Daun Pisang

Prof. Dr. Ok Saidin SH M. Hum H
Guru Besar Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Konten dari Pengguna
8 September 2021 8:08 WIB
·
waktu baca 10 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Prof. Dr. Ok Saidin SH M. Hum H tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh : OK. Saidin
Ilustrasi daun pisang Foto: pixabay
Tak banyak orang yang mengira daun pisang banyak menyimpan kebaikan. Pohon yang tumbuh di kawasan tropis ini adalah salah satu pohon yang buahnya banyak mengandung khasiat. Pada buah pisang tersimpan banyak, karbohidrat dan vitamin yang berguna untuk kesehatan manusia. Sewaktu masih bayi banyak ibu yang menambah asupan anaknya dengan pisang yang dihaluskan. Terutama jenis pisang awak atau pisang klutuk yang mengandung lendir dan kadang-kadang ada yang terlalu banyak bijinya. Tapi siapa mengira bahwa daunnya jauh lebih bermanfaat. Lihatlah tempe yang dibungkus dengan daun pisang rasanya jauh lebih gurih dibandingkan dengan tempe yang dibungkus dengan plastik. Begitu juga tapai yang dibungkus dengan daun pisang aroma dan rasanya berbeda jauh dengan tapai yang dibungkus dengan plastik. Kueh nagasari atau lemet yang dibungkus dengan daun pisang, jauh lebih tahan lama terkontaminasi bakteri jika dibandingkan dengan yang dibungkus dengan plastik yang cepat berlendir dan basi. Dikisahkan Bung Karno ketika makan pada masa perjuangan dahulu, lebih lahap memakan nasi yang terbungkus dari daun pisang, daripada nasi yang disajikan di piring atau di bakul bambu. Suatu saat pada masa kejayaan pemerintahannya ia meminta pelayan istana untuk membungkus nasi yang akan disantapnya dengan daun pisang sebelum dihidangkan di meja makan.
ADVERTISEMENT
Tapi kini cerita kejayaan daun pisang telah digantikan dengan kejayaan plastik. Tali dari batang pisang pun telah digantikan dengan tali plastik. Padahal daun pisang sangat mudah untuk mendapatkannya. Tak perlu mengurus izin dengan birokrasi yang berbelit untuk mendapatkan daun pisang. Tidak seperti mendapatkan atau memproduksi plastik. Untuk mendirikan pabriknya, perlu minta izin lokasi di kawasan industri khusus untuk produksi plastik yang produksinya akan menghasilkan limbah beracun. Kebun pisang tak menghasilkan limbah beracun, karena itu tak perlu izin AMDAL, seperti mendirikan pabrik plastik. Cukup dengan menanami lahan kosong yang tidak dimanfaatkan atau menamannya di celah-celah tanaman palawija, atau di celah-celah pohon tanaman keras di dalam dan di pinggiran kebun. Pohon pisang bisa tumbuh di kawasan dataran rendah dan dataran tinggi. Tapi bangsa kita tak banyak yang mengambil manfaat dari daun pisang. Para peneliti di perguruan tinggi pun tak banyak yang melakukan riset ilmiah tentang daun pisang.
ADVERTISEMENT
Permukaan bagian daun sebelah atas yang menghadap matahari dan menahan embun dan curah hujan dilapisi oleh semacam minyak serta berkilat dan tak pernah diteliti kegunaannya bagi manusia. Bagian permukaan daun sebelah bawah dilapisi semacam tepung berwarna putih abu-abu. Jangan salah kalau membungkus makanan dengan daun pisang. Untuk mendapatkan kue lupis atau lontong berwarna hijau cukup dengan menggunakan daun pisang dan membungkusnya menggunakan bagian permukaan daun pisang sebelah atas yang bersentuhan dengan pulut atau beras yang akan dibuat lupis dan lontong. Akan didapatkan warna hijau yang alami. Jangan terbalik, warnanya akan berbeda, tak hijau lagi. Begitu juga akan berbeda warnanya jika menggunakan pembungkus dari daun kelapa.
Sang Khalik memang menciptakan alam tanpa kesia-siaan. Semuanya berguna. Semua diciptakan dengan keteraturan sesuai fungsi dan kegunaannya. Ditumbuhkan tanam-tanaman sesuai iklim dan lingkungan geografis.
ADVERTISEMENT
Adalah Jepang, bangsa yang sangat konsen terhadap pemanfaatan potensi yang disumbangkan oleh alam. Mulai dari peralatan dapur sampai cara mengelola makanan yang jauh dari penggunaan bahan-bahan kimia. Pemanfaatan sendok dan centong yang terbuat dari bambu dan alat atau wadah makanan dan minuman dari tanah liat adalah produk budaya materil yang terus dilestarikan oleh warga Jepang. Itulah sebabnya daun pisang di Jepang untuk 5 lembar dibandrol dengan harga Rp.800,- Di samping limbahnya tidak merusak lingkungan, juga dapat berfungsi sebagai pupuk organik.
Jepang sebuah negeri yang menghormati leluhurnya namun tak terkikis dengan peradaban modern. Restorasi Meiji memang telah mengantarkan bangsa Jepang ke kehidupan yang lebih demokratis, yang diikuti dengan terbukanya jalan luas untuk membangun tatanan ekonominya yang sejajar dengan sistem ekonomi yang dikembangkan di Barat. Ekonomi kapitalis dan demokrasi liberal. Namun Jepang tetap menghormati Kaisarnya. Tetap mengikuti tradisi peradaban yang yang diwariskan nenek moyangnya selama bertahun-tahun. Berbeda dengan kebanyakan negeri di dunia. Kekuasaan-kekuasaan yang dipandang bertentangan konsep Demokrasi Barat disingkirkan. Apalagi kekuasaan yang bertolak dari pandangan keyakinan agama dan adat istiadat. Itu semua dijadikan dalih untuk memusnahkan tatanan sistem pemerintahan Negara tersebut dan Barat di bawah Komando Amerika akan siap memberikan dukungan. Begitulah kehancuran beberapa Negara di Timur Tengah yang kita saksikan Pasca Perang Dunia II. Negara-negara di kawasan Timur Tengah saat ini sedang berbenah membangun tatanan sistemnya ke arah Demokrasi Liberal yang akan mengantarkannya pada sistem ekonomi kapitalis.
ADVERTISEMENT
Bersandar pada pola-pola kehidupan tradisional dan kearifan lokal dianggap bagian yang akan menghambat proses pembangunan dan membuat Negara-negara di dunia akan lamban dalam percepatan pencapaian hasil Marrakesh Convention 1994 dalam mewujudkan tatanan ekonomi global di bawah kendali Organisasi Perdagangan Dunia. Tapi di sisi lain banyak individu yang hidup di negeri semacam itu, kemudian menghabiskan waktunya di desa-desa tradisional di pedalaman dan bahkan ada yang kemudian tinggal menetap bersawah, beternak dan bahkan mengikuti cara-cara-cara hidup masyarakat setempat. Mereka lebih menemui makna kehidupan, ketenangan jiwa dan kepuasan tersendiri ketika menyantap nasi, tiwul dan getuk yang dibungkus daun pisang, ketimbang menyantap ayam goreng yang terbungkus dalam kotak dan plastik yang berwarna warni yang didapati di kota.
ADVERTISEMENT
Dampak yang paling kecil saat ini dirasakan di kota-kota yang terimbas dengan alam pikir kehidupan Barat. Daun jati dan daun pisang kini tidak lagi dijumpai sebagai pembungkus, termasuk di pasar-pasar tradisional. Masyarakat lokal tak tertarik lagi dengan daun pisang dan daun jati. Kueh dan sembarang jenis makanan sudah dianggap cukup baik bila dikemas dengan pembungkus plastik. Tak ada yang tahu bahaya penyakit kanker yang terus mengintai di balik penggunaan plastik itu, sekalipun badan pemerintah yang mengawasi penggunaan bahan yang terbuat dari plastik itu sudah mengeluarkan surat maklumat layak guna termasuk untuk keperluan yang berhubungan dengan makanan dan minuman. Hilang sudah kearifan lokal yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka dari generasi ke generasi.
ADVERTISEMENT
Kini sungai dan laut diancam dengan limbah plastik. Para aktivis lingkungan mulai resah. Konvensi Rio de Janeiro dan Protokol Kyoto seakan tak mampu mengatasi ulah perbuatan tangan manusia yang tak pernah henti mencemari lingkungan. Beban lingkungan semakin bertambah berat dengan sumbangan sampah plastik. Semua Negara kini diajak untuk kembali ke keramah-tamahan alam. Jawaban itu kini ada di Jepang, Negara yang sebenarnya ikut mempelopori dan mengembangkan industri plastik, namun peminat tinggi Daun Pisang.
Bahlul termenung dan merenungkan perjalanan nasib bumi ke depan. Tapi seperti biasanya ia tak mau mencari mencari jawaban sendiri. Ia menghadap Gurunya Syekh Soramettin.
Gelisah hamba menatap masa depan, Seolah tak terjawab dengan pikiran, Mengapa manusia selalu melupakan, Petuah leluhur yang telah diwariskan.
ADVERTISEMENT
Daun pisang pembungkus nasi, Buat hidangan di siang hari, Kini hamba sedang menanti, Mendengar petuah petunjuk negeri.
"Bahlul muridku", Syekh Sora memulai kuliahnya. Sang Khalik telah menciptakan alam ini dan segala isinya penuh dengan perhitungan dan keteraturan. Tiap-tiap belahan bumi dan langit ada tempat sendiri-sendiri. Di langit ada tempat untuk galaksi. Di bumi ada samudera, laut, sungai, gunung, bukit dan lembah. Ada wilayah dengan 4 musim, ada yang dua musim. Flora dan Fauna dengan beraneka ragam. Manusia pun diciptakan dengan beragam suku, bangsa dan bahasa. Itu salah satu di antara sekian banyak nikmat yang diciptakan Sang Khalik. Tanpa campur tangan manusia Sang Khalik telah menciptakan keteraturan. Engkau perhatikan Bahlul, pohon kelapa tumbuh di sepanjang pantai yang beriklim tropis di dunia. Jika Engkau berkeliling pantai, sulit Engkau dapatkan air minum yang layak untuk diminum. Air bersih sulit ditemukan. Jika Engkau menggali tanah dengan mengorek permukaan pasir di pinggir pantai untuk menemukan air bersih, Engkau tak akan pernah mendapatkan mata air yang memancarkan air bersih. Air yang Engkau temukan selalu rasanya asin juga berbau dan terkadang bercampur lumpur dan berminyak. Tapi Sang Khalik dengan sifat Maha Pengasih dan PenyayangNya, Dia tumbuhkan pohon kelapa yang buahnya terbungkus oleh sabut, di dalam sabut ada tempurung, di dalam tempurung ada air yang sangat steril dan higienis yang siap untuk melepaskan dahagamu, Bahlul.
ADVERTISEMENT
Tapi berbeda, jika Engkau menelusuri perbukitan dan hutan di dataran tinggi, Bahlul. Engkau akan mudah mendapatkan air. Ada saja mata air yang terpancar dari celah-celah batu dan mengalir di celah-celah pepohonan. Jika Engkau merasa haus cukup Engkau menengadahkan telapak tanganmu, air itu dapat langsung diminum. Steril dan higienis. Tapi engkau akan mendapatkan udara dingin, sejuk yang kadang-kadang membuat Engkau kedinginan dan menggigil. Tapi Sang Khalik menumbuhkan satu jenis pohon di kawasan itu yang bila engkau makan buahnya, tubuhmu akan terasa hangat, itulah buah durian. Engkau dapat mengutip buah durian yang gugur terkumpul tak jauh dari pohonnya, walaupun ia tumbuh di bukit-bukit yang terjal. Buahnya jatuh tidak menggelinding jauh di kaki bukit, tapi tetap berada di bawah pohonnya. Mengapa? Sang Khalik menciptakan kulitnya berduri, sehingga jika buahnya jatuh akan tertancap dan atau terbungkus dedaunan tak sampai menggelinding di kaki-kaki bukit. Tetapi kalau buahnya terbungkus dedaunan akan sulit mengenalnya dengan dedaunan yang ada di sekitarnya. Engkau tak perlu khawatir Bahlul, Sang Khalik menciptakan buah durian itu dengan mengeluarkan bau atau aroma harum yang khas akan menusuk hidungmu. Dengan indera penciumanmu Engkau akan mudah menemukan buah itu sekalipun tersembunyi di balik dedaunan. Nikmat mana lagi dari Sang Khalik yang Engkau dustakan Bahlul? Tak bisa kita bayangkan Bahlul, jika kelapa di pinggir pantai sana diciptakan Sang Khalik kulitnya berduri. Pastilah ketika buah itu jatuh akan tertancap ke dalam lumpur dan tenggelam dibawa air pasang. Mungkin kelapa sudah punah di muka bumi. Tapi Sang Khalik membuat kulitnya berserabut yang berat jenisnya lebih rendah dari berat jenis air laut, sehingga ketika kelapa itu jatuh ke air ia akan timbul dan mengapung. Kemudian di bawah ombak dan lalu dihempaskan lagi ke pantai-pantai di seluruh dunia. Maka tumbuhlah pohon kelapa di kawasan pantai. Tak dapat juga kita bayangkan Bahlul, jika Sang Khalik menciptakan buah durian berkulit licin seperti kelapa dan tidak mengeluarkan aroma harum, Engkau tak tahu lagi di mana posisi buah durian itu ketika jatuh, pastilah sudah menyasar di celah-celah bukit yang terjal itu.
ADVERTISEMENT
Buah rambutan jika masih hijau Engkau tak dapat melihatnya dari kejauhan. Warnanya sama dengan warna daunnya, jangan Engkau petik Bahlul. Tapi ketika warnanya merah dan tampak dari kejauhan, barulah Engkau boleh memetiknya Bahlul. Begitulah Sang Khalik untuk memudahkan semua urusan manusia. Nikmat mana lagi dari Sang Khalik yang Engkau dustakan Bahlul. Sangat celakalah jika manusia tak bisa memberi kemudahan kepada makhluk lain, apalagi sesama manusia. Ingatlah Engkau akan pepatah orang bijak Bahlul, Beri kemudahan pada makhluk yang di bumi niscaya makhluk yang ada di langit akan memohon dan memberi kemudahan kepadamu.
Alam dan segala isinya termasuk tumbuh-tumbuhan yang diciptakan Sang Khalik adalah untuk memberi kemudahan kepada kita, Bahlul. Itu adalah ayat-ayat Sang Khalik yang tidak tertulis yang harus Engkau baca dan Engkau pahami, lalu Engkau amalkan dalam keseharianmu. Begitulah daun pisang tadi, itulah kemurahan Sang Khalik kepada makhluknya. Jangan Engkau cepat-cepat memutuskan bahwa plastik itu baik untuk kehidupanmu. Sang Khalik pernah mengingatkan, "Sesungguhnya apa-apa yang baik menurutmu, belum tentu baik di mata Sang Khalik, boleh jadi ia akan menimbulkan keburukan, sebaliknya apa-apa yang buruk yang tidak engkau sukai boleh jadi ia memberikan kebaikan." Jadi jangan lah Engkau memutuskan satu perkara dengan pikiranmu sendiri, boleh jadi pikiranmu itu keliru.
ADVERTISEMENT
Di Negeri kita Bahlul ada makanan bernama, Sarma, Dolma atau Dolmeh (Persia) yaitu masakan yang terbuat dari beras yang dibungkus dengan daun anggur. Daun anggur itu sama fungsinya dengan daun pisang. Bisa membuat makanan tahan lama dan dalam jangka yang panjang untuk tidak terkontaminasi dengan bakteri. Oleh karena itu kembalilah pada kearifan yang diajarkan Sang Khalik, kembali kepada alam. Jika itu Engkau lakukan Bahlul, Engkau paling tidak sudah terlepas dari beban yang akan dipikulkan anak cucu kita di kemudian hari, "bahwa bumi yang ia tinggali nantinya adalah bumi yang ia peroleh dari warisan yang kita tinggalkan". Jangan sampai generasi kita mempersalahkan kita di kemudian hari," demikian Syekh Sora mengakhiri pencerahannya.
ADVERTISEMENT
Bahlul tersenyum puas mendengarkan kuliah Syekh Sora petang itu. Ia pun meletakkan kedua tangannya di dadanya seraya membungkukkan badan ke arah Syekh Sora dan Gurunya membalas membungkukkan badan. Bahlul bergegas pulang dengan membawa bekal ilmu yang akan ia praktikkan di sisa hari-hari yang masih dianugerahkan Sang Khalik kepadanya.