Pasutri Kompak Berjualan, Tetap Bertahan Meskipun Keadaan Tidak Seimbang

Oktavian Aristina
Mahasiswi Universitas Amikom Purwokerto
Konten dari Pengguna
18 Desember 2022 22:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Oktavian Aristina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Dokumentasi Pribadi (Ibu Vina seorang pedagang di Pasar Pereng, Purwokerto)
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Dokumentasi Pribadi (Ibu Vina seorang pedagang di Pasar Pereng, Purwokerto)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Purwokerto - Pandemi Covid-19 telah merenggut banyak nyawa manusia dan puluhan ribu pekerja terkena imbas PHK. Jutaan manusia menjerit, kesulitan, dan sengsara yang terus berkelanjutan. Banyak sektor terkena dampaknya, salah satunya sektor perdagangan. UMKM seperti pedagang kaki lima yang dulunya laris kini terlihat miris. Mereka harus berhenti berjualan akibat adanya aturan pembatasan kegiatan. Pak Loto dan Ibu Vina sepasang pasutri yang berprofesi sebagai pedagang makanan di Pusat Kuliner Pratistha Harsa Pereng, Purwokerto, juga merasakan peliknya hidup di tengah pandemi. Mereka telah berjualan selama empat tahun dan mulai berjualan dari pukul 14.00-22.00 WIB.
ADVERTISEMENT
Pasar Pereng merupakan satu dari beberapa pasar kuliner yang cukup terkenal di Purwokerto yang letaknya dekat dengan pusat kota, yaitu Alun-Alun Purwokerto. Banyak pedagang menggangtungkan hidupnya dengan berjualan aneka makanan seperti ayam geprek, soto, bubur, dan masih banyak lagi. Selama pandemi melambung, pedagang terpaksa tutup karena aturan pembatasan. Namun, seiring dengan waktu kini pandemi mulai melandai dan sektor perdagangan dibuka kembali. Aktivitas jual beli di Pasar Pereng kini berjalan normal meskipun, tidak bisa dipungkiri kondisi pandemi telah membuat banyak orang kesulitan.
Sumber : Dokumentasi Pribadi, Pasar Kuliner Pratistha Harsa Pereng, Purwokerto
Pasar Pereng ini menjadi tempat para penjual makanan untuk mencari penghasilan. Salah satu pedagang yang saat ini masih setia berjualan di Pasar Pereng yaitu Pak Loto dan istrinya. Pak Loto dan Ibu Vina kompak mencari pundi-pundi rupiah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan berjualan aneka makanan seperti ayam geprek, nasi kepal, sosis bakar, dan berbagai menu lainnya. Menurut Ibu Vina, ayam geprek merupakan menu favorit konsumen yang dibandrol dengan harga 14 ribu rupiah per porsi. Ayam geprek yang disajikan ini menggunakan saus lada hitam dengan cita rasa pedas, asam, dan manis. Pada umumnya, ayam geprek yang dijual di Pereng ini merupakan ayam yang digeprek dengan cabai rawit asli. Sedangkan, lain lagi dengan ayam geprek yang disajikan oleh Ibu Vina dan Pak Loto. Tapi, untuk rasa tidak kalah dengan ayam geprek lainnya yang ada di Pasar Pereng.
ADVERTISEMENT
Gerai milik pasutri ini terbilang sederhana dan letaknya berada di bagian belakang, sehingga terkesan kurang ramai pembeli. Akibatnya, Ibu Vina sering merugi akibat dagangannya tidak sepenuhnya laku terjual. “Karena Corona ini saya sempat berhenti berjualan selama 7 bulan dan akhirnya saya memilih balik kampung ke Pemalang, kemudian mulai berjualan beberapa bulan yang lalu. Sebenarnya saya takut, tapi kalau saya diam terus, saya tidak punya pemasukan. Sampai-sampai, saldo tabungan saya tinggal 50 ribu untuk memenuhi hidup saya dan modal dagang lagi. Apalagi kios harus tetap dibayar, listrik, sampah, sedangkan penghasilan tiap hari tidak menentu,” ujar Ibu Vina.
Senyum pilu bahkan tampak dari raut wajah Ibu Vina ketika menceritakan sulitnya perjuangan mengais rezeki saat pandemi. Bagi Ibu Vina, seporsi nasi dan ayam geprek yang disuguhkan kepada konsumen merupakan bentuk apresiasi dari kesabaran menunggu datangnya pembeli itu sendiri. Di balik meradangnya pemasukan karena terkadang dagangan tidak habis, Ibu Vina memilih untuk membagikan makanannya kepada orang pinggir jalan.
ADVERTISEMENT
Pandemi yang melanda tidak menyurutkan semangat Ibu Vina dan sang suami untuk bertahan hidup. Meskipun, keadaan yang tidak seimbang antara penghasilan yang didapat dengan kebutuhan yang harus dipenuhi. Hebatnya Ibu Vina tidak pernah terbesit perasaan untuk menyerah. Dirinya yakin, semangat, dan optimis bisa melewati kehidupan yang sulit akibat pandemi.
Dari sosok pasutri ini kita bisa belajar arti sebuah perjuangan. Meskipun pandemi masih berlanjut, akan tetapi para pedagang kini telah menemui titik balik. Walaupun tidak sepenuhnya normal, setidaknya jauh lebih baik daripada saat puncak pandemi.