Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Kemoterapi, Siapa Takut ?
6 Juni 2018 13:03 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
Tulisan dari Official News tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh : Fifi Dwijayanti, Hendi Setiadi (Mahasiswa Pasca Sarjana FKM UI)
ADVERTISEMENT
KANKER merupakan penyakit yang sangat menakutkan bagi semua orang. Siapa yang tidak takut bahkan depresi ketika divonis mengidap penyakit ini olehdokter.
Persepsi bahwa Kanker merupakan penyakit yang mematikan masih tertanam dalam stigma masyarakat. Kanker termasuk salah satu kelompok penyakit tidak menular atau non communicable diseases (NCD) yang menyumbang sekitar 54% dari 14,7 juta kematian per tahun. Hampir setengah dari total beban penyakit terjadi di 11 negara berpenghasilan rendah dan menengah di wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Berdasarkan data WHO tahun 2010, hampir 30% dari jumlah kematian akibat penyakit tidak menular terjadi pada umur sebelum 60 tahun. Kematian akibat NCD ini diperkirakan akan terus meningkat secara global sebesar 15% antara tahun 2010 dan 2020, hingga mencapai 44 juta kematian.
ADVERTISEMENT
Pengobatan yang dilakukan oleh penderita kanker yang paling utama adalah kemoterapi, akan tetapi hamper semua pasien sangat takut dan memiliki tingkat kecemasan tinggi dalam menjalani kemoterapi.
“Pasien yang dating berobat kesini itu ekspresinya sedih, cemas, dan ada juga yang sampai depresi. Sebenarnya mereka yang cemas itu karena rata-rata sudah stadium 4, sudah menyebar ke mana-mana,” Ujar Ns. TutiRohayati, salah satu perawat Rumah Sakit Kanker Dharmais yang telah bekerja selama 25 tahun.
Menjalani kemoterapi menjadi hal yang menakutkan bagi pasien, apalagi jika harus dilakukan operasi. Tidak sedikit pasien yang memutuskan untuk tidak melakukan kemoterapi. Mereka lebih memilih menggunakan jalur pengobatan alternatif.
Kemoterapi adalah chemical treatment theraphy yang berarti memasukkan zat kimia (obat anti kanker) kedalam tubuh pasien yang memiliki dampak kerusakan sel tubuh normal yang berpengaruh pada sumsum tulang belakang yang berfungsi memproduksi sel-sel darah. Selain itu, efek kemoterapi juga dapat menyebabkan rambut rontok, kuku menjadi hitam, mual, dan muntah. Hal inilah yang ditakutkan oleh pasien dalam menjalani kemoterapi.
ADVERTISEMENT
Ns.Nuryanti Samosir, S.Kep, Sp.Kep Onk, salah satu supervisor rawat jalan dan perawat spesialis onkologi di Rumah Sakit Kanker Dharmais mengatakan, bahwa sebenarnya pasien tidak perlu merasa takut menjalani kemoterapi, karena kemoterapi merupakan salah satu cara untuk mematikan sel-sel kanker. Efekkemoterapi yang dirasakan dapat diatasi dengan obat anti mual.
Ns. Nuryanti pun memberikan tips bagi penderita kanker dalam mengatasi efek kemoterapi,yaitu dengan mengalihkan pikiran ketika mual dan muntah dengan hal-hal yang menyenangkan, minum yang banyak, makan sayur dan buah agar terhindar dari sariawan, dan istirahat yang cukup. Minum yang banyak berfungsi untuk mengeluarkan racun yang telah dimasukkan ketubuh penderita saat kemoterapi, sehingga efek kemoterapinya bias diminimalisasi. Makan sayur dan buah dimaksudkan untuk regenerasi sel-sel tubuh yang rusak akibat kemoterapi.
ADVERTISEMENT
Kemudian, istirahat yang cukup bertujuan agar tubuh memiliki waktu untuk membentuk sel-sel dan jaringan yang rusak. Selain itu, dukungan keluarga juga merupakan hal yang sangat penting dalam memberikan semangat pada penderita untuk kuatdalam melawan penyakitnya.
Kemoterapi bukanlah hal harus ditakuti. Jalani prosedur pengobatan kanker secara tepat merupakan kunci dari kesembuhan. Kanker kini bukan lagi merupakan penyakit degeneratif, tapi sudah bergeser kearah life style. Oleh karena itu, pola hidup sehat, seperti olahraga, makan makanan yang bebas MSG dan pengawet merupakan salah satu cara menghindari penyakit kanker.
Kanker bias disembuhkan jika diobati secaradini. Oleh karena itu, upaya deteksi dini merupakan langkah awal dalam melakukan pencegahan penyebaran kanker, sehingga kanker bias diatasi.(***)
ADVERTISEMENT