Universitas Amikom Purwokerto Kunjungi Cagar Budaya Banyumas

Oktavian Aristina
Mahasiswi Universitas Amikom Purwokerto
Konten dari Pengguna
16 Mei 2022 20:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Oktavian Aristina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber; Dokumentasi pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber; Dokumentasi pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Amikom mengadakan kunjungan ke beberapa tempat cagar budaya yang ada di wilayah Banyumas. Bukan sekedar bermain, kegiatan ini bertujuan untuk mengapresiasi seni budaya di Banyumas serta menjaga ketahanan budaya lokal. Kunjungan budaya yang dilakukan oleh Prodi Ilmu Komunikasi ini menjadi bentuk edukasi serta pemahaman budaya yang hampir luntur tergerus oleh arus budaya luar. Kegiatan yang dilaksanakan pada Senin pagi (16/05/2022) mengajak seluruh mahasiswa Ilmu Komunikasi mengenal cagar budaya Banyumas yang begitu iconic dan bisa dikatakan maskotnya Banyumas. Cagar budaya yang berlokasi di Kecamatan Banyumas dekat Alun-Alun Banyumas yang di dalamnya terdapat tempat-tempat bersejarah dan berkesan untuk dikunjungi, diantara tempat itu meliputi Pendopo Sipanji, Sanggar Lengger, Sumur Emas, dan Museum Wayang.
ADVERTISEMENT
Banyak dari kalian mungkin belum mengenal atau bahkan baru mengetahui tentang cagar budaya tersebut, untuk itu hadirnya kegiatan ini memberikan manfaat yang sangat penting guna menambah wawasan mengenai budaya lokal Banyumas. Masing-masing dari cagar budaya itu memiliki sejarah dan cerita yang berakar dari masyarakat setempat, berikut cagar budaya iconic yang ada di Banyumas beserta cerita yang ada di baliknya:
1. Rumah Lengger atau Sanggar Lengger
Sumber: Dokumentasi pribadi
Rumah lengger merupakan bentuk kreatif, semangat anak muda di tahun 2019/2020, serta pusat dokumentasi khusus lengger lanang yang didirikan dengan tujuan untuk melestarikan seni lengger khususnya dan kebudayaan pada umumnya. Di dalam rumah lengger itu tersimpan baju-baju, foto dokumentasi, alat musik pengiring lengger, data-data tentang lengger lanang, dan patung serta perlengkapan ritual yang digunakan sebagai wujud rasa syukur atau wujud doa. Banyak orang menaruh stigma negatif terhadap lahirnya lengger lanang, padahal menurut maestro lengger di Banyumas, Mas Rianto, lengger ini sebenarnya sebagai pelebur antara feminis dan maskulin yang ada pada tubuh manusia. “Lengger sama dengan Jengger atau dalam arti Jawa yaitu darani wadon jebule lanang. Lengger ini lahir dari rahim kaum tani, unsurnya untuk wujud bersyukur atau sekedar pelengkap dalam perayaan kesuburan. Ketika melihat lengger, manusia memiliki stigma negatif seperti erotis dan LGBT. Namun, hal itu tidak benar, mereka hanya sekedar mendalami peran sebagai seorang penari saja,” ujar Mas Rianto.
Sumber: Dokumentasi pribadi
2. Sumur Emas
Sumber: Dokumentasi pribadi
Sumur Emas ini berada di belakang komplek Kota Lama Banyumas. Arti dari nama Sumur Emas ini juga disampaikan oleh Babeh Krisman selaku tim penjaga di sana, “Sumur Emas ini memiliki sejarah dan makna tersendiri. Sumur itu berarti sumbering urip, sedangkan emas itu banyak orang mengatakan berakar dari kata ‘Banyumas’, jika diartikan secara keseluruhan Sumur Emas ini berarti sumbering urip kanggo masyarakat Banyumas.” Ada mitos yang beredar di sana bahwa, orang yang menimba di Sumur Emas dan sedang mengalami masalah, maka permasalah itu akan teratasi. Setiap malam Selasa dan malam Jumat banyak orang mengunjungi Sumur Emas untuk melakukan ritual doa.
ADVERTISEMENT
3. Museum Wayang
Sumber: Dokumentasi pribadi
Museum Wayang Sendang Mas merupakan museum yang digunakan untuk menyimpan koleksi wayang dan alat musik gagrag Banyumasan. Sejarah dari wayang ini adalah ketika masyarakat belum mengenal tulisan dan masih berpegang pada paham animisme, wayang telah menjadi instrumen bagi masyarakat kuno untuk bercerita. Wayang digunakan sebagai media tutur yang melibatkan nilai religius, pementasan wayang bertahan sebagai media penyebaran agama Islam oleh para Wali. Hingga saat ini, pementasan wayang tidak pernah lepas dari unsur religi dan kepercayaan masyarakat di setiap masa. Beberapa koleksi wayang yang ada di Museum Wayang diantaranya ada Wayang Golek Menak, Wayang Suluh, Adegan Pakeliran Wayang Purwa “Bisma Gugur”, dan masih banyak lagi.
Sumber: Dokumentasi pribadi
Kita perlu berbangga dan ikut melestarikan budaya lokal sebagai anak muda generasi penerus bangsa. Melalui pelestarian ini akan membuat budaya kita semakin terkenal dan diminati oleh banyak kalangan, termasuk terkenal hingga kancah internasional. Salah satu pesan dari Mas Rianto, “Jangan banyak mencela, perbanyak mencintai,” artinya kita harus bangga dan cinta terhadap budaya sendiri.
ADVERTISEMENT