Konten dari Pengguna

Semut

Prof. Dr. Ok Saidin SH M. Hum H
Guru Besar Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
11 Oktober 2021 10:59 WIB
·
waktu baca 13 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Prof. Dr. Ok Saidin SH M. Hum H tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi semut minta hujan. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi semut minta hujan. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Pagi itu Bahlul baru saja menginjakkan kakinya di rumahnya setelah hampir satu bulan ia menyelesaikan pekerjaannya di Izmir. Setelah mengganti pakaiannya Bahlul keluar dari rumahnya. Tujuannya adalah ke Rumah Sakit Hisar Intercontinental Hastanesi di Istanbul tempat ibunya dirawat. Sudah dua minggu, tapi kondisinya belum ada menunjukkan tanda-tanda membaik. Diagnosa pihak rumah sakit mengatakan ibunya terkena infeksi saluran pernafasan. Yang membuat ia semakin cemas adalah, seminggu yang lalu ia mendapat pesan dari adiknya melalui media sosial bahwa ibunya terinfeksi Virus COVID-19.
ADVERTISEMENT
Sesampainya di rumah sakit, ia menyaksikan ibunya terbaring. Di hidungnya terpasang oksigen dan di lengannya terpasang infus. Sungguh ini membuat Bahlul gelisah. Setelah ia menyaksikan Ibunya terbaring dari balik dinding kaca, ia pergi ke masjid yang bersebelahan dengan ruang rawat ibunya. Ia bergegas mengambil wudhuk. Bahlul mengangkat takbir, menghadap ke hadirat Sang Khalik, ia bersujud, ia berdoa, memohon kesembuhan ibunya.
Selang satu jam sahabat Bahlul Ali Cetin juga datang membesuk ibunya. Di beranda masjid keduanya terlibat perbincangan. Temanya belum berubah. Masih seperti tema diskusi dua bulan lalu terkait perubahan masyarakat yang begitu cepat. Kemajuan Teknologi Informasi yang mengubah tatanan dunia.
Ali Cetin dalam perbincangan pagi itu mengatakan, "Ada dua situasi yang dihadapi oleh masyarakat dunia hari ini. Pertama, dunia memasuki era revolusi industri 4.0 yang membawa perubahan pada pola-pola hubungan dalam masyarakat yang sulit untuk diperkirakan. Kedua, pandemi COVID-19 yang juga belum dapat dipastikan kapan akan berakhir.
ADVERTISEMENT
Kedua peristiwa itu memiliki dampak yang sama dalam kehidupan kita hari ini. Yakni ketidakpastian masa depan. Pola-pola hubungan dalam masyarakat akan mengalami perubahan yang drastis. Peristiwa bisa datang di luar dugaan manusia, datang secara tiba-tiba. Di sinilah perlu usaha-usaha untuk antisipasinya.
Ilustrasi semut minta hujan. Foto: Shutter Stock
Bagi banyak Negara berkembang, keinginan untuk membangun negerinya yang lepas dari kekuatan asing saat ini menjadi sesuatu yang sangat tidak mungkin. Dunia sudah terhubung sedemikian rupa dengan kemajuan teknologi informasi. Tak ada satu tempat di dunia ini yang tidak bisa dijangkau.
Pemenangnya kerap kali yang menguasai informasi. Kalau dahulu hanya barang-barang yang menjadi komoditi perdagangan, kini data menjadi komoditi bisnis. Teknologi informasi yang didukung dengan sistem digital menempatkan data menjadi benda tak berwujud yang memiliki nilai ekonomis. Layaknya seperti surat berharga. Dunia politik, ekonomi, bahkan pertahanan keamanan selalu mengambil keputusannya berdasarkan data yang tersedia. Pencurian data juga menjadi salah satu bentuk kejahatan baru," demikian Ali Cetin menjelaskan fenomena dunia sekarang ini kepada Bahlul.
ADVERTISEMENT
Bahlul memang selalu berdiskusi dengan Ali Cetin sahabatnya sejak ia bersekolah di Okul Oncesi (jenjang Pendidikan Pra Sekolah) kemudian lanjut ke tingkat Likogretim (Sekolah Tingkat Dasar). Keduanya sangat akrab karena rumah mereka hanya dibatasi tanaman rumput dan pohon maple. Pohon ini daunnya tampak memerah menjelang musim semi dan di bawah pohon itu keduanya menghabiskan masa kecilnya bermain di ayunan. Hari ini pun keakraban itu masih tampak, ketika mereka sudah hidup mandiri.
"Ibumu sudah seperti ibuku sendiri Bahlul," kata Ali Cetin.
"Aku masih ingat kita berbagi makanan Roti Pide masakan ibumu. Peristiwa itu sepertinya baru saja berlalu. Engkau sungguh sangat beruntung Bahlul. Ibumu masih diberkahi umur yang panjang. Masih diberi waktu untuk melihat Engkau tumbuh dewasa. Ia masih bisa mendoakanmu. Doa ibu untuk anaknya tak pernah terdinding. Ibu itu seperti malaikat, Bahlul. Karena itu jangan sia-siakan kesempatan selama ibumu masih ada, Bahlul," sambung Ali Cetin.
ADVERTISEMENT
Bahlul terdiam, pikirannya menerawang jauh pada ingatan-nya akan Ibu Ali Cetin yang dipanggil Sang Khalik menghadap-Nya saat mereka duduk di bangku Sekolah Dasar. Bahlul juga sudah seperti keluarga sendiri di rumah Ali Cetin. Meskipun hari ini keduanya sudah tidak tinggal berdekatan, namun masih tetap dalam satu kota. Karena itu dalam setiap kesempatan waktu luang mereka masih selalu saling bertandang. Terutama pada hari-hari libur dan saat keduanya membutuhkan dukungan. Ali Cetin menyadari betapa Bahlul hari ini sedang dirundung kegelisahan, menghadapi ibunya yang sedang sakit.
Sebenarnya ada kegelisahan yang lebih besar yang mengganggu pikiran Bahlul. Sebulan sebelum ibunya dirawat di rumah sakit ini, ibunya masih dalam keadaan baik-baik saja. Ketika Bahlul berangkat ke Izmir. Ibunya tinggal bersama adik perempuannya yang sangat longgar dalam mematuhi protokol kesehatan.
ADVERTISEMENT
Mengapa kesadaran manusia selalu terlambat dan selalu menganggap enteng akan ancaman bahaya. Jika semua masyarakat terus menganut pola pikir seperti ini, bukan tidak mungkin akan banyak manusia menjadi korban sia-sia. Itulah yang menambah kegelisahan Bahlul.
Belum lagi ancaman akan perubahan yang tak nyata seperti yang disampaikan sahabatnya Ali Cetin, ancaman yang nyata saja pun manusia masih belum bisa mewaspadai-nya. Selepas perpisahan Bahlul dengan Ali Cetin sore itu, dari rumah sakit Bahlul langsung berkunjung ke rumah Gurunya, Syekh Soramettin. Kepada Syekh Sora, Bahlul menyampaikan kegelisahannya. Kegelisahan akan ancaman bahaya nyata dan ancaman bahaya tak nyata.
"Begini Bahlul," Syekh Sora memulai, petuah-nya. Kehidupan ini tak boleh berhenti Bahlul. Kehidupan ini terus bergerak dan terus berjalan. Bergerak dan berjalan itu akan membawa perubahan. Seperti air dan terus berubah. Air bila diletakkan di cawan ia akan menguap. Tapi bila ia ditumpahkan di parit ia akan mengalir mengikuti arus lalu masuk ke sungai-sungai. Dari sungai air terus bergerak dan berkumpul di laut. Ketika di laut air akan menjadi rumah ikan. Bila ia ditumpahkan ke bumi ia akan memberi kehidupan pada tumbuh-tumbuhan. Oleh karena itu jika memilih menjadi air, maka jangan pernah berhenti di cawan. Teruslah bergerak, menjadi sarang ikan di laut atau memberi kehidupan di bumi.
Ilustrasi semut. Foto: LibreShot
Ada hewan yang memilih hidupnya seperti air. Itulah semut. Ia tak pernah berhenti untuk beraktivitas. Kehidupan semut itu umpama air. Terus bergerak tak pernah henti. Semut adalah hewan serangga. Kalau Engkau mempelajarinya dari buku biologi engkau akan mengetahui bahwa semut termasuk serangga suku Formicidae. Bangsa Hymenoptera dengan jumlah lebih dari 2.500 spesies. Hidupnya di iklim tropis.
ADVERTISEMENT
Semut memiliki struktur organisasi yang terdiri dari; semut pekerja, semut penjaga, semut pejantan dan ratu semut. Inilah makhluk ciptaan Sang Khalik yang memiliki struktur pembagian kerja dan berinteraksi satu sama lainnya seperti makhluk sosial. Semut jika sendiri ia tampak lemah. Kalau ia ramai maka ia akan kuat. Semut itu lambang persatuan, kegigihan dan kerja keras yang dilakukan secara bersama. Lihatlah ketika ia berselisih di perjalanan, semut yang satu dengan yang lainnya saling bertegur sapa.
Ketahuilah Bahlul, Sang Khalik mengabadikan satu surat dalam KitabNya yang diberi nama "An-Naml" yang berarti semut. Dikisahkan di tengah perjalanan Nabi Sulaiman Alaihissalam dan pasukannya melintasi sebuah lembah. Di lembah itu banyak semut yang sedang berseliwiran. Melihat Nabi Sulaiman Aslahissalam dan pasukannya begitu banyak, para semut ketakutan. Mereka sangat khawatir jika terinjak oleh pasukan Nabi Sulaiman Alaihissalam.
ADVERTISEMENT
Hingga ketika pasukan itu sampai ke lembah yang dihuni semut, seekor pimpinan penjaga keselamatan semut berkata kepada semut yang lain, "Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedang mereka tidak menyadarinya. Begitu sabda Sang Khalik (Annamal: 18).
Engkau perhatikan sabda Sang Khalik yang singkat itu Bahlul. Perintah pimpinan penjaga keselamatan semut kepada kawanannya adalah perintah yang lahir dari kesadaran yang tinggi. Begitu juga rakyat semut yang mendengar perintah itu, melahirkan kepatuhan yang tinggi. Pimpinan sebut melihat akan ada ada ancaman bahaya yang nyata. Oleh karena itu selaku komandan pasukan penjaga keamanan ia perintahkan kepada rakyatnya untuk menghindari bahaya. Untuk masuk ke sarangnya. Sekalipun subyek yang akan menimbulkan bahaya itu tak menyadari bahwa perbuatannya itu akan menimbulkan bencana.
ADVERTISEMENT
Apa pembelajaran-nya Bahlul? Kita tak boleh berharap pada pihak yang tidak menyadari perbuatannya itu, agar akan tidak melakukan tindakan yang membahayakan makhluk lain tersebut. Karena kerap kali tindakan yang dilakukannya itu tidak ia sadari. Apalagi untuk makhluk kecil yang lemah dan dalam anggapan mereka kurang berguna. Begitulah kehidupan dunia yang akan Engkau saksikan Bahlul. Bukankah pasukan nabi Sualaiman Alaihissalam tidak mengetahui bahwa ada makhluk yang mungkin akan menderita karena perbuatannya itu? Maka Sang Khalik mengisahkan, bagaimana pimpinan pasukan keamanan semut itu memberi perintah kepada kawanannya agar segera masuk ke dalam sarang agar tak terkena musibah.
Dalam tatanan politik kekuasaan, kita ini tak lebih dari sekumpulan semut Bahlul. Begitulah ketika virus covid sedang berkeliaran, maka ada perintah dari dari pemimpin kita, tetaplah berdiam di rumah untuk menghindari serangan virus. Tetaplah menjaga jarak, tetaplah memakai masker dan tetaplah mencuci tangan.
ADVERTISEMENT
Semut yang tahu akan ada bahaya terinjak dari pasukan nabi Sulaiman, tidak justru menyelamatkan dirinya sendiri, tapi ia menyampaikan khabar meneruskan informasi kepada kawanannya agar segera masuk ke sarang. Tak boleh lengah, tak boleh pandang enteng atau anggap remeh, Bahlul.
Peristiwa langkah kaki para prajurit nabi Sulaiman memasuki lembah tempat semut bersarang adalah peristiwa nyata. Oleh karena itu pemimpin semut mengambil keputusan yang cepat, dan tepat, tidak menunggu harus ada yang terinjak dulu. Pimpinan semut menggunakan logika berpikir yang benar. Kaki prajurit Nabi Sulaiman Alaihissalam adalah kebih besar dari tubuh mereka. Artinya jika terinjak tak ada yang bisa menyelamatkan diri. Oleh karena itu segera masuk ke sarang. Apakah di sarang itu aman. Bagaimana kalau sarangnya yang diinjak oleh pasukan nabi Sualiman Alaihissalam? Apakah mereka tidak ikut mati terinjak bersama sarangnya?
ADVERTISEMENT
Engkau lihat Bahlul, para semut tidak mempersoalkan hasilnya, yang penting proses penyelamatannya. Apakah pasti selamat, belum tentu. Bisa jadi semut terkubur bersama sarangnya. Tapi perintah pimpinan harus dipatuhi. Masuklah ke dalam sarang. Ternyata semut hewan yang cerdas, Bahlul. Sarangnya dibuat dari bahan-bahan yang lembut. Seperti bahan kertas pembuat sarang telur. Jika terinjak, masih ada rongga untuk tempat bernapas. Semut-semut yang tinggal di permukaan tanah, membuat sarang di dalam tanah. Tetap juga tidak akan terinjak. Begitulah semut melindungi dirinya. Intinya adalah soal kecerdasan melihat fenomena dan kepatuhan pada perintah pemimpin.
Semut ingin mengingatkan manusia tentang satu ayat dalam Kitab Sang Khalik. "Jangan pernah merasa aman. Tiada juga yang merasa aman dari azab Allah (Al A'raf 99)" Ketika bahaya yang mengancam itu tampak nyata, kita harus berhati-hati. Perintah pimpinan semut kepada kawanannya untuk masuk ke sarangnya adalah sebuah pembelajaran Bahlul. Jangan pernah memandang enteng terhadap ancamana bencana. "Masuk ke sarang" artinya mencari tempat yang aman.
Ilustrasi semut terbang. Foto: pixabay
Itu untuk ancaman yang nyata Bahlul? Bagaimana dengan ancaman yang tak nyata. Ancaman terhadap kemajuan teknologi. Ini tidak saja mengancam terhadap kesehatan fisik dan jiwa manusia tetapi ancaman terhadap peradaban. Itupun Engkau harus berlindung ke dalam "sarang" -mu Bahlul. Berlindunglah ke dalam "sarang" peradaban budayamu. Budaya yang Engkau yakini kebenarannya. Jangan Engkau cepat-cepat beradaptasi dengan sesuatu yang baru yang dapat mencelakakanmu.
ADVERTISEMENT
Hari ini Engkau takut pada suatu ancaman yang tak pasti, Bahlul. Tapi Hamba ingin mengatakan sesuatu kepadamu Bahlul. Tak ada yang tak pasti, semuanya pasti, tapi kita manusia yang tak mengetahuinya. Mengapa semut mengambil keputusan, dengan memerintahkan masuklah ke sarang, itu karena pemimpin semut mengetahui sesuatu yang akan terjadi, jika tidak masuk ke sarang. Pimpinan semut menghindarkan warganya dari malapetaka. Yang kita perlukan hari ini adalah pimpinan seperti pemimpin semut itu Bahlul.
Paling sedikit ada lima kriteria yang harus dimiliki oleh pemimpin Bahlul. Pertama, cerdas. Pimpinan yang cerdas dapat melihat semua fenomena dan berbagai permasalahan dan dalam jangka waktu yang singkat ia dapat menemukan solusinya. Lihatlah pimpinan semut dapat melihat bahaya dan dalam waktu singkat dan ia dapat menemukan solusinya. Tidak dibiarkan berlarut-larut.
ADVERTISEMENT
Kriteria kedua adalah pimpinan itu dipatuhi oleh warganya. Kita tak bisa menamakan diri kita pemimpin Bahlul, jika taka da yang mematuhi perintah kita. Tidak ada yang mau mendengar apa yang kitra katakan. Jadi kriteria kepatuhan itu penting Balul. Itu dapat diukur oleh para calon pemimpin Jika ia sudah memastikan bahwa kalau ia memimpin, rakyat akan patuh, maka ia sudah layak mengajukan diri sebagai pemimpin. Tapi kalau oposisi atau pembangkang lebih dominan, atau terlalu banyak orang yang tidak menyukaimu maka sebaiknya Engkau tak usah mengajukan diri sebagai pemimpin Bahlul. Sebab itu akan menjadi sia-sia. Arang habis besi binasa.
Untuk menjadi pemimpin yang cerdas dan pemimpin yang dipatuhi warganya, banyak syarat yang harus dipenuhi Bahlul. Untuk cerdas pemimpin itu harus membuka mata dan telinganya. Membuka hati dan pikirannya. Untuk dapat dipatuhi, ia harus patuh terlebih dahulu terhadap aturan, peduli pada rakyatnya, dan berdiri di depan dan tak boleh lari meninggalkan rakyatnya ketika ada bahaya.
ADVERTISEMENT
Bayangkan apa yang akan terjadi kalau pimpinan semut itu lari meninggalkan barisannya, ketika melihat pasukan Nabi Sulaiman Alahissalam memasuki lembah tempat mereka tinggal, tanpa memberi tahu rakyatnya? Akan banyak jatuh korban, walaupun ia dapat menyelamatkan diri. Tapi tidak itu yang dilakukan pimpinan semut. Ia bertanggung jawab untuk keselamatan warganya. Itulah pemimpin yang sejati Bahlul.
Kriteria ketiga, pemimpin itu harus kuart Bahlul. Tahukah Engkau Bahlul, semut itu bisa memikul beban dua kali dari berat badannya, tapi ia hanya makan sedikit saja tidak sampai sepersepuluh dari berat badannya. Pemimpin harus mementingkan keperluan orang banyak. Tak boleh tamak, Bahlul.
Kriteria Keempat, konsisten dan patuh dengan apa yang sudah disepakati. Semut itu Bahlul, memiliki kesepakatan dan komitmen dalam menjalankan aktivitasnya. Ada struktur dan fungsi-fungsi yang akan dijalankan dengan pembagian kerja. Ada ratu semut yang menjaga urusan internal dan keluarga besar.
ADVERTISEMENT
Ada semut laki-laki yang tugasnya menjalankan hubungan eksternal, mulai mencari makan, menjaga keamanan, menyiapkan infra struktur, dan lain sebagainya. Semua tugas-tugas fungsional itu dijalankan dan dipatuhi-nya dengan baik. Lihatlah jalur jalan yang berkelok dan terowongan yang mereka bentuk bersama. Mereka konsisten melintasi jalur itu, tak pernah melenceng atau membelok ke jalur lain.
Kriteria Kelima, mampu bekerja sama dengan rakyat. Lihatlah Bahlul, semut jika mengalami bencana banjir dengan cepat membentuk jembatan dari barisan warganya yang kuat. Semut-semut berbaris seperti jembatan dan di atasnya semua semut berjalan membawa semut-semut yang lemah mengevakuasi ke tempat aman.
Itu semua mereka lakukan dengan kerja sama yang solid. Demikian Bahlul, Sang Khalik memberi perumpamaan pada manusia tentang kehidupan semut. Engkau pun harus menarik hikmah dari perumpamaan itu. Itulah ayat-ayat dan tanda-tanda kebesaran Sang Khalik.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu gunakanlah akal dan pikiranmu, agar Engkau tidak mendustakan ayat-ayat Sang Khalik. Ayat-ayat itu bukan hanya yang dinukilkan dalam KitabNya yang tertulis saja, tapi yang terbentang di hadapanmu. Dengan begitu Engkau dapat melihat semua fenomena dan kejadian yang akan berlangsung di tengah-tengah perubahan masyarakat. Tapi ada yang perlu Engkau ingat Bahlul, Engkau jangan jadi tukang catat. Jangan hanya jadi pengamat. Engkau harus tampil jadi pelaku perubahan. Engkau harus ikut dalam menggerakkan roda perubahan itu, agar apa yang dikehendaki Sang Khalik dapat Engkau laksanakan. Jika itu kamu lakukan Engkau menjadi orang yang bermanfaat tidak hanya untuk dirimu tapi bagi manusia lain. Itulah yang dilakukan semut, Bahlul" Demikian Syek Soramettin mengakhiri pencerahannya.
ADVERTISEMENT
Bahlul terdiam, betapa banyak kesesatan yang sudah berlangsung di buka bumi. Kesesatan karena manusia tidak patuh pada ayat-ayat Sang Khalik. Kini Bahlul menanamkan dalam hatinya, sebagai manusia yang diangkat menjadi khalifah di muka bumi, ia harus menjalankan amanah itu.
Sore itu, langit di atas kota Istanbul tampak cerah. Bahlul mohon diri meninggalkan rumah gurunya Syekh Sora. Sambil melintas di depan Masjid Hagia Sophia, Bahlul mengenang kembali setiap perubahan yang ada di negerinya. Di hadapannya ia saksikan masjid megah yang dibangun pada tahun 537 M yang semula dibangun sebagai Katedral Ortodoks, kemudian pada abad ke 6 dijadikan sebagai gereja Churchof Holy Spirit atas perintah Kaisar Bizantium Justianus I, Tahun 1204 Masehi Katedral berubah menjadi Katedral Katholik Roma dan berubah menjadi masjid pasca penaklukan Konstantinopel oleh Sultan Mehmed II padad tahun 1453 Masehi.
ADVERTISEMENT
Bangunan itu, kemudian berubah menjadi museum pasca keruntuhan Osmania ketika Mustafa Kemal Pasha berhasil meletakkan negeri itu menjadi Negara sekuler pada tahun 1935 Masehi, baru kemudian pada tanggal 10 Juli 2020 bangunan itu statusnya dikembalikan menjadi masjid, ketika Turki di bawah Pemerintahan Recep Tayyip Erdogan.
Bahlul merenungkan perubahan-demi perubahan itu. Setiap kali terjadi perubahan ada nama yang tercatat dalam sejarah. Apakah itu perubahan yang membawa kebaikan atau perubahan yang membawa keburukan. Dalam ayunan langkahnya menuju rumah, Bahlul berdo'a agar lahir sosok pemimpin yang amanah yang bisa membawa perubahan di muka bumi. Menjadikan bumi tempat yang aman dan nyaman untuk ditinggali seluruh makhluk Sang Khalik.