Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Jatuh Bangun Merintis Gelar Sarjana
16 Januari 2024 10:45 WIB
Tulisan dari Oktavian Aristina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Lika-liku kehidupan kuliah sering kali mewarnai hidup mahasiswa. Suka duka datang beriringan seolah menguji keteguhan dan kesabaran. Hal inilah yang turut dialami Danang Pamungkas (24), seorang mahasiswa jurusan Teknologi Informasi di Universitas Amikom Purwokerto. Layaknya mahasiswa pada umumnya, kehidupan Danang tak pernah luput dari cerita manis dan pahit yang menghiasi hari-harinya.
ADVERTISEMENT
Danang Pamungkas mengalami pasang surut dalam prosesnya meraih gelar sarjana. Dari hidup yang penuh warna, luntur, hingga bangkit kembali demi sebuah cita. Perjalanan hidupnya menjadi pemacu semangat bagi orang di sekelilingnya.
Profil Danang Pamungkas
Lahir di Banjarnegara 24 tahun silam, tepatnya tanggal 26 Maret 1999, kehidupannya ini penuh dengan kesederhanaan. Latar belakang keluarganya justru menumbuhkan jiwa pekerja keras yang membara bak api yang membakar rumput kering. Danang Pamungkas adalah lulusan teknik otomotif di SMK Negeri 1 Bukateja pada tahun 2017. Usainya pendidikan 12 tahun dan kerasnya kehidupan akhirnya menggiringnya mengadu nasib di Kota Metropolitan demi sebuah pundi-pundi rupiah.
Nasibnya kala itu bisa dibilang beruntung. Mendapatkan kesempatan bekerja di perusahaan dengan gaji yang menjanjikan. Bisa membalas budi, membahagiakan orang tua, hingga mencapai keinginan. Namun, seperti longsor yang datang tanpa ada kabar, pandemi tiba menyerang, menghancurkan segala sendi dalam kehidupan. Danang menjadi salah satu korbannya, terpaksa mendapat PHK karena situasi perekonomian kala itu yang sedang tak baik-baik saja.
ADVERTISEMENT
“Terkena PHK rasanya seperti kehilangan masa depan, karena waktu itu sedang di posisi nyaman bekerja dan kerja yang baru dua tahun. Sehingga, merasa belum cukup untuk menatap hari besok serta kaget dengan keadaan yang diterima” tutur Danang Pamungkas (24), Sabtu (16/12).
Empat bulan terpuruk dalam kebingungan, akhirnya Danang Pamungkas memilih melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan. Memilih dengan mantap demi tujuan mendapatkan gelar agar nantinya bisa bersaing dengan generasi intelektual. Berkuliah dengan biaya sendiri, mengerahkan tabungan adalah prinsip yang diterapkan olehnya. Alasan malu dan tak enak hati merepotkan orang tua, ia harus merelakan tabungannya terkisis demi habis untuk gelar sarjana dan selembar kertas ijazah.
“Bapak saya hanya seorang petani dan ibu sekadar ibu rumah tangga. Sehingga, penghasilan orang tua hanya cukup untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari” lanjut Danang Pamungkas.
ADVERTISEMENT
Di balik kekurangan pasti ada kelebihan, Danang Pamungkas adalah mahasiswa yang cukup aktif mengikuti organisasi dan berbagai kegiatan yang bermanfaat kerap ia lakukan. Mulai dari bergabung dalam UKM dan menjadi kepanitiaan dalam kegiatan kampus, seperti PPM sudah pernah ia lakoni.
Waktu terus berjalan, roda kehidupan terus berputar, sampai akhirnya sampai pada fase menyedihkan. Sembil menyelam minum air, ia berkuliah sembari mencari penghasilan. Jatuh bangun hidupnya seakan menyayat kepedihan.
“Waktu semester empat saya pernah ada pikiran mau berhenti kuliah aja, karena ga ada uang. Tapi, saya mikir-mikir lagi soalnya nanggung udah tinggal beberapa semester lagi” pungkas Danang Pamungkas.
Namun, segalanya pasti berimbang, ia mengerahkan seluruh tenaga dan pikirannya agar tetap bisa melanjutkan pendidikan. Seperti kata pepatah, habis gelap terbitlah terang, keberuntungan datang menghampiri sebagai imbalan dari kerja kerasnya selama ini. Minatnya dalam dunia IT, fotografi, dan videografi mengantarkannya pada sebuah titik terang. Kehidupannya mulai kembali berjalan sesuai angan.
ADVERTISEMENT
“Sejak saat itu, saya coba-coba daftar beasiswa, freelance jadi fotografer sama videografer, ikut lomba-lomba di kampus dan luar kampus juga, sama daftar MBKM. Alhamdulillah satu-persatu rencana itu terealisasikan dan berjalan sesuai harapan saya” tambah Danang Pamungkas.
Keteguhan dan jiwa pantang menyerah mengantarkan Danang pada kehidupan yang menyenangkan. Susah senang terukir dalam cerita, tersimpan dalam memori, dan menjadi tombak dalam mendongkrak pikiran kritis untuk diri agar tetap maju dan tak iri hati.
Pencapaian Danang Pamungkas
1. Juara 1 Lomba Short Movie IITC 2021 Tingkat Nasional dan Juara 2 Lomba Nasional Videografi 2023 (STIKES Medistra Indonesia)
Hobi dan minatnya itu membuka jalan terang. Ia bukan hanya pantang menyerah, tetapi ulet dan berprestasi. Beberapa capaian menjadi portofolio yang akan menguntungkan kariernya. Kegiatan demi kegiatan ia ikuti, bukan memulu soal uang, melainkan demi pengalaman.
ADVERTISEMENT
“Suka tuh saya cari-cari info lomba-lomba di sosial media, terutama lomba video. Soalnya kalo menang kan lumayan yah dapat sertifikat, bisa buat portofolio wisuda, daftar kerja. Gitu lah intinya” kata Danang Pamungkas.
2. Fotografi
Jepretan kamera ciptakan momen yang tersimpan dalam sebuah memori. Satu dua kali jepretan selamatkan kenangan yang mungkin tak terulang kembali. Freelance menjadi fotografer nyatanya menyelamatkan Danang dari jurang kehancuran. Targer hidup dengan lulus sebagai sarjana kini mulai menemui titik puncak. Berkat keuletannya dalam menggeluti dunia fotografi, Danang mulai dikenal dan tak sedikit orang rela mengeluarkan uang untuk membayar jasanya.
“Saya suka dunia foto dan video. Bahkan tak jarang saya juga membuat konten-konten dan di post di sosial media Instagram. Waktu itu saya putar otak gimana biar bisa dapet uang buat bayar semesteran. Selesai magang MBKM di Jakarta, saya tetap harus bisa dapet uang, ya itu salah satunya buka jasa foto. Sebenarnya saya sama temen juga punya bisnis studio foto, tapi ngga jalan” ujar Danang Pamungkas.
ADVERTISEMENT
Tak sampai di situ saja perjuangannya. Rela ke sana ke mari memenuhi panggilan demi dapatkan penghasilan. Setiap lembar foto bagikan nafkah untuk gelar sarjananya.
Galar sarjana bukanlah tanda produk jadi, ia ditempuh dengan proses yang menyayat hati dan pikiran. Semakin besar perjuangan, maka semakin indah pula dalam meraih kemenangan. Malu dan iri hati tak akan mengantarkan kita pada puncak kesuksesan. Selagi muda, manfaatkan keahlian dan raih cita agar hidup terus maju ke dapan. Kisah Danang memberikan banyak pembelajaran, suka dan duka menjadi warna dalam kehidupan. Jatuh bangun bukan hal menyedihkan selama kita mau berjuang, karena keberuntungan tak pernah memandang status dan latar belakang.