Konten dari Pengguna
AI Hanya 10%: Selebihnya 90% Kecerdasan Manusia dalam Curhat
1 Juni 2025 11:18 WIB
·
waktu baca 4 menit
Kiriman Pengguna
AI Hanya 10%: Selebihnya 90% Kecerdasan Manusia dalam Curhat
Dalam beberapa tahun terakhir, kecerdasan buatan (AI) telah berkembang pesat, menawarkan berbagai fungsi yang membantu manusia dalam komunikasi.Fahed Syauqi
Tulisan dari Fahed Syauqi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Dalam beberapa tahun terakhir, kecerdasan buatan (AI) telah berkembang pesat, menawarkan berbagai fungsi yang membantu manusia dalam komunikasi, analisis data, hingga membantu dalam aspek psikologis seperti konseling digital.
ADVERTISEMENT
Namun, apakah AI benar-benar mampu menggantikan naluri dan kecerdasan manusia dalam berbagi perasaan dan refleksi diri?
Banyak yang percaya bahwa AI hanya berkontribusi sekitar 10% dalam proses curhat sebagai alat yang membantu mengorganisasi pikiran dan memberikan perspektif tambahan sementara 90% tetap berasal dari manusia itu sendiri, baik dalam bentuk emosi, pengalaman, intuisi, maupun pemahaman mendalam.
Artikel ini akan mengulas mengapa kecerdasan manusia tetap menjadi faktor dominan dalam proses curhat dan bagaimana AI dapat berperan sebagai pendukung yang tetap terbatas.
AI telah diterapkan dalam berbagai platform untuk komunikasi interaktif, termasuk chatbot yang mampu memberikan respons terhadap keluh kesah dan pertanyaan pribadi.
Banyak orang menggunakan AI sebagai sarana refleksi, terutama saat mereka merasa kesulitan mencari seseorang untuk berbicara atau memahami perspektif lain.
ADVERTISEMENT
Namun, AI memiliki keterbatasan mendasar yang menjadikannya hanya sebagai alat bantu, bukan pengganti pengalaman manusia dalam curhat.
Terdapat beberapa alasan utama mengapa AI hanya dapat memberikan kontribusi sebesar 10%:
1. Tidak memiliki empati sejati
AI mampu menganalisis data dan menyusun kata-kata yang terdengar meyakinkan, tetapi tanpa pengalaman dan emosi manusia, ia tidak dapat benar-benar memahami perasaan seseorang secara mendalam.
2. Kurangnya konteks emosional yang kompleks
Manusia berbicara dengan nuansa yang kaya, dari bahasa tubuh hingga intonasi suara, yang tidak dapat direplikasi secara penuh oleh AI.
3. Curhat adalah proses interaksi emosional
Ketika seseorang berbicara tentang masalah mereka, seringkali yang dibutuhkan bukan solusi logis, melainkan koneksi emosional dan dukungan psikologis yang kuat.
ADVERTISEMENT
4. Pengalaman manusia bersifat unik dan subjektif
AI bekerja dengan pola dan prediksi, sedangkan curhat sering kali melibatkan variabel-variabel yang hanya bisa dipahami oleh manusia melalui intuisi dan pengalaman.
Peran AI dalam Curhat: Pendukung, Bukan Pemimpin
Meskipun AI tidak dapat menggantikan naluri dan kecerdasan manusia dalam proses curhat, AI tetap memiliki beberapa kontribusi penting sebagai alat pendukung:
- Membantu menyusun dan mengorganisasi pikiran
AI bisa membantu seseorang memahami pola pikir mereka dan memberikan perspektif baru yang mungkin belum mereka pertimbangkan.
- Menyediakan ruang refleksi tanpa penilaian
AI tidak memiliki prasangka atau bias sosial, sehingga bisa menjadi alat yang digunakan untuk mengekspresikan perasaan tanpa takut dihakimi.
- Menghubungkan dengan sumber daya atau informasi
ADVERTISEMENT
AI dapat merekomendasikan artikel, buku, atau teknik self-help yang sesuai dengan masalah yang sedang dihadapi.
- Menjadi teman diskusi sementara
Ketika seseorang kesulitan menemukan orang lain untuk berbicara, AI bisa menjadi tempat sementara untuk berbagi pemikiran sebelum akhirnya mencari dukungan manusia yang lebih mendalam.
Namun, semua ini tetap hanya bagian kecil dari keseluruhan proses curhat. Inti dari curhat adalah koneksi manusia—kepercayaan, empati, dan pemahaman yang didasarkan pada pengalaman hidup.
Curhat dan Naluri Manusia
Naluri manusia dalam berbagi dan menerima curhat adalah sesuatu yang berkembang secara alami dan tidak dapat direplikasi oleh teknologi. Ketika seseorang bercerita kepada orang lain, ada interaksi kompleks yang melibatkan ekspresi wajah, nada suara, bahasa tubuh, dan bahkan resonansi emosional yang tidak bisa diinterpretasikan secara sempurna oleh AI.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pengalaman pribadi seseorang seringkali menjadi faktor penting dalam memberikan dukungan kepada orang lain. Misalnya, seseorang yang pernah mengalami kehilangan akan memahami secara mendalam perasaan orang lain yang sedang berduka.
AI, meskipun mampu memberikan data dan analisis, tidak memiliki pengalaman hidup yang memungkinkan pemahaman emosional yang mendalam seperti ini.
Inilah sebabnya mengapa kecerdasan manusia tetap menjadi elemen dominan dalam proses curhat. AI hanya dapat membantu dalam aspek struktural dan analitis, tetapi tidak bisa memberikan kenyamanan sejati yang berasal dari kehadiran dan pemahaman manusia.
AI adalah alat yang dapat memberikan bantuan dalam refleksi dan analisis, tetapi ia tidak bisa menggantikan esensi curhat yang bersumber dari kecerdasan, naluri, dan pengalaman manusia.
ADVERTISEMENT
Dalam proses berbagi perasaan dan refleksi diri, sekitar 90% tetap bergantung pada manusia pemahaman emosional, intuisi, dan koneksi yang tidak bisa dihasilkan hanya dari pola data.
Meskipun AI berkembang dan semakin canggih, ia tetap akan menjadi pelengkap, bukan pengganti. Curhat adalah proses mendalam yang membutuhkan sentuhan manusia, dan teknologi hanya bisa membantu dalam batas tertentu.

