Konten dari Pengguna

Ironi SMK: Lulusan Siap Kerja tapi Sulit Dapat Pekerjaan

Oktavia Anandha
Mahasiswa Semester 5 Program Studi Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta - Hobi Mendengarkan Musik
22 Desember 2024 9:51 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Oktavia Anandha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kenapa Lulusan SMK Paling Banyak Menganggur? Ini Faktanya
Krisis Pekerjaan. Foto : pexels
zoom-in-whitePerbesar
Krisis Pekerjaan. Foto : pexels
Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sering dianggap siap terjun ke dunia kerja. Namun, data justru berkata sebaliknya. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, tingkat pengangguran terbuka (TPT) lulusan SMK mencapai 9,31%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan lulusan SD, SMP, bahkan perguruan tinggi.
ADVERTISEMENT
Situasi ini jadi ironi besar. Padahal, SMK dirancang untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja melalui pelatihan vokasional. Tapi, kenyataannya banyak lulusan SMK yang kesulitan mendapatkan pekerjaan.
Apa yang Salah?
Masalah ini bukan hanya soal statistik. Pengangguran di kalangan lulusan SMK berdampak besar pada ekonomi dan sosial. Potensi tenaga kerja produktif jadi tidak optimal, kesenjangan sosial makin lebar, dan pembangunan ekonomi terhambat.
Data BPS menunjukkan, salah satu penyebab utama adalah ketidaksesuaian keterampilan yang diajarkan di sekolah dengan kebutuhan industri. Ditambah lagi, kurangnya hubungan antara SMK dan perusahaan lokal, serta rendahnya kualitas pendidikan menjadi hambatan besar.
Ali, lulusan SMK jurusan Teknik Mesin, bercerita bahwa ia sudah 8 bulan menganggur. “Perusahaan di daerah saya lebih butuh operator komputer, bukan teknisi mesin,” katanya. Kisah seperti Ali ini mencerminkan masalah besar yang dihadapi lulusan SMK di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Tiga Masalah Utama Pendidikan SMK
Ada tiga faktor utama yang membuat lulusan SMK sulit bersaing di dunia kerja:
Banyak SMK mengajarkan keterampilan yang tidak sesuai dengan kebutuhan industri modern.
Dunia kerja membutuhkan kemampuan komunikasi, kepemimpinan, dan kerja sama tim, yang sering kali kurang diajarkan di SMK.
Program magang atau pelatihan kerja yang efektif masih minim karena hubungan antara SMK dan perusahaan lokal belum terjalin dengan baik.
Apa Solusinya?
Untuk mengatasi masalah ini, ada beberapa langkah yang bisa diambil:
Kurikulum SMK harus disesuaikan dengan kebutuhan industri terkini, terutama di sektor jasa, teknologi, dan manufaktur.
ADVERTISEMENT
Pendidikan di SMK harus memasukkan pelatihan komunikasi, kreativitas, dan problem solving sebagai bagian penting dari kurikulum.
SMK perlu menjalin hubungan erat dengan perusahaan lokal untuk menyediakan magang dan pelatihan berbasis praktik.
Pemerintah harus berinvestasi dalam pelatihan guru dan menyediakan fasilitas belajar berbasis praktik.
Peran Kita Semua
Tidak hanya pemerintah, masyarakat juga harus ikut mendorong kesadaran akan pentingnya pendidikan vokasional yang relevan. Orang tua, guru, dan pelaku industri harus saling bekerja sama agar SMK benar-benar menjadi solusi bagi dunia kerja.
Menurut Anda, apa yang harus dilakukan agar lulusan SMK tidak lagi menjadi kelompok dengan tingkat pengangguran tertinggi? Bagikan pendapat Anda di kolom komentar!
ADVERTISEMENT