Pemaaf

Prof. Dr. Ok Saidin SH M. Hum H
Guru Besar Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Konten dari Pengguna
18 September 2021 10:41 WIB
·
waktu baca 18 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Prof. Dr. Ok Saidin SH M. Hum H tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi ibu dan anak minta maaf. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu dan anak minta maaf. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Tanggal 29 Mei 1453, hari Selasa bertepatan dengan 20 hari bulan Jumadil Awal 875 Hijriah, pukul 05.37 waktu konstantinopel, Mehmed II memasuki Gerbang konstantinopel, pada usianya yang ke 21. Diiringi ribuan pasukannya yang tersisa melawan pasukan Guistiniani Sang Tentara bayaran Kontantinus XI Kaisar Byzantium, ia mengatakan, "Kayse I Rum" Kaisar Roma yang baru. Bangsa Otteman mengatakan dia adalah Al Fatih "Sang Penakluk". Benteng Konstantinopel yang sudah 23 kali dari generasi ke generasi dalam sejarah Ottemen Empire tak tertaklukkan, kini berada dalam genggaman Sultan Mehmed II.
ADVERTISEMENT
Mehmed II terus melangkah memasuki Hagia Sophia bangunan besar di Eropa pada zamannya. Ketika Mehmed memasuki Hagia Sophia, tampak semua orang berdesakan memadati ruangan gereja Hagia Sophia. Semua orang penganut Kristen Ortodoks sejak malam berlindung di dalam gereja itu. Mereka menunduk ketakutan, ada yang membayangkan mereka akan dihabisi, seperti pasukan Ferdinand dan Ratu Isabella dari Castile pada 2 Januari 1492 menaklukkan Granada dan darah umat Islam setinggi mata kaki menggenangi ruang masjid Alhambra.
Dalam suasana mencekam Mehmed II melihat seorang ibu sedang menggendong bayinya dengan tubuh yang gemetar. Mehmed tersenyum, lalu mengambil bayi itu dari pelukan ibunya, Mehmed menggendong bayi itu dan meletakkannya di atas kedua telapak tangannya yang kekar seraya berkata, "Saudara-saudara sekalian, kini kalian semua menjadi bangsa Otteman, kalian bebas menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan kalian."
ADVERTISEMENT
Mehmed tidak saja menjadi penakluk tapi ia juga sekaligus sebagai pemaaf dan pelindung rakyat. Orang-orang Yunani dan Italia bekas pasukan yang direkrut Giustiniani dalam pertempuran melawan Otteman, juga ikut dilindungi. Nama Mehmed yang bermakna Muhammad disematkan di belakang namanya kata "Al Fatih" menjadi Muhammad Al Fatih, yang berarti Muhammad Sang Penakluk.
Bahlul baru saja selesai menelusuri kisah perjalanan Mehmed II di Perpustaakan bangunan tua Artillery Quarters. Bangun itu bekas barak militer Otteman yang dibangun pada tahun 1770-an. Kini bangunan itu oleh Recep Tayyip Erdogan disulap menjadi perpustakaan terbesar di Istanbul yang menyimpan 7 juta buku. Penelusuran Bahlul di perpustakaan itu masih menyisakan tanda tanya di benaknya. Mengapa Sultan Mehmed II tidak melakukan pembantaian terhadap umat Kristiani yang sedang berlindung di dalam Gereja Hagia Sophia? Seperti pasukan Ferdinand dan Ratu Isabella dari Castile pada 2 Januari 1492 membantai umat Islam ketika menaklukkan Granada? Mengapa Mehmed II tidak menawarkan kepada umat Kristiani seperti tawaran Ferdinand dan Ratu Isabella kepada umat Islam; meninggalkan agamanya atau mati.Mehmed II membebaskan semua umat Kristiani menjalankan agamanya. Dalam keinginan tahuannya, Bahlul menghadap Syekh Soramettin.
ADVERTISEMENT
Pertempuran panjang telah berlalu,
Benteng Konstantinopel telah ditaklukkan,
Sultan Mehmed II melangkah maju,
Hilangkan dendam hilangkan kemarahan.
Tak ada lagi darah yang tertumpah,
Tumbuhkan persaudaraan hilangkan gelisah,
Negeri dibangun berdasarkan syari'ah,
Semua rakyat berasa legah
Demikian Bahlul membuka perbincangannya ketika menemui Syekh Soramettin di kediamannya di tengah kota Istanbul. Senja itu di atas langit Istanbul tampak matahari mengeluarkan cahaya merah dan garis-garis merah memantul di atas Selat Bosporus.
"Bahlul, Bahlul,"Syekh Sora dengan suaranya yang lemah lembut memulai perbincangannya. "Pernah Engkau mendengar kisah Kekasih Sang Khalik di Thaif? "Diriwayatkan, demikian lanjut Syekh Sora. "Ketika Kekasih Sang Khalik tiba di Thaif untuk menyebarkan Islam, ia disambut dengan cacian dan makian serta lemparan batu dan kotoran Unta. Oleh rakyat Thaif Kekasih Sang Khalik diusir. Tidak berhenti sampai di situ, Kekasih Sang Khalik diminta untuk meninggalkan Thaif melalui jalan tertentu. Di tengah jalan sudah menunggu sekumpulan pemuda dan satu per satu melepaskan pukulannya ke tubuh Kekasih sang Khalik. Dari pelipis Kekasih sang Khalik menetes darah. Kekasih Sang Khalik menampung darah itu dengan tangannya, agar darah itu tidak menetes di bumi Thaif.
ADVERTISEMENT
Malaikat Jibril Alaihissalam yang menyaksikan kejadian itu, langsung menawarkan kepada Kekasih sang Khalik untuk memusnahkan penduduk Thaif. Jibril Alaihissalam berkata, "Izinkan aku membalikkan dua gunung yang ada di balik bukit Thaif, akan aku musnahkan penduduk Thaif". Kekasih Sang Khalik terdiam sejenak mendengarkan tawaran Malaikat Jibril Alaihissalam. Selanjutnya Kekasih Sang Khalik berkata kepada Malikat Jibril Alaihissalam,
"Jangan, jangan lakukan itu. Mereka ini hanya belum tahu. Mereka adalah orang-orang yang belum mengetahui. Akan ada anak yang lahir dari keturunan negeri ini nantinya yang akan membela Islam". Kekasih Sang Khalik menengadahkan tangannya mendoakan dan meminta kepada Sang Khalik agar anak dan keturunan mereka memeluk Islam dan dari negeri ini akan lahir para pembela Islam. Itulah sifat pemaaf kekasih Sang Khalik, Bahlul". Bahlul menganggukkan kepalanya.
ADVERTISEMENT
"Pernahkah Engkau mendengar kisah Perang Uhud Bahlul." Lanjut Syekh Sora. "Kisah terbunuhnya Hamzah bin Abdul Muthalib r.a , paman Kekasih Sang Khalik pada Perang Uhud dari anak panah Wahsyi bin Harb alias Abu Dasamah budak dari Jubair bin Muth'im. Wahsyi membunuh Hamzah bin Abu Abdul Muthalib r.a bukan kerena kebenciannya kepada Hamzah bin Abdul Muthalib tapi karena janji Abu Sufyan bin Harb akan membebaskannya dari perbudakan. Perang itu di bawah Pimpinan Abu Sufyan bin Harb. Abu Sufyan adalah suami Hindun. Hindun sangat dendam kepada Hamzah karena telah menghabisi ayahnya Uhtbah bin Rabi'ah, putranya dan adiknya pada perang Badar satu tahun sebelumnya, pada tahun ke-2 Hijriah. Hindun dan Abu Sufyan tak bisa memadamkan api dendam dan kemarahannya. Pada waktu itu pimpinan pasukan Muslim dalam Perang Badar adalah Hamzah bin Abdul Muthalib. Pasukan Hamzah hanya berjumlah 300 Pasukan melawan 1.000 pasukan kaum Quraisy. Namun kemenangan berada di pihak Hamzah bin Abdul Mutahlib.
ADVERTISEMENT
Itulah sebabnya dalam Perang Uhud, Abu Sufyan dan Hindun bertekad untuk memenangkannya dan berniat untuk menghabisi Hanzah bin Abdul Muthalib r.a. Ia pimpin 3.000 pasukan ke Madinah. Pasukannya mengambil tempat di kaki gunung uhud dekat dengan dua sumber mata air. Pasukan Muslim di bawah pimpinan kekasih Sang Khalik hanya berjumlah 700 pasukan, pasukan Quraisy di bawah pimpinan Abu Sufyan berjumlah 3000 pasukan infanteri. Pasukan Muslim mendaki bukit Uhud dan di puncak bukit Uhud Kekasih Sang Khalik menempatkan pasukan pemanah, dengan amaran jangan tinggalkan bukit ini dalam keadaan apa pun. Di barisan berikutnya pasukan infanteri yang menggunakan pedang.
Peperangan berlangsung sengit. Babak pertama peperangan, pasukan Muslim berhasil melumpuhkan pasukan Abu Sufyan. Serangan anak panah yang menghujani pasukan Abu Sufyan yang diluncurkan dari puncak Bukit Uhud membuat pasukan Abu Sufyan kucar-kacir. Abu Sufyan menarik pasukannya dengan meninggalkan banyak harta yang berserakan di kaki bukit Uhud. Melihat banyaknya harta yang berserakan, timbul keserakahan para tentara pemanah yang ada di Puncak Bukit Uhud. Mereka lupa pesan Kekasih Sang Khalik, agar jangan meninggalkan tempat. Tapi, karena karena keserakahan akhirnya mereka berjalan menuruni bukit Uhud. Kekasih Sang Khalik sudah mengamanatkan jangan tinggalkan Puncak Bukit Uhud, karena tugas pasukan pemanah akan mengawal pasukan Infanteri yang berada di kaki bukit.
ADVERTISEMENT
Khalid bin Walid yang ketika itu berada di pasukan Quraisy sebelum ia memeluk Islam menyaksikan itu. Khalid memutar diri belakang bukit Uhud lalu naik ke puncak bukit. Kini Khalid menguasai medan pertempuran. Peperangan sengit berlangsung, pasukan Muslim terjepit di tengah ketika pasukan Khalid bin Walid sudah berada di Puncak Bukit Uhud. Akhirnya pasukan Muslim di bawah pimpinan Hamzah bin Abdul Muthalib r.a kalah dan Hamzah terbunuh. Setelah Hamzah bin Abu Abdul Muthalib terbunuh, Hindun istri Abu Sufyan mengunyah hati Hamzah lalu memuntahkannnya. Hindun dendam karena dalam Perang Badar banyak keluarga Hindun yang terbunuh.
Kekasih Sang Khalik bersedih atas kepergian paman yang ia cintai, yang senantiasa membela perjuangannya yang kini telah gugur menghadap Sang Khalik. Di benak Kekasih Sang Khalik melekat nama Abu Sufyan, Khalid bin Walid, Wahsyi dan Hindun yang membuat kesedihannya.
ADVERTISEMENT
Ketika Islam sudah mengibarkan panji-panji kemenangannya pasca-penaklukan Makkah, Kekasih Sang Khalik memaafkan orang-orang yang telah menimbulkan kesedihannya. Abu Sufyan diingatkan oleh kekasih Sang Khalik, ketika pada malam sebelum pagi penaklukan kota Mekkah, "Apakah belum sampai waktunya Engkau untuk masuk Islam. Apakah Engkau percaya tuhan itu Esa, apakah Engkau percaya bahwa Tuhanku lebih kuat dari Tuhanmu. Apakah Engkau percaya bahwa aku utusan Allah". "Semua itu aku percaya ya Muhammad, tapi kalau engkau sebagai utusan Allah aku belum percaya," kata Abu Sufyan.
Ketika pasukan kekasih Sang Khalik memasuki kota Mekkah, Wahsyi sangat ketakutan, takut berjumpa dengan kekasih Sang Khalik karena ia telah membunuh pamannya. Sahabat Wahsyi yang sudah masuk Islam, mengatakan, "Engkau tak perlu khawatir Wahsyi, Kekasih Sang Khalik sangat pema'af. Ia pasti akan mema'afkanmu. Ajukan saja keinginanmu," kata sahabat Wahsyi, ketika membawa Wahsyi menemui kekasih Sang Khalik.
ADVERTISEMENT
Kekasih Sang Khalik tidak dendam, tapi Kekasih Sang Khalik memalingkan wajahnya ketika Wahsyi menghampirinya. Sampai Kekasih Sang Khalik wafat, ia tak pernah memandang wajah Wahsyi. Itu manusiawi, Bahlul. Seperti manusiawinya, Sultan Mehmed II, memerintahkan wazirnya Zaganos Pasha untuk memenggal kepala Candarli Halil Pasha setelah pasukan Mehmed II menaklukkan Benteng Konstantinopel. Ingatan Sutan Mehmed II terlalu panjang terhadap siapa-siapa yang mengkhianati perjuangannya hanya untuk kepentingan pribadinya, tetapi ketika berhadapan dengan kepentingan bangsa yang lebih besar, ia memaafkannya seperti ia memaafkan rakyat Byzantium yang berlindung di dalam Gereja Hagia Sophia. Itu juga yang dilakukan Kekasih Sang Khalik, ia memaafkan penduduk Thaif. Tapi tetap memalingkan wajahnya untuk Wahsyi, karena ia membunuh pamannya untuk kepentingan pribadinya agar dibebaskan dari perbudakan.
ADVERTISEMENT
Begitu juga ketika, Khalid bin Walid memeluk Agama Islam, Kekasih Sang Kahlik tidak dendam kepada Khalid bin Walid, yang mengatur strategi kemenangan di pihak Quraisy dalam Perang Uhud yang akhirnya melumpuhkan pasukan Muslim. Kekasih Sang Khalik tidak hanya menerima dan memaafkanan Khalid, tapi dalam berbagai peperangan kekasih Sang Khalik menunjuknya sebagai Panglima Perang.
Kisah Penaklukan Mekkah Bahlul, adalah kisah pengkhianantan Kaum Quraisy. Kaum Quraisy di bawah Abu Sufyan melanggar perjanjian Hudaibiyah, janjinya 10 tahun gencatan senjata. Tahun ini tak boleh ada orang Madinah yang naik haji. Orang Madinah tah boleh ke Makkah, dan orang Makkah tak boleh ke Madinah. Kalau orang Makkah ke Madinah wajib dipulangkan. Tapi kalau ada orang Madinah ke Makkah boleh tak dipulangkan. Ada dua Kafilah yang selalu berseteru yaitu; Kafilah Kafilah eBani Khuza'ah dan Bani Bakr. Bani Bakr ikut kaum Quraisy dan Bani Khuza'ah ikut ke kubu Kaum Muslimin. Bani Khuza'ah sampai ke kota Mekkah, Bani Bakr memerangi Bani Khuza'ah, Bani Quraisy ikut membantu. Tiga puluh orang Bani Khuzaimah dan rombongannya ikut terbunuh. Amru bin Salim Al Khusa'i utusan Banu Khuzaimah di Mekkah melaporkan peristiwa itu kepada Kekasih Sang Khalik di Madinah. Setibanya di Madinah ia menghadapi Kekasih Sang Khalik, melaporkan kejadian pembunuhan Bani Khuza'ah. Kekasih Sang Khalik mengatakan, "Hak mu untuk mendapat perlindungan dari kami". Setelah melaporkan kejadian itu Amru bin Salim pulang lagi Makkah.
ADVERTISEMENT
Pada 10 Ramadhan tahun 8 H bersama 10.000 pasukannya dari Madinah Pasukan Muslim di bawah pimpinan Kekasih Sang Khalik menuju Makkah. Kejadian ini berlangsung setelah misi Abu Sufyan untuk bernegosiasi dengan Kekasih Sang Khalik gagal. Karena kesalahan itu memang berada di pihak Abu Sufyan, yakni melanggar Perjanjian Hudaibiah. Kekasih Sang Khalik merahasiakan kepergian pasukannya ke Makkah. Kota Madinah ditutup. Kekasih Sang Khalik melarang orang dan penduduk untuk masuk dan keluar dari Kota Madinah.
Ada peristiwa kecil yang mengganggu. Khatib Ibnu Watha'ah mengirim surat kepada Keluarganya Di Mekkah. Ia meminta kepada pemimpin Quraisy di Makkah untuk melindungi keluarganya, karena akan ada serangan dari Kaum Muslimin. Kekasih Sang Khalik, memaafkan Khatib Ibnu Watha'ah yang mengirim surat ke keluarganya di kota Makkah pada saat Kekasih Sang Khalik merahasiakan akan ada penyerangan ke Makkah. Kekasih Sang Khalik memaafkannya, salah satu alasannya dia mengirim surat agar keluarganya dilindungi di Makkah. Lagi pula dia adalah salah satu anggota pasukan yang ikut dalam perang Badar. Itulah alasan hingga Umar bin Khattab tak jadi memenggal kepalanya.
ADVERTISEMENT
Penduduk Makkah baru tahu ada pasukan Kaum Muslimin yang berjumlah 10.000 pasukan akan memasuki kota Makkah setelah beberapa kilo meter lagi pasukan itu sampai di Kota Makkah. Abbas bin Abdulmuthalib r.a paman kekasih sang Khalik dari Makkah menemui Kekasih Sang Khalik, ia kemudian memeluk Islam. Abu Sufyan juga bergegas datang dan diizinkan masuk ke kemah kekasih Sang Khalik bersama Abbas. Ketika Abu Sufyan pulang, Kekasih Sang Khalik meminta Abbas untuk menyampaikan kepada Abu Sufyan supaya menunggu di jalan sambil melihat pasukan Kaum Muslimin yang akan melintas menuju Makkah. Betapa terkejutnya Abu Sufyan melihat pasukan Kaum Muslimin. Abu Sufyan ketakutan, iya sudah membayangkan kekalahannya akan tiba. Saat itulah Kekasih Sang Khalik menawarkannya untuk memeluk agama Islam. Tapi Abu Sufyan belum bersedia.
ADVERTISEMENT
Pagi harinya pasukan Kaum Muslimin memasuki kota Makkah. Kekasih Sang Khalik memberi ultimatum kepada kaum Quraisy, Bagi mereka yang tetap menyarungkan pedangnya dan masuk masjid di lingkungan kakbah dan masuk ke rumah Abu Sufyan akan dijamin keamanannya. Siapa yang masuk rumah abu sofyan aman, siapa yang masuk masjidil haram aman, siapa yang tetap tinggal di rumahnya aman.
"Hari ini kita berkasih sayang", kata Kekasih Sang Khalik. Semua penduduk Mekkah ketakutan. Abu Sufyan pun dimaafkan. Hingga kelak suatu hari Abu Sofyan menjadi pemimpin umat Islam. Kekasih Sang Khalik, "Apakah belum sampai waktunya engkau untuk masuk Islam. Apakah engkau percaya tuhan itu Esa, apakah Engkau percaya bahwa Tuhanku lebih kuat dari Tuhanmu. Apakah Engkau percaya bahwa aku utusan Allah. "Semua itu aku percaya. Tapi kalau engkau utusan Allah aku belum percaya," begitu kata Abu Sufyan.
ilustrasi pixabay.com
Ada beberapa nama-nama yang masuk daftar untuk dibunuh, karena kezaliman yang mereka lakukan sudah melampaui batas pada masa lalu. Di antaranya, Ikrimah bin Abu Djahal, Abdul Uzzah, Abdulllah bin Sa'ad Ibnu Abi Sarah atau Abi Sarah, Al Harist Ibnu Fail Ibnu Wahab, Mukheis Ibnu Sababah, Abdullah Ibnu Rabi'ah, Harits ibnu Hisyam, Wahubari bin Aswad, Sarah bin Abdul Mutahlib, Kainatan bin Aftal, termasuk Hindun. Tapi Kekasih Sang Khalik tidak membunuhnya, sebagaian dari mereka ia maafkan.
ADVERTISEMENT
Abi Sarah, adalah sahabat Kekasih Sang Khalik penulis wahyu yang selalu duduk di sampingnya. Abi Sarah juga sahabat baik Ustman bin Affan r.a. tapi kemudian ia murtad, dan menyebarkan fitnah bahwa Qur'an itu dia palsukan, ia tulis sesuka hatinya. Kekasih Sang Khalik dan sahabat berang akan fitnah yang dikembangkan Abi Sarah. Umar bin Khattab berjanji akan memancung Abi Sarah, walaupun ia bergantung di Kiswah Ka'bah. Setelah Makkah ditaklukkan, kini Abi Sarah berada dalam ketakutan. Abi Sarah menemui Usman bin Affan r.a. meminta perlindungan. Ustman bin Affan r.a mebawanya menghadap Kekasih sang Khalik.
Ketika Ustman menghadap Kekasih Sang Khalik, yang sedang berbincang-bincang dengan para sahabatnya, Ustman menyampaikan maksudnya, "Ya Rasulullah, Apakah orang yang sudah murtad kemudian ingin masuk Islam lagi akan diterima tobatnya?"
ADVERTISEMENT
"Maksudmu apa Ustman, siapa yang kamu maksud?" Kata Kekasih Sang Khalik. "Maksudku Abu Sarah, apakah Engkau merima iman Islamnya ya Rasulululah. Aku membawa Abu Sarah. Ia ingin tobat", kata Ustman bin Affan r.a. melanjutkan. Pada saat itu Kekasih sang Khalik sedang berkumpul dengan sahabatnya. Umar bin Khattab ada di situ, yang dulu pernah berjanji di hadapan Kekasih sang Khalik akan menghabisi Abu Sarah walaupun ia bergantung di kiswah kakbah
Kekasih Sang Khalik memalingkan wajahnya seolah-olah tidak hendak merespon permintaan Ustman bin Affan r.a. Kekasih Sang Khalik terus melanjutkan pembicaraannya dengan para sahabat. Utsman bin Affan r.a mengulangi lagi permintaannya, agar memberi kesempatan kepada Abu Sarah untuk tobat dan masuk Islam kembali. Kekasih Sang Khalik tetap melanjutkan perbincangan dengan sahabatnya, hingga Ustman bin Affan r.a mengulangi permintaannya sampai tiga kali. Akhirnya Usman memegang tangan Kekasih sang Khalik, menyatukan tangan Abu Sarah dengan tangannya dan meminta kepada Kekasih sang Khalik," Terimalah maaf Abu Sarah, terimalah iman Islamnya, ya Rasulullah." Akhirnya Kekasih Sang Khalik mengatakan, "Aku terima iman Islamnya Abu Sarah dan Allah pun akan menerima iman Islamnya". Utsman bin Affan r.a dan Abu sarah meninggalkan Kekasih sang Khalik dan para sahabatnya yang lain.
ADVERTISEMENT
Kekasih Sang Khalik, masih terus melanjutkan perbincangannya dengan para sahabatnya. "Tahukah kalian, kenapa aku memalingkan wajahku dari Abu Sarah, ketika Ustman meminta aku menerima iman Islamnya Abu Sarah," kata Kekasih Sang Khalik. "Aku menghargai orang yang berjanji akan membunuhnya." Sambil melihat ke arah Umar bin Khattab. Khalifah Umar bin Khattab r.a sudah berjanji kepada Kekasih Sang Khalik akan membunuh Abi Sarah walaupun ia sedang bergelantung di kiswah, kain kakbah.
"Aku menunggu, tapi tak ada yang memberikan reaksi. Sampai tiga kali aku buka kesempatan itu, Hingga Usman memegang tangan Abu Sarah dan tanganku dan menyatukannya dengan tangannya dan meminta lagi kepadaku, agar menerima Islamnya Abi Sarah. Aku merima Islamnya dan Allah pun menerimanya," lanjut Kekasih Sang Khalik.
ADVERTISEMENT
"Ya Kekasih Sang Khalik mengapa Engkau tidak memberi isyarat? Jika seandainya Engkau mengerlingkan matamu ke arahku atau memberi isyarat atau tanda, maka akan aku habisi dia," kata Umar. Kekasih Sang Khalik mengatakan, "Aku tidak boleh memberi perintah dengan isyarat".
Begitulah, Bahlul, Kekasih Sang Khalik menghormati janji para sahabatnya. Begitu juga Kekasih sang Khalik memberi peringatan, jangan memberi perintah dengan isyarat, karena itu bisa menimbulkan bias. Perintah harus diberikan secara tegas dan jelas, tidak boleh mengandung tafsir lain. Misalnya memberi perintah dengan isyarat batuk, atau dengan menggerakkan tangan atau kepala.
Ketahuilah Bahlul, ketika Kekasih Sang Khalik menaklukkan Makkah, dalam khotbahnya ia bertanya di hadapan kaum muslimin dan kaum kafir Quraisy. "Saudara-saudara sekalian setelah kalian memusuhi kami, menyiksa kaum kami, membunuh keluarga kami, dan terus mengancam akan membunuh kami dan menghentikan kami menyiarkan agama Islam, hari ini kami telah menaklukkan kalian. Kami telah menaklukkan Makkah. Menurut kalian apakah hukuman yang tepat untuk dijatuhkan kepada kalian? Apakah kami membalas dengan balasan yang sama seperti yang pernah kalian lakukan terhadap kami?" Begitu tanya Kekasih Sang Khalik dalam khotbah pertamanya setelah penaklukan Makkah.
ADVERTISEMENT
Tahukah Engkau Bahlul, masyarakat Makkah dan kaum Quraisy sudah siap menerima putusan apa pun yang akan diambil kekasih Sang Khalik. Tapi apa yang terjadi Bahlul. Dalam situasi yang mencekam, Kekasih Sang Khalik justru tidak menjatuhkan hukuman tapi memaafkan mereka yang pernah menyakiti Kekasih Sang Khalik dan umatnya. Makkah takluk dengan damai tanpa meneteskan darah.
Karena itu ingatlah Bahlul, sebelum Engkau tidur di malam hari, hendaklah kamu memaafkan semua saudaramu, sebelum Engkau tidur. Orang yang tidak bisa memaafkan saudaranya di malam hari, Sang Khalik tidak akan membuka pintu rezeki baginya di siang hari. Orang yang tidak bisa beribadah di malam hari, ia tidak akan bisa berjuang di siang hari. Itulah sebabnya Sang Khalik, memerintahkan KekasihNya pada Surat ke-74, surat Al Muddassir, Surat kedua yang diturunkan di Gua Hira, "Wahai orang yang berselimut, bangunlah beri peringatan, agungkan Tuhanmu, bersihkan pakaianmu, dan tingalkan semua perbuatan yang keji dan janganlah engkau memberi dengan maksud memperoleh balasan yang lebih banyak dan atas nama Raabmu hendaklah Engkau bersabar.
ADVERTISEMENT
Bagimana cara membersihkan diri, jika di hatimu tak pernah tersimpan kata maaf. Inilah lanjutan kisah yang hendak hamba ceritakan kepadamu Bahlul. Ketika seorang yang tidak memaafkan saudaranya, datang menghadap Kekasih Sang Khalik. Kekasih Sang Khalik menceritakan tentang surga yang di dalamnya terdapat rumah-rumah yang terbuat dari emas. Di dalamnya tersedia buah-buah, susu dan anggur serta makanan serta dan sungai-sungai mengalir di bawahnya. Penghuninya akan dilayani dengan bidadari-bidari cantik yang belum disentuh oleh siapa pun. Orang itu bertanya, untuk siapakah surga itu wahai Kekasih Sang Khalik. Apakah itu untuk para nabi. "Bukan," jawab Kekasih Sang Khalik. "Apakah itu untuk para syuhada yang mengorbankan jiwanya di medan perang?" katanya lagi. "Bukan," kata Kekasih Sang Khalik. "Engkaupun dapat memasuki surga itu". Kata Kekasih Sang Khalik itu". "Bagaimana caranya Kekasih Sang Khalik?" lanjutnya. "maafkan saudaramu ini," kata Kekasih Sang Khalik. Lalu orang inipun memaafkannya. Maka Sang Khalik memerintahkan masukkan keduanya ke dalam surga itu. Begitulah kisah tentang memberi maaf, Bahlul
ADVERTISEMENT
Ini kisah yang terakhir Bahlul, ada satu peristiwa yang menimpa sahabat kekasih Sang Khalik. Sahabatnya Al Qamah yang sejak muda dikenal sholeh, patuh, setia, dan taat beragama selalu ada di shaf depan ketika melaksanakan salat. Dia juga sangat santun terhadap ibunya. Ayahnya meninggal, segala kepentingan ibunya selalu ia penuhi. Ia pun tak membiarkan ibunya mengambil air. Sesudah Al Qamah beristri dan tinggal di rumah sendiri. Disengaja atau tidak ia kurang memberi pelayanan kepada ibunya. Ia tak melaporkan kekurangannya. Suatu hari terbetik berita Al Qamah sakit. Sakitnya tambah berat. Al Qamah sangat menderita. Ketika sahabat Kekasih Sang Khalik bergantian membisikkan kalimah La Ila ha Illallah di telinganya dan meminta Al Qamah mengulanginya, lidah Al Qamah tak bergetar, lidahnya keluh dan kaku. Kekasih Sang Khalik mengutus sahabatnya untuk melihat Al Qamah. Kekasih Sang Khalik mengetahui, penderitaan itu disebabkan karena ada "terusik" hati Ibunya di akhir-akhir ini seolah-olah Al Qamah kurang memperhatikannya. Kekasih Sang Khalik datang menjenguk Al Qamah. Kekasih Sang Khalik memerintahkan sahabatnya untuk memanggil Ibu Al Qamah dan datang ke rumah Al Qamah.
ADVERTISEMENT
Kekasih Sang Khalik memanggil ibunya dan bertanya. Apakah tingkah laku Al Qamah yang memberatkanmu. Ibu Al Qamah menjawab, "Selama ia berumah tangga, ia kurang memperhatikanku, sebab itu aku tak mau memaafkannya". "Sekarang dia sedang menghadapi Sakaratul maut, maukah Engkau memaafkannya?" tanya Kekasih Sang Khalik. Ibu Al Qamah terdiam. Kekasih Sang Khalik bertanya lagi, "Maukah Engkau memaafkan Al Qamah?" Ibu Al Qamah terdiam. Kekasih Sang Khalik mengulangi lagi sampai tiga kali. Akhirnya kekasih Sang Khalik memerintahkan sahabatnya untuk menyiapkan kayu bakar, bahwa dia akan membakar Al Qamah. Mendengar itu, ibu Al Qamah meminta maaf kepada Kekasih Sang Khalik. "Aku sudah mema'afkannya ya Rasulullah. Jangan Engkau bakar anakku. kata Ibu Al Qamah. Setelah itu Al Qamah menghadap Sang Khalik dengan mengucapkan kalimat, "La ila ha illallah"
ADVERTISEMENT
Bahlul, Ma'af itu seperti hujan yang menimpa daun talas. Banyaknya butiran hujan yang menimpanya, terkadang mematahkah dahannya, tapi tak pernah ada bekas air yang melekat di daunnya. Perihnya guyuran butiran air di daunnya, terkadang mengoyakkannya, tapi tak pernah ada air yang tersisa dan membekas di daunnya. Seandainya daun talas boleh berbicara, ia akan berkata kepada hujan "Pergilah Engkau wahai hujan menuju jalanmu, capailah tempat kemanapun engkau hendak berjalan. Luka tubuhku dan patah kakiku karena kekejamanmu menimpa badanku, tak kan pernah meninggalkan bekas di hatiku. Aku memaafkanmu".
Engkau harus melatih hatimu agar bisa seperti daun talas, Bahlul. Orang yang tak bisa memaafkan kesalahan orang lain, akan selamanya menyisakan bara api di dalam hatinya. Jika bara api itu semakin membesar, dia akan membakar dirinya sendiri. Jadilah Insan pemaaf Bahlul", demikian Syekh Soramettin mengakhiri perbincangannya.
ADVERTISEMENT
Bahlul merasa puas. Dahaganya akan penjelasan tentang pemaknaan kata "maaf" telah terpenuhi. Pantaslah Mehmed II memaafkan rakyat Byzantium yang memadati Hagia Sophia. Tidak seperti Raja Ferdinad dan Ratu Isabella yang menghabisi umat Islam di dalam Masjid Al Hambra pada penaklukan Granada. Bahlul mencium tangan Syekh Sora, ia cepat-cepat bergegas pulang, karena matahari sudah lama bersembunyi di bawah langit Istanbul.