Konten dari Pengguna

BK dan Tantangan Abad 21: Mengarahkan Siswa Menuju Kemandirian

Ofera Listyani
Mahasiswa Bimbingan Konseling Universitas Sebelas Maret
5 November 2024 11:37 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ofera Listyani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto oleh Ivan Samkov dari Pexels: https://www.pexels.com/id-id/foto/cinta-kasih-rasa-sayang-orang-orang-4624901/
zoom-in-whitePerbesar
Foto oleh Ivan Samkov dari Pexels: https://www.pexels.com/id-id/foto/cinta-kasih-rasa-sayang-orang-orang-4624901/
ADVERTISEMENT
Dalam menghadapi era globalisasi dan digitalisasi yang terus berkembang, dunia pendidikan dihadapkan pada berbagai tantangan. Salah satu contohnya adalah bagaimana membina peserta didik agar tidak hanya memiliki kompetensi akademik tetapi juga kemandirian dalam berbagai aspek kehidupan. Bimbingan dan Konseling (BK) memegang peranan penting dalam mencapai tujuan tersebut. Sebagai bagian yang menyatu dari sistem pendidikan, BK melaksanakan tanggung jawab untuk membimbing peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya secara mandiri, sehingga siap menghadapi tantangan abad 21.
ADVERTISEMENT
Kemandirian bukan hanya tentang kemampuan untuk berdiri sendiri, tetapi juga mencakup pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan adaptasi terhadap lingkungan yang terus berubah. Melalui program konseling yang efektif, siswa dapat dibimbing untuk memahami diri sendiri, mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan, serta merencanakan langkah-langkah untuk mengembangkan potensinya.
Namun, menghadapi tantangan ini bukanlah tugas yang mudah. ​​Kemajuan teknologi yang cukup pesat sering kali membuat peserta didik terlalu bergantung pada informasi instan, yang sebenarnya dapat menghambat kemandirian berpikir kritis. Selain itu, tantangan sosial seperti tekanan dari media sosial dan lingkungan sekitar dapat memengaruhi kepercayaan diri dan motivasi siswa. Di sini, BK memainkan peran penting dalam menanamkan nilai-nilai kemandirian dan menumbuhkan pola pikir positif.
Sebagai ilustrasi, konselor dapat memberikan bimbingan tentang keterampilan hidup, seperti manajemen waktu, kemampuan komunikasi, dan berpikir kritis. Memiliki keterampilan ini akan meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam menghadapi situasi yang membutuhkan kemandirian, baik dalam lingkungan akademis maupun sosial.
ADVERTISEMENT
Selain itu, program bimbingan dan konseling yang tepat sasaran dapat menciptakan lingkungan belajar yang menyeluruh, mendukung perkembangan setiap individu sesuai dengan kemampuannya. Sangat penting untuk memastikan bahwa setiap siswa merasa didukung dalam mengatasi tantangan pribadi dan sosial yang mereka hadapi, sehingga mereka tidak hanya bergantung pada orang lain.
Peran guru BK sebagai fasilitator kemandirian harus didukung oleh semua elemen sekolah, termasuk kepala sekolah, guru mata pelajaran, dan orang tua. Kolaborasi yang baik antara semua pihak akan memperkuat proses pembinaan karakter siswa yang mandiri. Dengan dukungan penuh yang ada, program BK akan lebih efektif dalam mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan dunia yang semakin kompleks.
Menurut pandangan saya, di abad ke-21, layanan Bimbingan dan Konseling harus beralih dari sekadar pusat konseling menjadi agen pemelihara pengembangan karakter. Siswa yang mandiri dan berpikiran kritis adalah investasi masa depan yang tidak hanya mampu bertahan di tengah persaingan global, tetapi juga berperan aktif dalam masyarakar. Dengan membimbing siswa menuju kemandirian sejati, BK berperan besar dalam mencetak generasi yang berdaya dan siap menghadapi tantangan masa depan.
ADVERTISEMENT
Disusun oleh : Ofera Listyani dan Prof. Dr. Andayani, M.Pd.