Konten dari Pengguna

Tips dan Pengalaman Menjadi Ustaz Pengganti Kultum Ramadhan

Suzan Lesmana
Pranata Humas, ASN BRIN, ASNation
30 April 2022 13:56 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Suzan Lesmana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Dokumen Pribadi Suzan Lesmana
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Dokumen Pribadi Suzan Lesmana
ADVERTISEMENT
Tak mudah menjadi ustaz badal atau ustaz pengganti meski hanya tujuh menit atau disingkat kuliah tujuh menit (kultum). Banyak ustaz yang menolak karena sudah bentrok jadwal atau memang perlu persiapan. Istilahnya tak bisa dadakan seperti tahu bulet digoreng dadakan. Saya akan berbagi tips dan pengalaman saya menjadi ustaz pengganti kultum Ramadhan selama ini.
ADVERTISEMENT
Setiap tahunnya, masjid atau musala akan membentuk panitia khusus yang melaksanakan kegiatan-kegiatan ketika bulan Ramadhan hingga Idulfitri usai. Menjadi rutin pula sebagai salah satu panitia di masjid perumahan, biasanya saya kebagian menjadi ustaz badal alias ustaz pengganti yang berhalangan memberikan kultum Ramadhan.
Sebelum saya mulai memberikan tips dan pengalaman menjadi ustaz kultum dadakan, perlu saya sampaikan dulu bahwa kultum saat salat Tarawih adalah pilihan yang diputuskan takmir atau Dewan Keluarga Masjid (DKM). Ada pula masjid atau musala yang tak menjadikan kultum bagian salat Tarawih.
Namun, ada pula kombinasi keduanya, di mana kultum diadakan saat tarawih hanya di akhir pekan. Biasanya sesi kultum diletakkan setelah salat tarawih menjelang witir. Namun ada pula yang meletakkannya sebelum salat tarawih dimulai.
ADVERTISEMENT
Kultum Adalah Bentuk Dakwah
Berbicara kultum, merupakan salah satu bentuk dakwah dalam mensyiarkan ajaran Islam yang disampaikan dalam durasi pendek sekitar tujuh menit. Judul yang disampaikan para ustaz pun beragam. Kebetulan karena bulan Ramadhan maka topik yang dibawakan pun seputar Ramadhan.
Ada baiknya saya singgung sedikit tentang apa itu dakwah. Secara bahasa, dakwah diserap dari bahasa Arab, yaitu da’a, yad’u, da’watan yang bermakna menyeru, mengajak, atau memanggil. Orang atau ustaz yang menyerukannya disebut da’i, sementara orang yang diseru disebut sebagai mad'u.
Allah SWT. pun memerintahkan berdakwah kepada ummat Rasulullah SAW dalam QS. Ali 'Imran: 104: “Waltakum minkum ummatun yad’uuna ilal khair waya’muruuna bil ma’ruuf wayanhawna ‘anil munkar wa ulaa-ika humul muflihuun”, yang artinya: “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”.
ADVERTISEMENT
Hal senada dapat pula kita temukan di QS. Fussilat: 33 dan QS. An-Nahl: 125. Inilah yang menjadi dasar masjid atau musala selalu mengagendakan kultum menjadi bagian rangkaian mendirikan salat malam saat Ramadhan.
Jika Tak Siap Jadi Ustaz Pengganti Kultum
Adalah sebuah hal yang biasa meski jadwal ustaz yang bertugas sebagai imam maupun mengisi kultum telah dibuat rapih sedemikian rupa, namun menjelang hari H-nya sang ustaz berhalangan hadir. Maka konsekuensinya panitia harus mencari ustaz badal atau ustaz pengganti.
Tak mudah tentu saja, mengingat jadwal para ustaz yang padat merayap. Apalagi tahun ini masjid dan musala sudah normal kembali melaksanakan kegiatan seperti sebelum pandemi melanda negeri. Meksi demikian, prokes tetap dijaga seperti memakai masker, dan yang sakit diimbau beribadah di rumah.
ADVERTISEMENT
Untuk itulah panitia pun bertanggungjawab mencari pengganti imam dan kultum. Saya termasuk yang sering menjadi pengganti imam dan kultum, khususnya kultum. Untunglah meski saya tidak berlatar belakang pendidikan dari pondok pesantren, namun bekal ilmu komunikasi dan kehumasan, dan mengaji di beberapa guru agama telah membentuk dan membuat saya terbiasa dengan situasi mendadak yang melibatkan mic dan publik. Tak terkecuali urusan kultum.
Untuk kultum, saya pikir para panitia memang harus siap. Tak cukup hanya menyediakan buku kumpulan kultum untuk hal yang bersifat dadakan. Kredibilitas pemberi kultum meski bukan ustaz sesungguhnya menjadi penilaian reputasi masjid atau musala dalam memilih penceramah di mata jama’ah.
Tentu beda kesannya antara ustaz menyampaikan kultum dengan membaca teks dengan ustaz yang menyampaikan kultum tanpa teks. Meski bukan ustaz sesungguhnya, setidaknya pemberi kultum menghafal dan menguasai materinya hingga tak harus membaca teks.
ADVERTISEMENT
Nah kadang kala kalau menghafal kelemahannya adalah lupa. Karena memang manusia itu tempatnya salah dan lupa: “mahallul khata’ wan nisyan”. Kalau yang tak terbiasa ceramah, maka perkara gangguan mic saja bisa membuat buyar hafalan. Hal ini pernah dialami oleh salah satu pengurus. Maksud hati agar materi yang disampaikan pas 7 menit, malah jadi lupa gegara gangguan teknis mic. Akhirnya teks yang awalnya sebagai jaga-jaga, akhirnya terpakai juga buat dibaca.
Tips Menjadi Ustaz Pengganti Kultum
Biasanya selain menjadi ustaz pengganti kultum, menjadi imam adalah sepaket. Maka bagi saya wajib hukumnya mengulang kembali surat-surat yang akan dibaca saat menjadi imam agar tidak macet bak kendaraan yang mudik lebaran.
Untuk konteks kultum, kebetulan dari dulu saya senang mengoleksi bahan-bahan ceramah dengan judul atau tema tertentu. Kadang saya tulis manual di kertas, kadang saya ketik di word komputer. Sehingga ketika diminta dadakan menjadi ustaz pengganti kultum, saya cukup membaca beberapa kali judul yang sesuai dengan permintaan panitia.
ADVERTISEMENT
Hal yang paling krusial adalah menghafalkan dan memahami dalil-dalil utama tema yang saya bawakan. Selain itu, tak lupa latihan sendiri di depan cermin dengan durasi sesuai tujuan acara. Misalnya kultum yang hanya 7 menit, usahakan latihan pas 7 menit. Karena saat tampil biasanya ada improve dengan jama’ah dan kejadian-kejadian teknis yang tak terduga, seperti mic tak sesuai ekpektasi (suara sumbang, kabel terinjak). Akibatnya waktu tambah molor dan bikin jamaah gelisah.
Itulah sedikit tips dan pengalaman saya ketika menjadi ustaz pengganti kultum dadakan ramadan tahun 1443 H ini dan juga Ramadhan-Ramadhan sebelumnya. Alhamdulillah lancar, meski kadang durasi 7 menit memang tak cukup memaparkan sebuah judul. Seringnya malah 10 menit bahkan lebih, hehehe.
ADVERTISEMENT
Yang penting cara menyampaikan ke jama’ah menarik perhatian maka jama’ah akan menikmati kultum kita. Misalnya dengan diselipkan pantun atau contoh keseharian masyarakat dan melibatkan mereka seolah-olah jadi bagian kultum kita tanpa menyinggung diri mereka secara langsung. Itu.
***