Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Zonasi vs Ketimpangan Pendidikan: Benarkah Sistem Ini Adil untuk Semua?
3 Mei 2025 15:53 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Okta Firdaus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Sistem zonasi pendidikan di Indonesia diperkenalkan dengan tujuan mulia: menciptakan pemerataan akses pendidikan bagi semua siswa, tanpa memandang latar belakang ekonomi. Namun, di balik niat baik tersebut, muncul pertanyaan kritis: **Benarkah sistem zonasi benar-benar adil?
ADVERTISEMENT
Faktanya, meskipun kebijakan ini berhasil menghilangkan stigma "sekolah favorit" dan memperpendek jarak tempuh siswa, ketimpangan pendidikan tetap terjadi. Anak-anak dari keluarga kurang mampu masih menghadapi tantangan besar dalam bersaing dengan siswa dari kalangan lebih mampu yang memiliki akses ke fasilitas belajar lebih baik.
Artikel ini akan mengupas lebih dalam realitas sistem zonasi, masalah yang muncul, serta solusi untuk menciptakan pendidikan yang lebih adil.
Tujuan Sistem Zonasi dan Harapan Pemerintah
Pemerintah menerapkan sistem zonasi dengan beberapa tujuan utama:
ADVERTISEMENT
Namun, apakah tujuan ini tercapai?
Realita di Lapangan: Ketimpangan yang Masih Terjadi
Meskipun sistem zonasi dirancang untuk pemerataan, faktanya kesenjangan masih sangat terasa. Mari lihat contoh nyata:
1. Perbedaan Fasilitas dan Kualitas Sekolah
Akibatnya, meski anak-anak dari keluarga kurang mampu bisa masuk sekolah terdekat, kualitas pendidikannya belum tentu setara.
2. Manipulasi Domisili oleh Keluarga Mampu
Sistem zonasi mengutamakan kedekatan domisili, tetapi hal ini dimanfaatkan oleh keluarga dengan akses ekonomi lebih baik. Beberapa praktik manipulasi yang sering terjadi:
ADVERTISEMENT
siswa berprestasi. Namun, masalahnya:
3. Ketidakadilan dalam Jalur Prestasi
Selain jalur zonasi, ada juga jalur prestasi yang seharusnya memberi kesempatan bagi siswa berprestasi. Namun, masalahnya:
ADVERTISEMENT
Dampak Sistem Zonasi pada Anak Kurang Mampu
Bagi siswa dari keluarga kurang mampu, sistem zonasi seringkali justru membatasi kesempatan mereka:
1. Pilihan Sekolah Sangat Terbatas – Mereka hanya bisa mendaftar ke sekolah terdekat, meskipun kualitasnya belum memadai.
2. Sulit Menembus Jalur Prestasi – Minimnya akses bimbel dan les membuat mereka kalah bersaing di jalur ini.
3. Potensi Terhambat – Jika sekolah di zonanya tidak berkualitas, masa depan pendidikan mereka bisa terancam.
Solusi untuk Meningkatkan Keadilan Sistem Zonasi Agar zonasi benar-benar adil, diperlukan perbaikan menyeluruh:
1. Perbaiki Infrastruktur dan Kualitas Sekolah di Daerah Tertinggal
2. Perbesar Kuota Khusus untuk Anak Kurang Mampu
ADVERTISEMENT
3. Perketat Pengawasan dan Transparansi Seleksi
4. Tingkatkan Akses Bimbel dan Belajar Tambahan Gratis dari Pemerintah
Zonasi Bukan Solusi Ajaib Tanpa Perbaikan Sistemik:
Sistem zonasi memiliki niat baik, tetapi tidak cukup untuk menciptakan pendidikan yang benar-benar adil selama ketimpangan kualitas sekolah masih terjadi. Tanpa perbaikan infrastruktur, pengawasan ketat, dan dukungan bagi siswa kurang mampu, kebijakan ini hanya akan menjadi aturan yang bagus di atas kertas, tetapi gagal di lapangan.
Pendidikan yang merata membutuhkan komitmen jangka panjang dari pemerintah, sekolah, dan masyarakat. Hanya dengan kolaborasi semua pihak, sistem zonasi bisa benar-benar menjadi solusi untuk mengurangi kesenjangan pendidikan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pertanyaan Refleksi:
1. Bagaimana pengalaman Anda dengan sistem zonasi?
2. Apa solusi lain yang bisa membuat pendidikan di Indonesia lebih adil?
Sumber Data:
Dengan pendekatan yang lebih komprehensif, zonasi bisa menjadi langkah awal menuju pendidikan yang lebih adil. Namun, tanpa perbaikan kualitas sekolah dan penegakan aturan yang ketat, kesenjangan akan terus terjadi. Pendidikan berkualitas harus bisa diakses oleh semua anak, tanpa terkecuali.