Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
AI dan Kesehatan: Apakah Kecerdasan Buatan Sudah Bisa Menggantikan Dokter?
12 November 2024 8:08 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Ofadhani Afwan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Merebaknya perkembangan kecerdasan buatan (AI) telah mulai mengubah industri di seluruh dunia, tidak terkecuali layanan dalam bidang kesehatan. Dari proses penegakan diagnosis yang diotomatisasi hingga operasi robotik, AI terbukti menjadi alat yang ampuh dalam meningkatkan efisiensi dan akurasi layanan medis. Namun seiring dengan kemajuan teknologi, muncul pertanyaan yang menarik: Bisakah AI menggantikan tenaga kesehatan?
Banyak pihak yang ketakutan akan kehilangan pekerjaannya dengan pengembangan AI, termasuk dari kalangan tenaga kesehatan. Meskipun gagasan tentang bagaimana AI menggantikan tenaga kesehatan secara utuh mungkin terlihat tidak masuk akal, kita telah menyaksikan bagaimana AI membuat langkah signifikan di banyak bidang layanan kesehatan. Meskipun demikian, ada banyak pihak yang mengkonsiderasi proses etika, teknis, dan perspektif sosial penting yang diselesaikan sebelum AI dapat menggantikan tenaga medis sepenuhnya.
ADVERTISEMENT
Apa Saja yang Dilema Dalam Kecerdasan Buatan di Aspek Medis?
Etika
Potensi AI dalam layanan kesehatan sangat luas. Algoritme pembelajaran mesin dapat menganalisis gambar medis, memprediksi perkembangan penyakit, dan bahkan mempersonalisasi rencana perawatan berdasarkan profil genetik individu. Selain itu, sistem AI dapat memproses sejumlah besar data kesehatan dengan kecepatan yang tidak mungkin dicapai oleh pekerja manusia.Tapi sebagai sebuah entitas yang diprogram oleh manusia, hal ini tentu akan menghilangkan berbagai aspek sosial termasuk dalam bidang penegakan etika.
Pengenalan AI dan robot dalam perawatan kesehatan menimbulkan masalah etika, termasuk dampaknya terhadap otonomi pasien. Pekerjaan dalam bidang medis adalah pekerjaan yang berisiko dan sangat dinamis. Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam proses penentuan keputusan, termasuk preferensi milik pasien. Dalam keadaan tertentu, tidak selalu tata laksana yang dicantumkan dalam panduan merupakan tata laksana yang paling tepat untuk pasien. Sebagai contoh, dalam kasus penentuan kontrol kehamilan, proses diskusi yang organik antara pasien dengan dokter menjadi penting. Faktor lain seperti agama, hubungan pribadi, psikososial, dan ekonomi akan sulit untuk disimpulkan oleh sebuah program yang dalam analisis datanya sudah ditentukan sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Teknis
Robot dan AI memiliki potensi untuk meningkatkan layanan kesehatan, membuat layanan menjadi lebih mudah diakses, terjangkau, dan efisien. Teknologi juga dapat memungkinkan perawatan pasien tingkat tinggi, produktivitas klinis, dan keselamatan bagi pasien dan petugas layanan kesehatan. Tapi terlepas dari itu semua, hingga saat ini bantuan teknologi masih dalam tingkat menambah kualitas layanan kesehatan dan belum mampu menggantikan secara utuh peran tenaga medis. Setiap manusia memiliki tubuh yang berbeda dan setiap penyakit dapat memberikan gambaran yang berbeda. Untuk dapat melepaskan semua tanggung jawab itu kepada teknologi, perlu penelitian yang masif dalam populasi luas untuk memperoleh data yang dapat diandalkan.
Sosial
Tata laksana pasien tidak selalu terkait dengan obat dan tindakan medis operatif, tapi juga termasuk proses tatalaksana psikososial. AI dan robot tentu tidak dapat memberikan psikotherapy yang sama seperti yang dilakukan oleh tenaga kesehatan. Hal ini yang masih hilang dan belum dapat tergantikan oleh teknologi semata. Perspektif pasien sangat berpengaruh dalam proses kesembuhan mereka. Bagaimana dokter dapat menenangkan dan memvalidasi kondisi psikologis pasien dapat memberikan efek baik pada tubuh sebagaimana obat-obat farmakoterapi lainnya.
ADVERTISEMENT
Apakah Profesi Kesehatan Saat Ini Sudah Terancam?
Dengan melihat keseluruhan aspek tersebut, hingga saat ini robot dan AI masih sangat jauh posisinya untuk dapat menggantikan peran dokter seutuhnya. Teknologi hanya berperan sebagai bantuan bagi tenaga medis untuk dapat meningkatkan kualitas layanan kesehatan. Diperlukan banyak waktu, tenaga, dan material untuk dapat membawa teknologi hingga menggantikan tenaga medis. Setidaknya masih diperlukan waktu puluhan tahun untuk mengembangkan teknologi yang ada. Namun, apakah pada suatu titik waktu posisi tenaga medis dapat digantikan secara keseluruhan atau tidak? Belum ada jawaban pasti untuk hal tersebut.