Prospek Program Taksi Alsintan Kementerian Pertanian

Okta Prastowo Raharjo
Okta Prastowo Raharjo, ST, MSc adalah Analis Kebijakan Muda pada Sekretariat Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian.
Konten dari Pengguna
1 Desember 2022 7:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Okta Prastowo Raharjo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Taksi Alat dan Mesin Pertanian (alsintan) merupakan program baru Kementerian Pertanian TA 2022 yang diluncurkan oleh Presiden RI beberapa bulan lalu. Program taksi alsintan ini adalah inisiatif Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yang disampaikan ke Presiden Joko Widodo sebagai upscaling program mekanisasi yang sangat massif dilakukan pada 7 tahun pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo. Tujuan program ini adalah memberi bantuan bagi kelompok-kelompok pelaku usaha pertanian untuk menyediakan alat dan mesin pertanian (alsintan) secara mandiri melalui fasilitasi bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Taksi alsintan diharapkan menjadi terobosan baru yang akan menggantikan pola bantuan hibah yang selama ini dilakukan agar lebih produktif, mendidik petani supaya lebih mandiri dan tidak membebani APBN. Taksi alsintan menerapkan konsep bisnis sewa alat dan mesin pertanian yang diharapkan ikut menumbuhkembangkan rintisan-rintisan usaha model baru sektor pertanian di Indonesia.
Mekanisasi olah tanah dengan traktor oleh petani
Taksi alsintan mendorong petani wirausaha untuk berbisnis jasa sewa alsintan sebagai bentuk diversifikasi lapangan usaha agar tidak hanya bergantung pada bisnis pertanian on-farm saja. Taksi alsintan bisa dilakukan secara pribadi maupun kelompok tergantung kecukupan modal. Sebagai gambaran, bisnis ini membutuhkan modal minimal Rp. 2 Miliar yang akan digunakan untuk membeli alsintan pra panen seperti traktor, cultivator, combine harvester dan sebagainya. Selain itu, bisnis ini harus beroperasi di wilayah yang mempunyai minimal 200-hektar lahan pertanian aktif sehingga permintaan sewa alsintan dapat terus ada. Karena kebutuhan modal yang relatif besar bagi sebagian besar petani di Indonesia, maka Kementerian Pertanian mendorong jasa perbankan untuk memperluas skema Kredit Usaha Rakyat yang selama ini sudah berjalan untuk program Taksi Alsintan.
ADVERTISEMENT
Mekanisasi di Indonesia
Dalam hal mekanisasi pertanian, Indonesia masih tertinggal jauh dengan negara maju seperti Amerika Serikat atau Jepang. Bahkan menurut rilis yang dikeluarkan oleh Balai Besar Mekanisasi Pertanian pada tahun 2019, level mekanisasi Indonesia tertinggal dari negara tetangga seperti Malaysia maupun Thailand. Untuk mengatrol level mekanisasi Indonesia, Kementerian Pertanian telah menyalurkan ratusan ribu alsintan ke kelompok petani melalui skema bantuan pemerintah sejak tahun 2015. Namun program seperti ini tidak bisa terus-menerus dilakukan mengingat keterbatasan anggaran pemerintah. Kemampuan fiskal pemerintah untuk memberi bantuan alsintan ke kelompok petani juga berkurang selama pandemic Covid-19 sehingga perlu dilakukan upaya-upaya inovatif lainnya. Selain itu, bantuan pemerintah alsintan secara teknis mempunyai kelemahan dalam menyesuaikan kebutuhan mekanisasi petani, sehingga rasa kepemilikan terhadap alsintan bantuan pemerintah tidak berkembang dalam diri petani/kelompok tani yang akhirnya timbul moral hazard seperti ditemukannya alsintan dari bantuan pemerintah yang mangkrak di lapangan.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut maka program Taksi Alsintan diluncurkan. Taksi Alsintan melibatkan sektor perbankan dalam pembiayaan kepemilikan alsintan melalui KUR sebagai solusi terhadap keterbatasan anggaran pemerintah. Dengan skema KUR, petani juga ikut terlibat langsung untuk membeli alsintan sesuai kemampuan dan kebutuhannya sehingga insentif dari pemerintah bisa tepat sasaran dan kebutuhan. Taksi alsintan ini juga diharapkan bisa menumbuhkan pasar jasa sewa alsintan di sektor pertanian terutama di lingkungan petani mikro dan kecil. Sebagai informasi, mekanisasi di level terendah inilah yang mempunyai peran strategis dalam modernisasi industri suatu negara. Amerika Serikat telah melakukan mekanisasi untuk pertanian mikro dan kecil pada awal tahun ‘20-an melalui penumbuhan pasar jasa sewa alsintan secara luas begitupun juga negara-negara maju lain yang saat ini sudah menikmati hasil dari industri pertanian yang maju dan modern.
ADVERTISEMENT
Faktor-faktor penentu
Kesuksesan program inovatif seperti Taksi Alsintan ini sangat tergantung pada dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal suksesnya suatu inovasi adalah terletak pada kecocokan sebuah produk inovasi (penyedia jasa sewa alsintan) dengan kebutuhan pengguna potensial yang menjadi targetnya (petani). Dalam hal ini hukum penawaran dan permintaan dasar berlaku. Program Taksi Alsintan ini akan sukses jika layanan yang disediakan oleh penyedia jasa sewa alsintan mampu memenuhi kebutuhan mekanisasi petani.
Sedangkan faktor eksternal lebih kepada prasyarat agar produk inovasi tersebut dapat diadopsi. Faktor eksternal ini lebih pembentukan ekosistem bisnis yang memampukan bagi jasa sewa alsintan untuk berkembang dan berlanjut. Mengutip penelitian oleh Daum et.al (2021), ongkos transaksi adalah prasyarat kunci suksesnya jasa sewa alsintan seperti Taksi Alsintan. Dalam ilmu ekonomi, ongkos transaksi adalah semua ongkos yang dikeluarkan selain dari ongkos produksi dan ongkos transportasi seperti baik penjual maupun pembeli harus saling mencari dan menumbuhkan rasa saling percaya terhadap informasi yang disediakan kedua belah pihak (seleksi informasi), kemudian kedua belah pihak melakukan negoisasi terhadap syarat dan ketentuan layanan dan memastikan syarat ketentuan ini dipantau, dilaksanakan dan dipatuhi. Rendah atau tingginya ongkos transaksi dalam mekanisasi pertanian ditentukan oleh fakto-faktor sebagi berikut
ADVERTISEMENT
Ketidakpastian pada risiko dalam usaha mekanisasi pertanian yang berhubungan dengan kemampuan menyediakan jasa alsintan yang tepat musim dengan kualitas dan kuantitas memadahi. Ketidakmampuan menyediakan layanan ini akan mengakibatkan turunnya produksi yang merugikan petani sebagai pengguna jasa layanan. Sedangkan dari sisi penyedia jasa sewa alsintan, ketidakpastian bersumber dari hal-hal seperti kemampuan dan kemauan petani untuk membayar jasa sewa serta kondisi teknis di lapangan seperti kondisi lahan berbatu atau tidak, berkayu atau tidak dan sebagainya. Ketidakpastian ini juga akan berpengaruh pada risiko kredit bagi pemilik traktor yang mengakses program kredit perbankan.
Kekhususan alsintan seperti combine harvester hanya bisa digunakan untuk aktivitas tunggal saja yaitu memanen sedangkan traktor bisa digunakan untuk aktivitas multiguna (membajak tanah, menyemprot hama, menanam bibit) tergantung alat tambahan yang dipasang.
ADVERTISEMENT
Frekuensi transaksi yaitu seberapa sering transaksi sewa terjadi, dalam mekanisasi pertanian frekuensi transaksi penyedia jasa sewa alsintan dan petani penyewa dibatasi oleh siklus musim tanam.
Kompleksitas syarat dan ketentuan layanan karena dalam mekanisasi pertanian syarat dan ketentuan layanan tidak hanya sebatas harga dan lama sewa tetapi juga harus meliputi kondisi lahan, kedalaman bajak, kecepatan mesin, pengendalian erosi tanah dan sebagainya. Hal-hal ini sangat sulit untuk diterjemahkan dalam kontrak dan rawan mengakibatkan terjadinya informasi asimetris kedua belah pihak yang bertransaksi. Kondisi ini akan mengakibatkan masalah tunda janji yaitu ketika kedua belah pihak memutuskan untuk menunda melaksanakan kontrak karena khawatir rekanan bisnis akan memanfaatkannya.
Keterukuran kualitas layanan yang mudah untuk pantau oleh kedua belah pihak yang bertransaksi. Dalam mekanisasi keterukuran ini menjadi isu yang sulit sebagi contoh sangat sulit mengukur kedalaman bajak yang sesuai dengan kesepakatan.
ADVERTISEMENT
Sebaran spasial lahan petani menentukan harga sewa alsintan. Jarak yang jauh dari penyedia sewa alsintan akan mengakibatkan ongkos mobilisasi alsintan menjadi mahal karena ongkos bahan bakar lebih mahal.
Khusus untuk pemilik traktor, selain dipengaruhi oleh faktor di atas mereka juga harus menanggung ongkos transaksi dengan operator alat. Ongkos transaksi ini bisa timbul dari moral hazard operator seperti tidak melakukan perawatan alsintan sebagaimana yang tertulis dalam kontrak atau ongkos bahan bakar yang diambil untuk kepentingan pribadi.
Prospek Taksi Alsintan
Taksi Alsintan sebagai program inovatif dapat sukses ke depannya apabila Kementerian Pertanian sebagai pemilik program merancang secara lebih detail program ini. Taksi Alsintan diharapkan memiliki fitur-fitur program yang dapat mengatasi hambatan yang berasal dari faktor internal maupun eksternal. Dari sudut pandang faktor internal, Taksi Alsintan harus menarik wirausaha khususnya di sektor pertanian dan petani untuk terlibat dalam pasar jasa sewa alsintan. Mengingat saat ini generasi milenial yang berada di puncak generasi produktif maka program Taksi Alsintan juga bisa mengadaptasi gaya hidup digital yang menjadi bagian hidup dari generasi ini. Program Taksi Alsintan dapat mulai merancang digitalisasi program misalnya dengan cara mengembangkan market place digital bagi pasar sewa alsintan. Platform ini dapat dijadikan sebagai insentif yang menarik baik bagi wirausaha jasa sewa alsintan maupun petani. Digitalisasi ini diharapkan bisa mempertemukan secara optimum antara layanan yang disediakan penyedia jasa sewa alsintan dengan kebutuhan mekanisasi petani.
ADVERTISEMENT
Sedangkan secara eksternal, Kementerian Pertanian harus merancang program Taksi Alsintan agar mempunyai prasyarat yang cukup untuk tumbuh dan berkembang yang akhirnya bisa berlanjut untuk memajukan sektor pertanian di Indonesia. Adapun hal-hal yang harus menjadi perhatian dalam mengembangkan prasyarat tersebut adalah:
Kewirausahaan adalah faktor kunci berhasilnya program Taksi Alsintan. Kewirausahaan yang tangguh akan diperluakn untuk menghadapi ketidakpastian dalam jasa sewa alsintan yang tinggi, bernegoisasi dengan pihak penyewa maupun pemberi modal, serta mengelolan ketepatan penghantara layanan sewa alsintan sesuai musim dan kebutuhan petani. Karena itulah pelaku yang bergabung dengan program ini harus telah mempunyai pengalaman wirausaha pertanian yang cukup. Hal ini dapat dimulai dengan mempromosikan program Taksi Alsintan kepada petani individu maupun kelompok yang memiliki rekam jejak usaha yang baik yang dapat dimulai dengan Unit Pengelola Jasa Alsintan (UPJA) berdaya yang tersebar di seluruh Indonesia. UPJA inilah yang selama ini dipromosikan untuk mengelola bantuan alsintan pemerintah. Pemetaan UPJA yang telah sukses mengelola alsintan menjadi data awal pelaku Taksi Alsintan.
ADVERTISEMENT
Lokasi sangat mempengaruhi keefisienan layanan sewa alsintan. Jasa sewa alsintan harus berada di lokasi yang memiliki usaha tani yang sudah atau mempunyai potensi untuk dikonsolidasi agar layak secara ekonomi. Taksi Alsintan secara khusus harus mensyaratkan luas lahan yang akan dilayani oleh jasa sewa yang terorganisasi baik secara spasial. Lahan-lahan pertanian yang berkelompok sebaiknya mempunyai pola tanam yang seragam dan secara tipologi seragam. Jasa sewa alsintan yang dikembangkan dengan kriteria lokasi seperti ini diharapkan bisa berkembang secara baik karena efisien.
Jenis alsintan yang disediakan dalam program Taksi Alsintan sebisa mungkin beragam dan tidak terlalu spesifik fungsinya agar pengelolaannya efisien dan lebih menguntungkan. Traktor dan cultivator bias menjadi pilihan utama karena dua jenis alsintan ini memiliki keluwesan dalam penggunaannya.
ADVERTISEMENT
Insentif pemerintah dalam bentuk skema pembiayaan yang ramah dengan siklus usaha tani sangat diperlukan terutama bagi UPJA yang sudah berjalan walaupun masih belum keluar dari skala usaha rintisan. Modifikasi terhadap syarat dan ketentuan KUR konvensional untuk lebih ramah usaha tani diperlukan seperti dari skema cicilan bulanan menjadi skema yarnen (bayar setelah panen). Insentif-insentif perlindungan seperti asuransi pertanian juga perlu diberikan untuk mewujudkan stabilitas ekosistem usaha Taksi Alsintan.
Pelibatan pihak lain yang terkait seperti jaringan penyuluh pertanian, koperasi tani, perbankan, lembaga riset, sekolah vokasi dan perguruan tinggi dapat menjadi sumber peningkatan kapasitas pengetahuan yang berkelanjutan. Hal ini diperlukan karena Taksi Alsintan pada dasarnya adalah usaha berbasis teknologi yang perkembangannya sangat pesat. Jejaring pengetahuan yang solid akan sangat menentukan kesuksesan program Taksi Alsintan dari waktu ke waktu.
ADVERTISEMENT
Penutup
Taksi Alsintan program yang digagas oleh Kementerian Pertanian untuk membantu individu petani maupun kelompok petani bergerak di bidang usaha sewa alsintan mempunyai peran yang strategis dalam mewujudkan pertanian Indonesia yang maju, mandiri dan modern melalui mekanisasi. Untuk sukses dan bertahan, program Taksi Alsintan perlu memastikan bahwa skema programnya sesuai dengan kebutuhan petani dan menarik bagi penyedia jasa sewa alsintan. Kementerian Pertanian harus memastikan prasyarat bagi suksesnya program inovatif Taksi Alsintan bisa tumbuh berkembang dan berlanjut berbagai upaya seperti insentif, seleksi pelaku yang ketat dan membuat persyaratan teknis yang layak secara ekonomi.