Mengulas Argumen Zakir Naik tentang Rukun Iman ke-5

Oktavia Ningrum
Mahasiswi PAI Universitas Islam Negeri Malang
Konten dari Pengguna
18 Maret 2022 12:23 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Oktavia Ningrum tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
diambil dari dokumen pribadi (lokasi: Malang)
zoom-in-whitePerbesar
diambil dari dokumen pribadi (lokasi: Malang)
ADVERTISEMENT
Bicara perihal rukun iman yang yang pertama dan kelima, keduanya berkaitan dengan sangat erat. Seseorang yang mengimani salah satunya saja bisa dikatakan tidak sempurma imannya karena keduanya saling berkaitan. Mengimani Allah Swt., berarti juga mengimani segala kuasa dan kehendaknya. Termasuk di dalamnya adalah hari akhir. Sebaliknya pun begitu pula dengan mengimani hari akhir, maka semua akan kembali pada asbab pertama (cause prima) yang bermuara pada landasan ontologi yakni "Tuhan" yang tiada lain dan tiada bukan adalah Allah Swt.
ADVERTISEMENT
Dalam video berdurasi 26 menit yang berisi dialog tentang "Bukti Logis akan adanya Hari Akhir" dan dinarasumberi oleh seorang muslim India bernama Zakir Naik, dapat disaksikan seorang berdarah India yang menunjukkan identitasnya sebagai profesor mengajukan sebuah pertanyaan perihal akhirat, dan menginginkan bukti logis terkait keberadaan akhirat secara ilmiah.
Zakir Naik menyatakan keyakinannya perihal kebenaran Al-Quran dalam pengantar jawabannya. "Sekitar 80% isi Al-Quran telah terbukti benar secara sains dan ilmiah, sisa 20% yang belum diketahui manusia secara pasti (ambigu) dikarenakan minimnya pengetahuan manusia tentang hal tersebut. Namun dari 80% fakta tersebut, belum ada yang terbukti salah. Maka saya yakin 20% sisanya adalah benar." ujarnya tegas saat itu.
Dalam pengantarnya yang begitu apik dan lugas, selayaknya sebagai seorang yang mengungkapkan fakta mestilah disertai dengan bukti. Darimana beliau mendapatkan data akurat perihal 80% dan 20% tersebut? Bilamana mengutip, apakah hasil kutipan tersebut dapat dipertanggungjawabkan?
ADVERTISEMENT
Secara garis besar, jika memandang perkataan beliau sebagai seorang muslim yang mengimani Al-Quran dan seisinya, hal tersebut akan sangat mudah diterima. Namun akan lain pandangannya jika yang mendengar adalah mereka yang tak menjadikan Al-Quran sebagai kitab pedomannya. Ditambah dengan akal yang bebas mengkritisi. Akan muncul ragam pertanyaan-pertanyaan baru perihal ucapannya. Darimana? Siapa? Kapan? Dimana? Kenapa? Mengapa? Bagaimana? Buktinya?
Hal itu wajar mengingat tema yang diusung sedari awal adalah bukti logis. Logika yang berarti melibatkan akal pikiran sebagai manusia. Maka sangat lumrah bila pendengar mulai mempertanyakan hal tersebut.
Berlanjut di menit-menit berikutnya, Zakir Naik mulai menjawab dengan mengambil sebuah perumpamaan. Dan dari perumpamaan tersebut beliau pun mengajukan pertanyaan dan meminta satu jawaban logis yang dapat mematahkan argumennya. Tentang bukti logis jika mencuri itu buruk bagi pelakunya? Dan uniknya tidak ada satupun jawaban logis yang dapat membuktikan jika mencuri itu buruk bagi pelakunya.
ADVERTISEMENT
Lewat keterampilan bicara dan pembawaannya, beliau kembali menggiring pendengar. Kali ini ia memosisikan diri sebagai penjawab. Sampai di sini, beliau kembali menunjukkan kekhasannya dalam menjawab pertanyaan, kembali mengambil sebuah perumpamaan dan menuntut jawaban logis.
Dan dari sana jawaban dari pertanyaan awal terjawab. Bukti logis akan adanya akhirat. Akhirat sendiri adalah alasan logis dari keadilan atas tiap perilaku yang merugikan orang lain dan dianggap buruk. Akhirat adalah bagian dari alasan logis perihal keadilan yang benar-benar adil. Balasan dari setelah adanya kematian. Namun untuk mempercayai akhirat, maka terlebih dahulu seseorang harus mempercayai Dzat yang menciptakan akhirat tersebut (Allah Swt.).
Dalam video tersebut Zakir Naik mengutip kembali terjemahan QS. An-Nisa ayat 56:
ADVERTISEMENT
"Sungguh, orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti dengan kulit yang lain, agar mereka merasakan azab. Sungguh, Allah Maha-perkasa, Mahabijaksana."
Dalam hal ini Zakir Naik telah menunjukkan jawaban apiknya lewat kutipan ayat tersebut. Namun akan lebih baik pula jika beliau sampaikan fakta penelitian terkait ayat tersebut yang telah terbukti kebenarannya secara sains sebagai pengukuh argumentasinya.
Ada banyak hikmah yang bisa dipetik dari video tersebut. Terkait cara beliau menjawab dan jawaban itu sendiri. Tindakannya dalam mengambil dan menafsirkan ayat-ayat di kitab lain bisa dibilang cukup berani. Dan akan mendatangkan banyak kontroversi di pihak lain. Akan tetapi secara garis besar, jawaban-jawabannya terbukti ampuh dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang cukup radikal. Wallahu a'lam.
ADVERTISEMENT