Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
E-Haze, Sistem Edukasi Sampah Sejak Dini melalui Ekonomi Sirkular di Sekolah
26 September 2021 6:39 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Fahed Syauqi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sepiring bakso dapat membuat Faizul menunda rasa lapar dan kembali belajar dengan penuh semangat. Saat istirahat tiba, siswa/i mulai bersiap untuk mengumpulkan bintang semangat pada program E-Haze yang berada di MI Tahfidz Nurul Huda. Bagaimana keseruan program E-Haze yang dapat memberi edukasi kepada siswa/i terkait isu sampah plastik?
ADVERTISEMENT
Sampah telah menjadi isu strategis untuk ditangani secara kolaboratif. Semakin banyak sampah yang tidak terkelola mengakibatkan kerusakan lingkungan yang kian parah. Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya produksi plastik yang sulit terkendali.
Pada tahun 1970, isu sampah plastik telah menjadi isu yang harus ditangani secara bersama melalui perilaku konsumen dan pengelolaannya dalam beberapa tahun terakhir.
Edukasi terkait penanganan limbah masih sangat minim. Sistem yang digunakan masih menggunakan pendekatan Ekonomi Linear Tradisional, di mana model yang digunakan ialah ambil-pakai-buang (take, make and dispose). Hal tersebut menyebabkan siswa-siswi hanya akan terus menghasilkan sampah setiap harinya. Beberapa sekolah telah mencoba untuk menerapkan konsep "Zero Waste" dengan cara membawa alat makan dan minum sendiri sehingga dapat mengurangi timbunan sampah setiap harinya. Sebagaimana yang disampaikan oleh Nur Febriani Ririn ( 2020), Beberapa sekolah di Cimahi telah mengurangi limbahnya sekitar 10 ton per-harinya. Meskipun demikian, program pengurangan sampah tersebut masih mengalami kendala terkait konsistensi dari para guru, murid, dan pedagang.
ADVERTISEMENT
Pendekatan Ekonomi Sirkular berpegang pada prinsip mengurangi sampah dan memaksimalkan sumber daya yang ada. Dengan berkembangnya teknologi, sampah seharusnya bisa diatasi dengan cara "Norm Construction". Konstruksi Norma merupakan cara bagaimana norma baru dapat diimplementasikan. Teknologi sangat memudahkan generasi millenial untuk mengolah data yang besar. Oleh karena itu, sistem E-Haze atau Happy Zero Waste diharapkan dapat saling membantu antara guru, siswa, dan pedagang.
Kendala yang dialami oleh "Zero Waste Movement" ialah minat dan identitas yang masih sangat labil. Hal ini disebabkan oleh kurangnya motivasi sejak dini untuk menerapkan norma baru. Oleh sebab itu, pendekatan melalui edukasi sampah sejak dini sangat dibutuhkan untuk mengubah suatu realitas sosial.
E-Haze memiliki makna Happy Zero Waste, di mana siswa-siswi akan diperkenalkan tentang cara mengurangi sampah dengan membawa botol dan piring sendiri dari rumah. Namun, apakah sistem tersebut sudah efektif? Tentu saja tidak, mereka akan diberikan kartu identitas yang berisikan "kode bar atau bar code" untuk nantinya dapat dipindai oleh pedagang dan memperoleh bintang di setiap transaksinya. Data yang telah diperoleh oleh pedagang akan dikumpulkan untuk ditukarkan dengan hadiah dari hasil pengurangan sampah plastik dan styrofoam. Hal tersebut dapat menciptakan efek domino terkait ekonomi sirkular terhadap guru, siswa, dan pedagang yang saling menguntungkan. Lingkungan pun akan semakin asri secara berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, sistem yang terintegrasi diharapkan dapat mengurangi asap pembakaran dari sampah melalui program edukasi "Happy Zero Waste".
Berikut gambaran ekonomi sirkular antara guru, siswa dan pedagang.
Penulis mencoba menerapkan sistem E-Haze di Pondok Pesantren Hamalatudzikra Putat Payung, Mertapada Wetan, Astanajapura, Cirebon.