Konten dari Pengguna

Bonus Demografi 2030: Peluang Emas Indonesia untuk Tingkatkan Perekonomian

Putu Oka Yadnya Susila
Mahasiswa Universitas Negeri Malang Program Studi S1 Pendidikan Ekonomi
10 April 2023 14:11 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Putu Oka Yadnya Susila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi ekonomi meningkat. Foto: Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ekonomi meningkat. Foto: Getty Images
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bonus demografi merupakan suatu transisi ekonomi di mana jumlah penduduk usia produktif meningkat, yang diikuti oleh penurunan angka kelahiran dan kematian. Dari segi ekonomi, bonus demografi dapat diartikan sebagai keuntungan ekonomis karena dengan semakin besarnya jumlah penduduk usia produktif maka semakin meningkat pula jumlah tabungan sehingga dapat memacu investasi dan pertumbuhan ekonomi.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini dapat disebut juga sebagai window opportunity atau jendela kesempatan bagi suatu negara untuk meningkatkan pendapatan per kapitanya dengan cara menggenjot berbagai sektor ekonomi karena melimpahnya sumber daya manusia yang tersedia.
Ibarat pedang bermata dua, bonus demografi dapat menjadi peluang emas jika negara tersebut mampu memberdayakan SDM yang tersedia dengan baik sehingga hal tersebut dapat menjadi pilar dalam pertumbuhan ekonomi.
Namun sebaliknya jika jumlah penduduk usia produktif yang melimpah tersebut tidak dapat terserap oleh lapangan kerja yang tersedia, maka hal tersebut akan menjadi beban ekonomi karena penduduk yang tak terserap lapangan kerja akan menjadi pengangguran dan tidak memiliki pendapatan.
Bonus demografi adalah suatu kondisi yang sangat jarang terjadi atau bahkan hanya terjadi sekali dalam suatu negara. Bonus Demografi yang akan dihadapi Indonesia saat ini merupakan hasil dari program Keluarga Berencana (KB) yang mulai digaungkan pada masa pemerintahan orde baru. Oleh karena bonus demografi ini merupakan momen yang langka, maka Indonesia harus memanfaatkan situasi ini dengan baik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi secara optimal.
ADVERTISEMENT
Salah satu hal yang perlu diperhatikan untuk menghadapi masa bonus demografi ini adalah dengan melakukan peningkatan investasi sumber daya manusia agar dapat menghasilkan penawaran tenaga kerja yang besar dengan kualitas yang mampu memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja. Adapun bentuk investasi sumber daya manusia dapat berupa peningkatan kualitas pada bidang pendidikan, kesehatan dan gizi masyarakat.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengatakan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berada di urutan 130 dari 199 negara pada akhir tahun lalu. Hal tersebut mencerminkan bahwa kualitas sumber daya manusia di Indonesia masih tergolong rendah.
Selain itu tingkat ketimpangan IPM antar provinsi di Indonesia juga masih terbilang besar. Berdasarkan data BPS, DKI Jakarta merupakan provinsi dengan IPM tertinggi yakni sebesar 81,65 pada tahun 2022. Sedangkan provinsi dengan tingkat IPM rendah kebanyakan dari daerah timur Indonesia seperti Nusa Tenggara Timur, Papua Barat dan Papua yang merupakan provinsi dengan IPM terendah pada 2022 yakni sebesar 61,39.
ADVERTISEMENT
Jika permasalahan tersebut tak segera diatasi, maka besar kemungkinan bonus demografi akan terlewati dengan sia-sia tanpa adanya pemanfaatan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena sumber daya manusia merupakan salah satu komponen penting dalam perekonomian.
Oleh karena itu Indonesia harus berfokus pada investasi sumber daya manusia agar bisa memanfaatkan peluang dari bonus demografi dengan optimal. Investasi sumber daya manusia dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas pada bidang pendidikan.
Sumber: media.kemenkeu.go.id
Pemerintah telah menetapkan anggaran pendidikan di dalam APBN tahun 2023 sebesar Rp 612,2 triliun. Angka ini merupakan anggaran pendidikan terbesar jika dilihat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal tersebut harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk meningkatkan kualitas SDM negara Indonesia, terutama untuk SDM yang akan terjun ke dunia kerja.
ADVERTISEMENT
Menteri Tenaga Kerja (Menaker) RI Ida Fauziyah mengatakan sekitar 12 persen pengangguran di Indonesia saat ini didominasi oleh lulusan sarjana dan diploma. Hal tersebut disebabkan karena tidak adanya kesesuaian antara penggalian kompetensi SDM dengan apa yang dibutuhkan oleh pasar kerja.
Dengan anggaran pendidikan yang besar, pemerintah dapat mengatasi hal tersebut dengan cara dengan memperluas cakupan pendidikan kejuruan dan keterampilan dan memperbanyak balai-balai latihan kerja agar SDM memiliki keahlian yang dibutuhkan oleh pasar tenaga kerja.
Selain peningkatan kuantitas dan kualitas pada bidang pendidikan, pemerintah juga harus memperhatikan tingkat kesehatan dan ketercukupan gizi masyarakatnya. Adapun upaya yang dapat dilakukan guna meningkatkan mutu kesehatan di Indonesia yakni mengurangi angka stunting di Indonesia, peningkatan pelayanan kesehatan dasar dan primer, revitalisasi transformasi puskesmas, pengembangan produksi farmasi dan alat-alat kesehatan dalam negeri, serta pengembangan dan pemanfaatan teknologi, digitalisasi dan bioteknologi di bidang kesehatan.
ADVERTISEMENT
Sebaiknya kedua bidang tersebut yakni pendidikan dan kesehatan tidak dijadikan sebagai suatu komoditas yang eksklusif agar terbentuknya SDM yang unggul dan terciptanya generasi emas yang siap menghadapi tantangan bonus demografi dan memaksimalkan peluang yang ada di masa mendatang