Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Agroforestri Salak Sibetan Bali Sebagai Situs Warisan Pertanian Dunia
6 Januari 2025 17:48 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Okta Prastowo Raharjo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Koordinator Bidang Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) dan Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong Agroforestri Salak Sibetan menjadi situs GIAHS (Globally Important Agricultural Heritage Systems) pertama dari Indonesia sejak tahun 2017, hingga akhirnya pada bulan September tahun 2024 diakui sebagai situs GIAHS pertama dari Indonesia. Pengakuan ini bisa dianggap sebagai sebagai milestone Indonesia dalam melindungi kekayaan budaya pertaniannya secara internasional.
ADVERTISEMENT
Pencapaian ini sebenarnya tidak lepas dari peran para petani salak Sibetan yang tergabung dalam subak abian (subak untuk lahan kering) yang berhasil melestarikan lansekapnya secara turun temurun namun tetap mampu mengeksploitasinya sebagi sumber penghidupan dan mata pencaharian.
Pelestarian lansekap di Agroforestri Salak Sibetan dilakukan secara turun temurun sejak abad ke-14 M sesuai dengan catatan catatan lontar milik Desa Adat Sibetan yang menjadi awig-awig (peraturan adat). Para leluhur Sibetan menemukan sistem agroforestri salak yang dikombinasi dengan tanaman lain dalam sistem multi-strata. Sistem multi strata ini terlihat dengan adanya berbagai jenis tanaman dengan ketinggian berbeda-beda dalam tiap petak kebun. Umbi-umbian seperti ubi jalar ditanam pada strata rendah. Pada strata rendah-menengah, petani menanam berbagai jenis empon-empon atau biofarmaka seperti jahe dan lengkuas. Pada strata menengah, petani menanam tanaman seperti salak dan pisang. Tanaman seperti melinjo, kakao dan cengkeh ditanam pada strata menengah-tinggi, sedangkan untuk strata tinggi petani menanam tanaman seperti mangga wani. Ilustrasi sederhana pertanian multi strata dapat dilihat sebagai berikut.
ADVERTISEMENT
Praktek-praktek pelestarian yang sesuai prinsip-prinsip pelestarian modern juga sudah dilakukan sejak dulu. Sebagai contoh, praktek rendah karbon juga diterapkan di Agroforestri Salak Sibetan. Secara turun menurun, para petani menerapkan budidaya pertanian organik dan sangat membatasi penggunaan produk pupuk dan pestisida non organik. Praktek rendah karbon juga tercermin dalam proses pengolahan salak yang mana semua hasil panen diolah menjadi barang bernilai ekonomi sehingga tidak ada yang terbuang (zero waste). Selain dijual sebagai buah segar, buah salak juga dibuat manisan, dodol, selai dan sebagainya. Biji salak diolah menjadi kopi sedangkan kulitnya diolah menjadi teh. daun dan batang salak bisa dijadikan produk kerajinan seperti keranjang dan kotak untuk menaruh hiasan.
Bagi warga Sibetan, budidaya agroforestri salak merupakan sumber pangan dan mata pencaharian utama yang bisa diandalkan. Bahkan aktivitas mereka tidak bukanlah hanya terbatas bertani dan menjual hasil panen salak dan lainnya. Mereka telah melakukan usaha-usaha lain yang sangat terkait dengan keberadaan agroforestri salak, misalnya: mengembangkan industri rumahan produk olahan salak, bisnis agrowisata seperti menyediakan homestay dan paket-paket wisata salak, restoran dengan menu utama olahan salak dan hasil bumi lokal, koperasi/lembaga keuangan mikro, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Keberhasilan Agroforestri Salak Sibetan menjadi situs GIAHS pertama dari Indonesia adalah bukti budaya sistem pertanian Indonesia yang kaya dan dapat memberi kontribusi bagi dunia. Selain itu juga, Agroforestri Salak Sibetan bisa menjadi inspirasi situs-situs budaya pertanian lain di Indonesia untuk ikut menjadi nominasi situs warisan sistem pertanian dunia.