda, nunggu tua-an.” Lah, memang yakin umurnya panjang sampai tua? Apalagi zaman sekarang hidup di zaman modern dan digital, sudah banyak metode baca Al-Qur’an dari metode Iqro’, Tilawati, Yanbu’a, Qiro’ati, Tartiila, Nahdhiyyah, Ummi, dan lain-lain. Jadi tak ada alasan lagi menunda-nunda belajar membaca Al-Qur’an, Saudara.
Bazzar meriwayatkan dalam kitab La’aali Masnunah bahwa Al-Qur’an akan menjelma menjadi “seseorang” pria tampan yg selalu menjaga kita, memeluk kita, melindungi kita. Ia akan datang saat tubuh kita mulai dikafankan hinggalah ke alam barzah dan hari kebangkitan. Al-Qur’an akan memperkenalkan dirinya pada si mayit sehingga ia merasa tenang dan tidak ketakutan di alam kubur. Sosok Al-Qur’an tak mau melepaskan diri dan tak mau dipisahkan dengan kita hingga Allah memasukkan kita ke dalam syurga (Abu Shafaa Al-Ichwan, 2021).
ADVERTISEMENT
Dari Sa’id bin Sulaim ra, Rasulullah bersabda, “Tiada penolong yang lebih utama derajatnya di sisi Allah pada hari Kiamat selain daripada Al-Qur’an. Bukan nabi, bukan malaikat dan bukan pula yang lainnya.” (Abdul Malik bin Habib-Syarah Ihya)
Yuks jadikan Qur’an Imam kita dan bersahabat dengannya dengan selalu membacanya baik sendiri maupun berjama’ah dalam grup-grup ODOJ dan sejenisnya. Biasakan istiqamah, jangan putus amalan agar terbiasa. Ulama Tashawwuf menyatakan "Istiqamah lebih baik dari 1000 karamah."
“Teruslah berbuat baik, karena kebaikan itu menular.”
“Ke Jakarta beli kemeja, buat lebaran di hari pertama.
Baca berita bole-bole saja, baca Qur’an lebih utama.”
***
Suzan Lesmana – Pranata Humas BRIN