DISRUPSI HUMAS DI ERA DIGITAL

okki oktaviandi
Humas Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia
Konten dari Pengguna
1 Oktober 2020 5:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari okki oktaviandi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Okki Oktaviandi
zoom-in-whitePerbesar
Okki Oktaviandi
ADVERTISEMENT
Transformasi peradaban mendorong disrupsi dalam berbagai bidang. Salah satunya adalah disrupsi dalam bidang komunikasi. Hal ini terbukti dari perkembangan revolusi komunikasi sejak zaman ditemukannya telegraf dan morse oleh Samuel Morse di tahun 1832. Alat tersebut adalah awal lahirnya telepon yang baru ditemukan pada tahun 1876 oleh Alexander Graham Bell. Hingga pada akhirnya di abad 20, dimana kemunculan internet dan teknologi menjadi awal masuknya zaman revolusi digital. Dan sekarang, di awal abad 21 ini adalah awal dari masuknya revolusi industri 4.0. Revolusi industri ini berperan dalam menghubungkan manusia dengan manusia yang lain melalui jejaring dunia maya secara unlimited atau tanpa batas. Potensi dari disrupsi inilah yang mengakibatkan perubahan yang besar di hampir seluruh lini kehidupan manusia, bahkan disrupsi dalam bidang komunikasi mampu menciptakan teknologi AI (Artificial Intelligence) yang merupakan alat bantu komunikasi terbarukhan yang didesain khusus layaknya seorang manusia yang mampu berkomunikasi dengan baik. Untuk itu, melalui tulisan singkat ini, penulis akan menjelaskan bagaimana disrupsi merubah sudut pandang komunikasi khususnya dari peran PR (Public Relations) di era millennial.
ADVERTISEMENT
Apa itu Disrupsi?
Pernakah kita mendengar istilah disrupsi? Istilah disrupsi telah dikenal sejak puluhan tahun lalu, namun baru menjadi trend setelah guru besar Harvard School, Clayton M, Christensen menulis buku berjudul “The Innovator Dilemma” (1997). Dalam buku ini, menceritakan tentang bagaimana persaingan bisnis yang terjadi antara perusahaan – perusahaan besar dan perusahaan - perusahaan kecil khususnya dalam bidang inovasi. Bagaimana bisa sebuah perusahaan besar dikalahkan oleh perusahaan kecil ataupun seorang pemimpin besar dikalahkan oleh seorang pemimpin kecil? Mengapa demikian? Jawabannya adalah sebuah perubahan besar yaitu disrupsi.
Mungkin, kita pernah membaca sejarah tentang perusahaan mobil bermerk Lamborghini. Dulunya perusahaan ini hanyalah sebuah perusahaan kecil yang hanya mampu memproduksi traktor. Namun, lihatlah apa yang terjadi saat ini, perusahaan dari Italia ini mampu berkembang menjadi perusahaan mobil yang berkelas dunia dan menjadi pesaing terberat dalam industri supercar di negara produsen mobil balap di dunia. Ini menjadi contoh bahwa bagaimana disrupsi mampu menggerakan perusahaan kecil menjadi perusahaan yang eksklusif dan berkelas dunia.
ADVERTISEMENT
Menilai Disrupsi
Di zaman saat ini, istilah disrupsi menjadi bagian penting dalam fenomena era digitalisasi, khususnya bagi penggiat bisnis via online/internet. Hal ini dikarenakan adanya fee atau keuntungan yang lebih besar melalui internet atau dunia maya jika dibandingkan dengan fee yang didapatkan secara konvensional. Sehingga hal tersebut menyebabkan banyak dari masyarakat lebih fokus ke dalam bisnis digitalisasi dan berpindah dari bisnis yang konvensional yang dianggap sudah tidak relevan lagi. Namun, sayangnya disrupsi ini menyebabkan banyak dari bisnis non digital menjadi tidak tersentuh dan kian ditinggalkan oleh masyarakat. Hal ini terbukti dengan banyaknya bisnis digital yang muncul di permukaan tanah air. Bisa kita katakan bahwa era digital menjadi awal dari pertumbuhan bisnis start up, contohnya adalah di bidang edukasi yakni ruang guru, dalam bidang transportasi adalah gojek, dalam bidang entertainment adalah youtube dalam bidang komunikasi adalah facebook, twitter, serta whatsapp dan bisnis e-commerce seperti shoppe, lazada, tokopedia dan masih banyak lagi industri start up lainnya yang menjamur di tanah air. Hal tersebut adalah dampak kecil dari munculnya disrupsi. Oleh sebab itu, bukan menjadi hal yang mustahil bahwa disrupsi menyebabkan perubahan dan pergeseran akan kebutuhan masyarakat di era digital ini.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut membahas disrupsi yakni menurut KBBI disrupsi adalah hal yang tercabut dari akarnya. Hal ini menyatakan bahwa ada pergesaran atau perubahan yang mendasar tentang sesuatu hal. Konsep disrupsi sebenarnya bisa kita kaitkan dengan melihat trend di era saat ini, dimana fenomena masyarakat yang mulai melakukan pergeseran terhadap budaya atau beradaptasi dengan kebiasaan baru dengan perlahan meninggalkan aktivitas – aktivitas lama. Masyarakat lebih menyukai pola yang cepat, flexible, dan tidak membutuhkan waktu yang lama dan yang paling penting adalah keuntungan yang lebih besar. Secara perlahan, masyarakat mulai menggunakan perangkat internet di dunia maya sebagai sarana yang dianggap mudah, cepat, serta flexible dan tentunya menguntungkan. Untuk itulah mengapa disrupsi menjadi sebuah hal yang dapat dianggap menguntungkan maupun bisa menjadi bencana bagi sebagian orang ataupun perusahaan. Hal tersebut tergantung dari bagaimana perspektif atau sudut pandang mana seseorang tersebut menilai konsep disrupsi ini.
ADVERTISEMENT
Peran PR/Humas di Era Disrupsi Digital
Disrupsi tentunya tidak hanya dalam dunia bisnis namun juga dalam dunia komunikasi. Salah satu ahli yang mengangkat peran disrupsi dalam bidang komunikasi adalah Paul Paetz yang salah satu poin penting yang dia katakan adalah dia meyakini bahwa disrupsi banyak diakibatkan oleh peran digital yang mempengaruhi pola komunikasi saat ini.
Dalam dimensi komunikasi, disrupsi menyebakan perubahan yang begitu signifikan, salah satunya adalah hadirnya media online yang secara perlahan menggantikan peran media konvensional misalnya media cetak maupun media non elektronik lainnya. Secara cepat perkembangan media online menjelma menjadi sebuah kebutuhan primer di masyarakat, hal ini disebabkan oleh kemudahan akses informasi dan kecepatan dalam mengupdate informasi jika dibandingkan dengan media konvensional. Hal inilah juga yang menjadi dampak dari disrupsi di bidang komunikasi. Namun, hal tersebut tentu bisa menjadi tantangan yang sangat menarik bagi seorang PR dalam menghadapi era disrupsi ini. Pergeseran media konvensional menjadi media online tentu sangat bisa diantisipasi dengan mengoptimalkan fungsi dan peran dari PR itu sendiri. Namun, pertanyaan besarnya adalah sudah siapkah seorang PR dalam menghadapi perubahan tersebut? Hal apa saja yang harus dioptimalkan sehingga peran dari PR menjadi kunci penentu keberhasilan dalam menghadapi era disrupsi dalam kaitannya dengan komunikasi?
ADVERTISEMENT
Optimalisasi peran dari seorang PR atau humas (hubungan masyarakat) sebagai mediator atau penghubung informasi ke masyarakat adalah kunci utama dalam menghadapi era disrupsi ini. Disinilah bagaimana seorang PR diuji untuk mampu mengemas informasi serta branding informasi tersebut menjadi menarik dan melayani kebutuhan masyarakat. Informasi yang diberikan harus sesuai dengan apa yang diinginkan oleh masyarakat, contohnya adalah menyediakan informasi yang aktual, update serta mengedukasi masyarakat. Selain itu, peran PR juga harus mampu menjadi content creator yang lebih kreatif dan humanis bagi masyarakat. Caranya adalah dengan mengetahui bagaimana informasi tersebut disuguhkan dengan cara yang lebih manarik sehingga mampu diserap dengan cepat oleh masyarakat. Selain itu, PR juga harus memastikan bahwa informasi yang diberikan mampu menjawab kebutuhan masyarakat sesuai dengan kadar atau kebutuhan masing – masing. Tidak terbatas oleh apapun, PR harus berkreasi untuk menciptakan sebuah ide ataupun inovasi baru sehingga masyarakat tertarik untuk melihat maupun menikmati informasi yang disajikan. Dengan begitu, kehadiran PR akan meningkatkan kualitas penyediaan informasi demi pelayanan kepada masyarakat.
ADVERTISEMENT
PR dalam Organisasi Pemerintahan
Dewasa ini, PR menjadi ikon penting dalam sebuah organisasi pemerintahan. Mengapa demikian? Hal ini tidak terlepas dari bagaimana peran PR dalam mengatur strategi komunikasi kepada masyarakat, memberikan persepsi positif tentang organisasi kepada masyarakat dan yang paling terpenting adalah membangun citra positif organisasi dan meng-counter berita negatif demi kemajuan organisasi. Organisasi menjadi maju dan besar serta di kenal masyarakat adalah salah satu tugas utama dari PR yang menjadi garda terdepan dalam mem- branding dan menginovasi visi dan misi organisasi melalui strategi komunikasi serta publikasi dengan tujuan adalah pelayanan terhadap masyarakat.
Bercermin pada beberapa organisasi pemerintahan yang sudah maju, sudah pasti memiliki PR yang andal dan berkompeten dalam mem-branding dan berinovasi terhadap apa yang dibutuhkan oleh organisasi tersebut. Hal ini tentu bertujuan dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap organisasi tersebut. Berdasarkan Indo Barometer, pada tahun 2020, yang melaksanakan survey kepada 1200 responden dari 34 provinsi. Dalam survey tersebut menyatakan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat kepada organisasi pemerintah di posisi pertama adalah organisasi militer yaitu TNI dengan tingkat kepercayaan mencapai 94, 0%, disusul dengan Presiden 89, 7% dan berikutnya disusul dengan organisasi agama seperti NU, Muhammadiyah dan seterusnya yakni 86, 6%. Tingkat kepercayaan ini adalah salah satu tugas utama dari peran PR dalam organisasi Pemerintah dimana bertugas untuk meyakinkan masyarakat akan pelayanan terhadap masyarakat.
ADVERTISEMENT
Secara komprehensif, seorang PR tentu harus memiliki jiwa atau passion akan komunikasi, kreatif dan berinovasi, mampu menciptakan ide – ide baru, dinamis dan fleksibel terhadap perubahan zaman, kemampuan akan akses media digital, serta yang terpenting adalah mampu berkomunikasi secara humanis dan mengedukasi masyarakat. Hal – hal tersebut adalah salah satu dari dampak disrupsi PR di era millennial. Untuk itu, kemampuan tersebut adalah suatu tantangan bagi seorang PR dalam menghadapi disrupsi di era digital ini.