Konten dari Pengguna

Ini Obrok Buroq, Tradisi Bangunkan Sahur di Sebagian Pantura

Akrom Hazami
Penulis, Pemotret dan Pekerja Seni Teater di Semarang
10 April 2023 15:56 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Akrom Hazami tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tradisi buraq dilakukan masyarakat di Pakijangan, Brebes. Foto: Akrom
zoom-in-whitePerbesar
Tradisi buraq dilakukan masyarakat di Pakijangan, Brebes. Foto: Akrom
ADVERTISEMENT
Berbagai kegiatan dilakukan untuk membangunkan sahur di bulan Ramadan. Seperti halnya di sebagian wilayah di pantai utara. Yaitu dengan memanfaatkan kesenian Obrok Buroq. Seperti halnya di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
Kesenian buroq digambarkan sebagai seekor hewan dengan wajah bidadari, dan badan bersayap serta berkaki empat. Biasanya, buroq sekilas mirip kuda, yang bergerak berlenggak- lenggok mengikuti iringan musik dangdut yang dinyalakan dari pengeras suara anggota kesenian.
Hewan itu disebut sebagai hewan Buroq. Yakni hewan tunggangan yang dipercaya sebagai kendaraan yang digunakan Nabi Muhammad SAW. Buroq menjadi kendaraan saat melaksanakan perjalanan Isra Miraj.
Warga mengembangkan kesenian ini, yang di antaranya untuk membangunkan sahur warga. Seperti yang pernah dilakukan warga Desa Pakijangan, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes.
Menurut tokoh masyarakat Desa Pakijangan, Atmo Suwito Rasban, ketika itu, mengatakan, kesenian Buroq disadur dari kisah Isra Mi’raj dalam Al Quran. Dalam bahasa Arab ditulisnya Buraq, artinya cahaya atau kilat.
ADVERTISEMENT
“Di kalangan masyarakat Brebes, Buroq kerap diterjemahkan sebagai gabungan antara kuda bersayap dan burung cendrawasih dari surga. Hal ini guna menumbuhkan ketertarikan masyarakat kepada ajaran agama. Termasuk Buroq kembali dimanfaatkan untuk menghibur warga setiap dini hari di bulan Ramadan untuk membangunkan sahur warga,” kata Atmo.
Masyarakat setempat menyatakan, tradisi itu seperti menjadi kewajiban warga untuk membangunkan sahur pada tiap Ramadan. Kegiatan itu murni merupakan kegiatan yang digagas sendiri oleh warga.
“Biasanya mulai pukul 01.00-04.00,” katanya. "Kegiatan itu juga untuk mempererat silaturahmi antarwarga," ujar seorang warga.
Buroq dalam beraksi tidak sendiri. Buroq ditemani dengan boneka berwajah harimau. Masyarakat menyebut boneka itu sebagai boneka Bedawang. Baik boneka Buroq maupun Bedawang, masing-masing dimainkan oleh dua orang laki-laki.
ADVERTISEMENT
Kedua boneka itu berkeliling kampung Pakijangan. Sambil diiringi musik dari pengeras suara di atas gerobak serta rebana. Kedua boneka itu membangunkan sahur warga setempat. Tradisi warga membangunkan sahur itu disebut Obrok.
Mereka ditemani sekelompok pemuda yang berjalan bergerombol sambil memainkan rebana. Kedua boneka hewan itu sesekali kembali berlenggak lenggok dan menari. Seni Obrok Buroq, begitulah sebutan tradisi berkembang di kawasan itu.
Tradisi Obrok Buroq sebenarnya tak hanya diisi oleh permainan orkes rebana dan musik dangdut. Tapi, juga tari-tarian seperti tari kuda lumping. Para penari yang berada di dalam boneka Buroq dan Bedawang juga harus bisa memainkan atraksi yang hampir mirip dengan barongsai.
Dari Wikipedia yang dilihat pada Senin (10/4/2023), di shorturl.at/lqLY0, kesenian Buroq lahir di Cirebon diperkirakan tahun 1920 di desa Kalimaro Kecamatan Babakan. Penciptanya yaitu Ta'al.
ADVERTISEMENT
Genjring Buroq merupakan kesenian helaran atau arak-arakan terutama dalam khitanan untuk mengarak pengantin sunat. Waditra yang digunakan adalah 4 buah genjring, gong, gitar, biola dan sebagainya. Peralatan boneka Buroq terdiri dari boneka yang berbadan kuda bersayap dan berkepala wanita cantik, sepasang boneka ondel-ondel, macan tutul dan sebagainya.
Pemunculan boneka ini sendiri awalnya memang lebih ditujukan untuk memperingati Isra Miraj. Tapi lama-kelamaan, boneka ini juga kerap dimunculkan dalam keriaan-keriaan bernapaskan Islam, seperti acara khataman Alquran, khitanan dan membangunkan orang sahur seperti di Desa Pakijangan.
Suasana Ramadan di Desa Pakijangan, sebenarnya hampir tak ada bedanya dengan suasana bulan puasa di wilayah-wilayah masyarakat muslim lainnya. Setelah berbuka, masyarakat memenuhi masjid untuk melaksanakan salat Tarawih. Yang membedakan adalah ketika dini hari tiba.
ADVERTISEMENT
Saat warga lainnya masih terlelap tidur, para pemuda dan seniman Buroq justru berkumpul di salah satu sudut desa bersiap-siap membangunkan warga lainnya agar melaksanakan sahur. Di Desa Pakijangan, tradisi ini sudah dilakukan para pemain orkes Buroq Bandarjaya pimpinan Wasjan sejak 20 tahun lampau.
Setelah semua siap, boneka Buroq yang menggambarkan kendaraan Rasulullah ini mulai dimainkan. Boneka berbentuk seperti kuda terbang berkepala bidadari berparas ayu ini, dimainkan dua orang penari laki-laki.
Sementara puluhan warga lainnya meramaikan kegiatan Obrok Buroq ini. Dilengkapi kesenian tradisional gendang Cirebonan dan rebana, obor pun dinyalakan dan secara beriringan rombongan Obrok Burok ini mulai mengelilingi kampung.