Mengunjungi Penganut Kepercayaan Sri Murni di Kebayoran Baru

Konten dari Pengguna
10 November 2017 6:10 WIB
Tulisan dari Okky Ardiansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kamis (9/11), Jakarta Selatan sedang diguyur hujan saat saya ditugaskan untuk menelusuri keberadaan penganut kepercayaan Sri Murni, sekaligus meminta tanggapan atas putusan MK yang mengakomodir aliran kepercayaan di kolom agama pada KTP.
ADVERTISEMENT
Berbekal data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang sudah diserahkan ke Kementerian Dalam Negeri, aliran kepercayaan yang menamakan diri Organisasi Kebatinan Satuan Rakyat Indonesia Murni (Sri Murni) berada di Jalan Sawo II, Cipete Utara, Kebayorn Baru, Jakarta Selatan.
Untuk mencapai lokasi Organisasi Kebatinan Sri Murni, saya membutuhkan waktu yang lama dan petunjuk dari orang sekitar Cipete Utara. Sekitar pukul 15.45 WIB, saya sampai di rumah sederhana dan tak tampak sebagai kantor/sekretariat penganut kepercayaan.
Saya disambut hangat oleh salah satu anggota Sri Murni, Suprayetno. Begitu masuk, hal pertama yang menarik perhatian adalah beberapa pajangan yang menunjukkan rumah ini adalah organisasi Sri Murni. Sebuah figura menunjukkan logo Sri Murni berupa bintang yang dilingkari simbol padi dan kapas.
Kepercayaan Sri Murni (Foto: Okky Ardiansyah/kumparan)
Setelah berbincang ringan, Suprayetno langsung bercerita mengenai organisasi yang diikutinya. Sri Murni didirikan oleh Ibrahim Musa pada tahun 1949. Sri Murni menganut nilai hidup yang paling mulia yaitu kejujuran.
ADVERTISEMENT
“Karena kita harus jujur pada diri sendiri,” tutur Suprayetno di Cipete Utara, Jakarta Selatan.
Suprayetno menambahkan, anggota yang sudah mendalami nilai-nilai dari Organisasi Kebatinan Sri Murni tidak akan berbohong atau melanggar sumpah yang pernah diucapkan. Sebab, ada kekuatan alam yang akan menghukum secara langsung.
“Ada kekuatan alam. Tapi kalau sudah yang mendalam, berbicara bohong juga ini (mulut) pecah-pecah,” tambahnya.
Kepercayaan Sri Murni (Foto: Okky Ardiansyah/kumparan)
Di era Soekarno, tutur Suprayetno, Organisasi Sri Murni beranggotakan orang-orang yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia dengan sukarela. Ketika kemerdekaan telah diraih, Organisasi Sri Murni menjadi basis keamanan rakyat.
"Sesudah merdeka dijadikan basis keamanan rakyat. Kalau sudah masuk Sri Murni, mereka itu cinta sekali NKRI," ucapnya.
Suprayetno mengatakan, Organisasi Sri Murni beranggotakan orang yang beragama. “Kita semua anggota beragama, di sini dituliskan,” kata Suprayetno sembari menunjukkan adanya kolom agama di kertas formulir pendaftaran anggota Sri Murni. Namun tak dirinci agama yang biasa diisi.
Kepercayaan Sri Murni (Foto: Okky Ardiansyah/kumparan)
Sementara saat ditanya soal putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang memutuskan para penganut kepercayaan dapat mencantumkan kepercayaan kolom agama di KTP yang selama ini dikosongkan, Suprayetno pesimistis. Baginya, pada kenyataannya aliran kepercayaan diperlakukan berbeda di masyarakat. Dia menyebut banyak yang harus pemerintah persiapkan terlebih dahulu untuk mengakui aliran kepercayaan.
ADVERTISEMENT
"Hanya baru disahkan, kayak orang mah undang-undang itu dicobakan. Jadi jangan terlalu divoniskan itu sudah berlaku," tutup Suprayetno.