Kerap Disebut Liar, Pak Ogah Berharap Direkrut Polisi Jadi Supeltas

Konten dari Pengguna
6 November 2017 17:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Okky Ardiansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dua bulan lalu, Yopie (39) yang berprofesi sebagai pengatur lalu lintas alias Pak Ogah, diangkut petugas untuk didata di Polsek Cilandak, Jakarta Selatan. Menurutnya, penangkapan tersebut terkait laporan masyarakat yang kendaraannya dirusak oleh 'Pak Ogah' di kawasan Fatmawati.
ADVERTISEMENT
"Saya disuruh naik, katanya buat didata dan difoto. Sorenya saya dibebaskan," tutur Yopie saat ditemui kumparan (kumparan.com) di pertigaan Jalan Cilandak 1 arah Fatmawati, Jaksel, Senin (6/11).
Yopie pun mengakui Pak Ogah merupakan profesi ilegal yang bahkan dianggap penyebab kemacetan. Padahal, selain meraup receh, risiko jadi Pak Ogah juga tak ringan. Jari kaki dilindas atau ditabrak pengendara yang tak mau mengantre, menjadi duka yang kerap ia alami.
Hal senada diungkapkan rekan satu profesi Pak Ogah bernama Gerald (24). Dia menyebut Pak Ogah justru membantu polisi untuk mengatur lalu lintas di sekitar Fatmawati. Tapi dibentak dan ditabrak jadi makanan saban hari karena dipandang sebagai profesi yang liar'.
"Kan kita bisa diliat liar. Padahal kan kita membantu lalu lintas juga," ucap Gerald.
ADVERTISEMENT
Soal penghasilan, Gerald menyebut menjadi Pak Ogah di kawasan Fatmawati bisa mendapatkan uang Rp 75-100 ribu per-jam. Demi kebersamaan, setiap orang hanya diberi waktu satu jam bertugas.
Sementara saat disinggung mengenai Supeltas (Sukarelawan Pengatur Lalu Lintas) alias Pak Ogah yang dijadikan relawan dan diberi seragam oleh polisi, Gerald mengaku belum mengetahui pasti. Meski dia punya harapan bahwa program Supeltas dapat mengubah pandangan masyarakat terhadap profesi Pak Ogah lebih positif.
"Mau sebenarnya, daripada dicap liar. Saya pribadi mikirnya nanti dikasih enggak (rompi dan pengenal Supeltas)," ucap Gerald.
Begitupun dengan Yopie, ia berharap agar segera mendapatkan pelatihan dan rompi Supeltas. Sebab dengan begitu profesi Pak Ogah akan dipandang sebagai profesi yang legal.
ADVERTISEMENT
"Saya setuju dengan program itu, saya juga mau. Jadi dilihatnya sah gitu. Jadi enggak ada kecurigaan dari masyarakat," kata Yopie.
Untuk diketahui, Supeltas adalah program Polda Metro Jaya untuk merekrut para Pak Ogah di Jakarta menjadi petugas resmi yang bertugas mengatur lalu lintas. Mereka diberi pelatihan dan akan diberi seragam, juga honor. Di beberapa titik, Pak Ogah sudah berubah menjadi Supeltas.