Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
Konten Media Partner
Tanah Bergerak, 'Murka' Alam yang Sering Terjadi di Bogor
6 April 2018 18:09 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
ADVERTISEMENT
Fenomena geologi gerakan tanah yang banyak terjadi di wilayah dataran tinggi sering menimbulkan kekhawatiran, terlebih bagi masyarakat yang tinggal di sekitar area tersebut. Wilayah Kabupaten dan Kota Bogor merupakan daerah rawan akan tanah bergerak yang berujung pada bencana longsor.
ADVERTISEMENT
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat, ada sekitar 40 titik daerah rawan longsor yang teridentifikasi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Merunut permasalahan, mengapa Bogor kerap mengalami fenomena tersebut?
Peneliti sekaligus dosen Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjajaran Bandung, Dicky Muslim kepada Mongabay Indonesia menjelaskan, pergerakan tanah atau longsor pada prinsipnya terjadi bila gaya pendorong di lereng atas lebih besar dari gaya penahan di bawahnya. Hal ini disebabkan dua faktor mendasar.
Pertama, faktor pendorong, berkaitan dengan hal yang memengaruhi kondisi material itu sendiri. Kedua, adanya pemicu yang bisa berkaitan langsung dengan penyebab bergeraknya material tersebut.
“Keduanya berkait dan kita bisa membedakannya. Faktor pendorong, misalnya di wilayah tersebut memang material batuan dan tanahnya lapuk, sehingga mudah tergerus apabila air meresap ke dalam terus-menerus. Untuk faktor pemicu, timbul akibat aktivitas di atas permukaan tanah yang menyebabkan bobot tanah meningkat hingga tidak mampu lagi menopang beban,” papar Dicky, Kamis (5/4/2018).
ADVERTISEMENT
Wilayah Puncak Pass, Bogor, Jawa Barat yang sering terjadi longsor akibat pergerakan tanah. Foto: Donny Iqbal/Mongabay Indonesia
Lebih lanjut Dicky menerangkan, karakteristik batuan dan tanah di wilayah Bogor memang memiliki potensi gerakan cukup besar. Ini didasari topografi dengan kemiringan lereng curam dan kondisi geologis berupa tanah vulkanologis dari gunung api muda yang ada di sekitarnya.
Batuan endapan gunung api, batuan sedimen kecil bercampur pasir, kerikil, dan lempung cenderung lapuk dan kurang kuat. Batuan jenis itu, kata dia, akan mudah bergerak apabila mengalami proses pelapukan.
Kondisi Puncak Pass, Bogor, Jawa Barat yang rawan longsor bukan hanya karena tanah semata tapi juga ada pemicunya. Foto: Donny Iqbal/Mongabay Indonesia
Selain dua faktor mendasar tadi, ada pengaruh lain yang juga sangat penting, yaitu air. Air merupakan unsur kunci dalam proses terjadinya gerakan tanah. Sistem drainase yang tidak begitu baik ditambah vegetasi di lereng yang terus menghilang ikut menyumbang terjadinya pergeseran tanah dan longsor di wilayah Bogor.
ADVERTISEMENT
“Tanah memiliki tingkat korosi yang tinggi, sangat mudah untuk meresap air. Sementara daya serap alami dari pepohonan sudah tidak ada, air terus masuk ke dalam tanah, ditambah beban dari aktivitas di permukaan yang semakin meningkat. Jadilah pergeseran tanah itu,” tambahnya.
Longsor yang sering terjadi di Puncak Pass, Bogor, Jawa Barat, merupakan kejadian alam yang harus diantisipasi kedepannya. Foto: Donny Iqbal/Mongabay Indonesia
Pemaparan Dicky Muslim diperkuat oleh peneliti Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Agus Budianto. Menurut Agus, geomorfologi Bogor yang berbukit dengan lereng curam, dibangun dengan endapan material pelapukan dari batuan gunung api muda. Di samping itu, aktivitas manusia yang tidak terkontrol, serta curah hujan tinggi menyebabkan potensi longsor semakin besar.
ADVERTISEMENT
“Posisi Bogor ini persis di lembah Pangrango dan Salak. Sebagian besar batuan dan tanahnya dibangun dari material gunung api dengan tingkat kelapukan yang sangat tinggi. Sementara, tata kelola kawasan selama ini belum optimal, memicu banyaknya pembangunan infrastruktur yang tidak sehat dengan tidak memerhatikan lingkungan,” terangnya, kepada Mongabay Indonesia kemarin.
Peta zona kerentanan gerakan tanah di wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sumber: Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
Mitigasi
Agus Budianto yang juga menjabat Kepala Bidang Mitigasi Gerakan Tanah PVMBG mengatakan, aktivitas gerakan tanah masih berpotensi cukup tinggi di sejumlah titik wilayah Bogor. Berdasarkan peta potensi gerakan tanah yang dikeluarkan Badan Geologi, khusus kawasan Puncak, masih berada di zona merah gerakan tanah.
ADVERTISEMENT
“Badan Geologi setiap bulannya selalu memperbarui peta prakiraan zona kerentanan gerakan tanah. Peta itu disusun dari hasil overlay atau tumpang susun antara peta zona kerentanan gerakan tanah yang diterbikan Badan Geologi dengan peta prakiraan curah hujan yang diterbitkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG),” jelasnya.
Ruang hijau yang banyak dijadikan permukiman dan peruntukan lain di Puncak Pass, Bogor, Jawa Barat membuat wilayah ini sering longsor. Foto: Donny Iqbal/Mongabay Indonesia
Dia menambahkan, peta itu juga, rencananya akan disempurnakan dengan overlay pertumbuhan permukiman dan pertumbuhan perubahan lahan. Namun, Agus menegaskan informasi pada peta kerentanan gerakan tanah tersebut bukan diperuntukkan mencegah kejadian. Melainkan, sebagai peringatan dini, antisipasi, dan mencegah korban bila terjadi longsor.
ADVERTISEMENT
“Upaya preventif ini, harapannya agar semua stakeholder mengambil langkah untuk wilayah prioritas rentan longsor. Selain itu, masyarakat yang berada di sekitar wilayah rentan gerakan tanah juga harus aktif menjaga. Apabila ada retakan sedikit apapun, jangan hanya diam, karena itu bisa jadi tanda-tandanya,” pungkas Agus.
Peta prakiraan gerakan tanah wilayah Kabupaten Bogor dan Kota Bogor. Sumber: Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Dilansir dari situs resmi Badan Geologi, kejadian gerakan tanah atau longsor periode Maret 2018 yang melanda sebagian besar Jawa, dipicu oleh intensitas curah hujan tinggi hingga sangat tinggi. Sepanjang Maret, setidaknya terhitung 146 kejadian gerakan tanah atau tanah longsor di 43 kabupaten/kota.
Kejadian longsor juga berulang kali terjadi di kawasan Puncak (Cianjur dan Bogor) termasuk kawasan Puncak Pass. Longsor di kawasan tersebut sudah sering, kejadiannya mulai Januari 2009, 2013, 2014, dan 2018 ini.
ADVERTISEMENT
***
Ditulis oleh Reza Septian untuk Mongabay Indonesia