Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Curiga
29 Agustus 2021 11:09 WIB
·
waktu baca 10 menitTulisan dari Prof. Dr. Ok Saidin SH M. Hum H tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Curiga termasuk salah satu dari sekian banyak penyakit hati. Frasa lain dari kata "curiga" adalah sakwa sangka. Tindakan menduga-duga yang belum tentu ada kebenarannya. Bisa jadi juga kecurigaan itu ada benarnya. Tetapi kecurigaan itu seringkali juga banyak tidak benarnya. Susahnya, kalau kecurigaan itu sudah menyebar ke mana-mana, tapi kemudian ternyata tidak benar. Tentu perbuatan curiga itu berubah menjadi fitnah. Fitnah dapat merusak tatanan persaudaraan. Bisa merusak satu kampung, bahkan bisa menghancurkan satu Negara. Kehidupan yang dipenuhi dengan rasa curiga tak pernah bisa membawa kedamaian. Ketenangan dan ketenteraman jiwa terganggu oleh siapa saja yang menyimpan rasa curiga. Jika sedang berbisnis, kemudian kita melihat rekan bisnis kita tiba-tiba menjadi kaya, kita curiga bahwa dia berbisnis dengan cara-cara yang kotor atau curang. Jika teman sekantor kita yang pekerjaan tak jauh berbeda dengan kita, tiba-tiba ia hidup berkecukupan, timbul rasa curiga sedangkan kita selalu saja merasa kekurangan.
ADVERTISEMENT
Jika seseorang terlalu menyibukkan dirinya membantu orang lain, kita pun curiga ada apa di balik tindakan kebaikannya itu. Jika ada orang yang menyumbang ke rumah-rumah ibadah, timbul juga kecurigaan, "jangan-jangan dia ingin terpilih menjadi Ketua Menteri Negara Bagian." Jika ditemukan orang yang setiap harinya berpakaian putih dan memanjangkan jenggotnya, jalan merunduk, kecurigaan muncul, jangan-jangan orang ini berpura-pura jadi orang suci. Bahkan jika ada seorang anak balita yang menangis kelaparan di pinggir jalan, timbul rasa curiga, jangan-jangan ini sengaja dirancang orang tuanya, supaya timbul rasa iba atau belas kasihan. Orang tersenyum kita curiga, apalagi melihat orang sedang marah. Pokoknya curiga ini, membuat sesuatu yang menjadikan objek pandangan kita menjadi semuanya negatif. Begitulah bahayanya penyakit curiga, bila dia menghinggapi hati manusia.
ADVERTISEMENT
Berkali-kali Mehnan mendapat fitnah yang berawal dari kecurigaan teman kerjanya. Kali ini Mehnan benar-benar terpojok ketika di hadapan meja kerjanya terletak berbagai perhiasan mewah beserta tumpukan dinar-dirham. Padahal Mehnan belum satu menit yang lalu memasuki ruangan kerjanya itu. Ketika ia masuk, barang-barang itu sudah tertumpuk di atas mejanya. Sialnya, polisi kota memergoki Mehnan bersama barang-barang perhiasan dan dinar-dirham itu di meja kerjanya. Mehnan dijebak. Polisi kota mendapat telepon dari seseorang dan langsung menuju ke kantor Mehnan. Mehnan difitnah. Polisi memang sudah lama curiga dengan Mehnan, karena mendengar berbagai bisikan dari orang-orang di sekitar Mehan yang hisik dengan keberhasilan Mehnan. Mulai dari jabatan Mehnan sampai pada harta kekayaannya. Akhirnya Mehan harus mendekam di Kantor Tahan Kota. Mengetahui kejadian itu Bahlul sahabat lama Mehnan mengunjunginya.
ADVERTISEMENT
"Hamba difitnah Bahlul." Itulah ucapan yang keluar dari bibir Mehnan ketika Bahlul menghampirinya. "Hamba tak mengira semuanya akan berakhir seperti ini. Hamba sudah berbuat dan menjalani pekerjaan hamba sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang hamba yakini kebenarannya. Mengapa nasib hamba harus berakhir di sini" sambung Mehnan.
"Engkau harus bersabar Mehnan." Bahlul mencoba menenangkan sahabatnya. "Ketahuilah Mehnan, Pucuk pohon cemara, tak pernah berhenti bergoyang karena terpaan angin. Puncak batu karang pun di laut tak pernah sepi dari terjangan ombak samudera. Itu karena Sang Khalik meletakkannya pada tempat yang tinggi. Ketinggiannya akan menampakkan keindahannya dari kejauhan. Rerumputan yang rendah walaupun tumbuh hijau, tapi selalu diabaikan dari pandangan. Walaupun keduanya menyumbangkan keindahan yang sama pada bebukitan itu. Keindahannya yang tampak dari jarak dekat, membuat rerumputan selalu diinjak kaki manusia. Pucuk pohon cemara yang sulit dijangkau itu, selalu menjadi pusat perhatian, sekaligus menjadi sasaran fitnah yang bermula dari curiga.
ADVERTISEMENT
Untuk menduduki tempat yang tinggi memang harus menunggu bertahun-tahun diterpa hujan dan panas. Melewati beberapa musim. Pada musim semi keindahan pucuk cemara tampak bersama mekarnya bunga-bunga. Pada musim panas keindahan pucuk cemara tampak rindang. Pada musim gugur, yang tampak hanyalah ranting pohon cemara dari kejauhan dan pada musim dingin pohon cemara diselimuti oleh salju tebal yang memutih. Begitulah musim silih berganti, karenanya hati, jiwa, dan pikiran kita hendaklah melihat bahwa semua perubahan musim itu akan menghadirkan keindahan yang silih berganti yang tampak pada pohon cemara itu. Tapi tak ada yang tahu bagaimana pohon cemara itu tumbuh dan dapat bertahan hidup dalam pergantian musim itu? Orang-orang hanya melihat keindahan dan ketinggiannya dari kejauhan. Batang dan akarnya tampak berkerut seperti guratan kening seorang ibu yang membesarkan anaknya selama bertahun-tahun. Semakin menjulang tinggi pohon cemara itu, semakin banyak kerutan pada batang dan akarnya yang timbul. Orang yang melihat keindahan pohon cemara dari kejauhan tak pernah paham akan hal itu. Mereka berpuas hati melihat keindahan itu, lalu menimbulkan sakwa sangka, menimbulkan curiga dalam hati, jiwa dan pikirannya. Bagi orang-orang yang berprasangka baik, dalam hatinya ia berkata, Maha hebat Sang Khalik menciptakannya, tapi bagi mereka yang berprasangka buruk, benaknya akan dipenuhi oleh rasa curiga. Curiga bagaimana pohon-pohon cemara itu bisa bertahan pada empat musim, sedangkan rerumputan mati kekeringan pada musim panas, mati diselimuti salju pada musim dingin. Rerumputan baru memulai hidupnya kembali pada musim semi, lalu dedaunannya sujud ke bumi pada musim gugur. Begitulah siklus kehidupan rerumputan. Berbeda dengan pohon cemara yang tetap bertahan pada perubahan iklim berbagai musim.
Sungguh itu menimbulkan banyak kecurigaan, orang-orang melupakan bahwa dalam tiap-tiap kehidupan ada "campur tangan" Sang Maha Pemberi Kehidupan. Begitu juga perjalanan kehidupan kita sebagai manusia, Mehnan. Ada yang menjalani kehidupannya seperti rumput ada yang seperti pohon cemara. Engkau telah ditakdirkan hidup seperti pohon cemara dan batu karang di samudera. Orang-orang yang berusaha memfitnahmu, menjatuhkan Engkau dari kedudukanmu, hanya dilakukan oleh orang-orang yang jiwanya dipenuhi oleh kebencian dan kepicikan. Semakin kencang tiupan angin menerpa, maka semakin kokoh batang dan ranting-ranting kehidupanmu seperti pohon cemara itu, Mehnan. Jadi tertaplah bersyukur dan bersabar. Jangan takut dan jangan bersedih, Sang Maha Pemelihara akan terus menghampiri dan menjagamu, bersama dengan orang-orang yang bersyukur dan bersabar lainnya. Jika Engkau hari ini difitnah, tetaplah Engkau bersyukur, karena hari ini Engkau masih diberi nikmat kesehatan yang melimpah. Jika hari ini Engkau difitnah tetaplah Engkau bersabar, karena Sang Maha Penyabar sedang menjanjikan yang terbaik untuk kehidupanmu berikutnya. Sang Maha Pemberi Kebesaran dan Kemuliaan ingin mengangkatmu ke tempat derajat yang lebih tinggi dan mulia. Janji Sang Khalik itu selalu tepat, Mehnan. Engkau harus yakini itu," sambung Bahlul meneruskan petuah yang ia peroleh dari Syekh Soramettin, pada saat Bahlul mendapatkan fitnah hebat dua tahun yang lalu.
ADVERTISEMENT
"Engkau lihat betapa beratnya kehidupan yang hamba jalani pada masa-masa itu Mehnan. Tapi hamba berusaha untuk bertahan. Hamba curahkan dan tumpahkan semuanya kepada Sang Maha Pemberi Keadilan, yang Maha Mengatur Kehidupan, pemilik bumi dan langit dengan segala isinya. Setiap hari hamba meluangkan waktu menemui guru hamba, Syekh Soramettin. "Kehidupan ini hanya memiliki dua peristiwa saja Bahlul." Demikian petuah Syek Sora pada suatu waktu di musim semi dua tahun lalu. "Dua peristiwa itu, yusrun (anugerah kenikmatan) dan 'usrun (kesusahan atau musibah). Tak lebih dari itu. Jika Engkau mendapat anugerah kenikmatan hendaklah Engkau bersyukur, tetapi jika Engkau mendapat musibah, maka senantiasalah Engkau bersabar.
Jika Engkau bersyukur, Sang Khalik akan menambah kenikmatan yang melimpah, yang tak Engkau duga-duga datangnya. Bisa dari atas, bisa dari bawah, bisa dari kiri dan dari kananmu. Tapi jika Engkau lalai dan lupa bersyukur, maka Sang Khalik mengingatkan, akan ada azab yang pedih yang akan ditimpakan kepadamu. Wujud syukur itu bisa dalam bentuk sedekah dari sebahagian hartamu yang ada. Engkau jangan katakan, hari ini hamba sedang kesulitan keuangan, jadi hamba tak bisa bersedekah. Ingatlah, Sang Maha Pemberi Rezeki memerintahkan, hendaklah kamu mengeluarkan sebahagian dari hartamu (sedekah) pada saat Engkau dalam keadaan lapang (berkelebihan harta) maupun dalam keadaan sempit (kesulitan atau kekurangan). Bersedekahlah di jalan Sang Khalik, dengan tanganmu sendiri dan ini akan menghindarimu dari kejatuhan dan ancaman kebinasaan. Bersedekahlah, sebelum datang hari di mana pada hari itu tak ada lagi waktu untuk bersedekah, tak ada lagi jual-beli, tak ada lagi persahabatan dan tak ada lagi pertolongan. Sedekahmu akan dihitung seumpama satu biji benih yang engkau tanam, dan menumbuhkan tujuh tangkai dan tiap-tiap tangkai ada seratus biji.
ADVERTISEMENT
Rezeki yang akan diturunkan Sang Khalik itu maha luas pada siapa yang Dia kehendaki. Karena itu bersedekahlah walau kamu sedang berada dalam keadaan kesulitan keuangan. Tingkatan keikhlasan bersedekah itu tidak dibedakan Sang Khalik apakah Engkau dalam keadaan lapang atau sempit. Engkau tinggal memilih, kalau lagi lapang bersedekah lebih banyak, kalau lagi sempit sedekahnya bisa dikurangi. Lakukan sesuai kemapuanmu. Walaupun dalam keadaan sempit hati terasa berat untuk bersedekah. Itulah godaan setan yang hendak membawamu kepada sifat kikir. Yang akan dihitung Sang Khalik adalah keikhlasanmu untuk mengeluarkan sebahagian dari kenikmatan rezeki yang diberikan-Nya.
Ikhlas itu seperti matahari yang memberi kehangatan pada tanam-tanaman. Matahari tak pernah tahu dan bercerita kepada planet lain, bahwa ia telah memberi kehangatan pada makhluk di bumi. Ikhlas itu seperti hujan yang membasahi bumi, hujan tak pernah bercerita bahwa ia telah memberi kehidupan pada makhluk di bumi. Kapan matahari harus terbit dan kapan ia menghilang ditelan kegelapan malam, ia patuh pada garis edar yang telah ditetapkan Sang Maha Mengatur. Begitu juga dengan hujan, ia akan turun membasahi bumi sesuai kehendak-Nya. Begitulah sedekah yang ikhlas, tak perlu tangan kiri tahu ketika tangan kanan memberi, apalagi mata, hati, dan pikiran kita bahkan mulut kita ikut menghitungnya.
ADVERTISEMENT
Bersedekah itu di samping mensucikan hartamu, juga mensucikan jiwamu, menghilangkan sifat angkuh dan sombong, mengurangi musuh-musuhmu dan menambah sahabatmu bahkan menghidarkanmu dari penyakit dan dapat memperpanjang umurmu. Engkau akan terhindar dari sakwa sangka, ghibah, fitnah, ujaran kebencian dan akan menjauhkanmu dari rasa curiga. Ingatlah hartamu itu bukanlah milikmu. Bersedekah itu akan mengantarkan kita kepada Taqwa. Taqwa itu akan mengantarkanmu kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi.
Harta itu titipan Sang Khalik kepada siapa yang Dia kehendaki. Jika harta itu Engkau habiskan sendiri, maka harta itu tak tercatat sebagai kekayaanmu di mata Sang Khalik, tetapi jika Engkau sedekahkan, itulah harta sesungguhnya yang tercatat di sisi Sang Khalik." Begitulah Guru hamba berpesan, Mehnan," sambung Bahlul.
ADVERTISEMENT
Mehnan terdiam, pikirannya melayang jauh terhadap kecintaannya yang berlebihan pada kekuasaan dan harta yang ia kumpulkan selama ini. Dalam renungannya ia menyadari betapa selama ini yang ia anggap benar dan telah menjalakankan pekerjaannya sesuai petunjuk kebenaran yang ia yakini, ternyata masih ada yang salah. Itulah sebabnya ia tak bisa menghindari kecurigaan orang lain yang membuahkan fitnah terhadap dirinya. Mehnan memang benar dalam mendapatkan jabatan dan hartanya. Kesalahannya selama ini hanya, ia kurang banyak bersedekah tak pandai berbagi antar sesama akan nikmat Sang Pemberi Rezeki yang diamanahkan kepadanya. Ia mengira apa yang ia dapat adalah atas usahanya sendiri tanpa campur tangan Sang Khalik. Mehnan kurang bersyukur dan tak pandai menjalankan cara-cara untuk bersyukur. Atau kalaupun ia mengeluarkan sebahagaian dari rezekinya terlalu jauh dari unsur keikhlasan, lebih banyak unsur ria, membangga-banggakan. Tangan kirinya selalu memperhatikan ketika tangan kanannya memberi. Jika hari ini Mehnan mendapatkan teguran dari Sang Khalik, itu adalah sebagai ujian untuk menyentakkan kesadarannya. Tapi kedatangan sahabatnya Bahlul hari ini, telah mengubah pendiriannya. Ia berpesan kepada Bahlul, selepas kunjungannya ini sampaikan pesan kepada kleluarganya, agar segera mensedekahkan sebahagian dari hartanya.
ADVERTISEMENT
Sebelum Bahlul mengakhiri kunjungannya ia meneruskan lagi petuah gurunya. "Selain bersyukur Engkau harus bersabar Mehnan. Bersabar menunggu takdir yang lebih baik yang akan diturunkan Sang Maha Menetapkan untukmu. Ada Ungkapan pepatah Arab, man shabara zhafira, siapa yang bersabar akan beruntung. Sang Khalik akan senantiasa bersama-sama orang yang bersabar. Cobaan ini dibebankan kepadamu, karena Sang Maha Mengetahui sudah memperhitungkan bahwa Engkau pasti sanggup untuk memikulnya. Di balik kesulitan ada kemudahan, Mehnan. Kitab Suci yang menamakan dirinya sebagai Pemberi Petunjuk mengingatkan itu dalam dua potong ayat yang bergandengan. Ayat yang berulang dengan makna dan tujuan yang sama. Peringatan itu, agar Engkau tetap bersabar, Mehnan menunggu perjalanan takdir yang lebih baik yang akan dilimpahkan kepadamu oleh Sang Maha Bijaksana," Bahlul menutupi perbincangannya, seraya meletakkan kedua tangannya ke kedua pundak Mehnan.
ADVERTISEMENT
Lonceng tanda mengakhiri kunjungan untuk tamu telah berbunyi, Bahlul bergegas ke luar dari "rumah neraka" bangunan manusia itu. Dari kejauhan ketika Bahlul menoleh ke belakang tampak Mehnan merunduk sambil menyeka air matanya.