Konten dari Pengguna

Tujuh Bidadari dan Ekspansi Warisan Sumpah Pemuda di Victoria, Australia

Oldrin Lawalata
Yellow to Red
28 Oktober 2018 19:36 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Oldrin Lawalata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tujuh Bidadari dan Ekspansi Warisan Sumpah Pemuda di Victoria, Australia
zoom-in-whitePerbesar
Gala Premier Film Tujuh Bidadari di Indonesia dilakukan pada tanggal 25 Oktober 2018 di XXI Epicentrum Jakarta. Film ini merupakan film horor produksi Triple A Films dan Black Spade Productions bekerjasama dengan State Government of Victoria dengan pengambilan gambar dilakukan di Jakarta serta 3 kota di Victoria Australia yaitu, Melbourne, Balarat dan Arrarat serta dibintangi oleh actor dan aktris Indonesia dan Australia.
ADVERTISEMENT
Tujuh Bidadari menceritakan tentang kisah naas grup music Tujuh Bidadari ketika pembuatan video klip di Victoria, Australia. Kisah horor ini dimulai ketika ketujuh gadis muda ini diajak jalan jalan ke oleh Mark, pemuda Kota Balarat ke salah satu tempat teranker di Australia, Aradale Lunatic Asylum Centre, bekas rumah sakit jiwa di Victoria yang berumur lebih dari 100 tahun. Namun naasnya, mereka harus dikorbankan untuk membangkitkan kembali jiwa penyihir imigran yang dibunuh 100 tahun lalu.
Namun yang menarik dari film ini, adalah ketika Mark mengucapkan beberapa penggalan Bahasa Indonesia seperti “apa kabar?” dan “selamat pagi, Ibu Ibu.” Ketika si bule ditanya oleh satu di antara personil Tujuh Bidadari mengenai bagaimana bisa berbahasa Indonesia, Mark menjawab bahwa Bahasa Indonesia dipejarinya di Sekolah Menengah Atas.
ADVERTISEMENT
Hal ini mengingatkan kita kembali bahwa pada tanggal 28 Oktober, 90 tahun lalu, Bahasa Indonesia yang telah menjadi salah satu pemersatu bangsa dalam ikrar Sumpah Pemuda oleh para pemuda Peserta Kongres Pemuda II. Pernyataan Mark di atas menunjukkan salah satu bukti program pengajaran dan diseminasi Bahasa Indonesia di luar negeri termasuk di Victoria, Australia. Petikan kalimat sederhana dalam Bahasa Indonesia oleh bule bernama Mark dalam film tersebut telah menunjukkan ekspansi warisan Sumpah Pemuda di Victoria.
Tujuh Bidadari dan Ekspansi Warisan Sumpah Pemuda di Victoria, Australia (1)
zoom-in-whitePerbesar
(Sumber. Youthplege)
Sejarah pengajaran Bahasa Indonesia di Victoria sendiri telah mengantarkan Bahasa Indonesia menjadi salah satu mata pelajaran bahasa asing yang diminati di oleh siswa sekolah di Victoria. Pada tahun 2017, berdasarkan data Departemen Pendidikan dan Pelatihan Victoria, sebanyak 65,450 pelajar dari tingkat setara Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas di Victoria mengambil mata pelajaran Bahasa Indonesia, 15.7 persen dari jumlah siswa bidang studi bahasa asing di Victoria. Kini, walaupun terdapat naik turunnya jumlah pelajar, Bahasa Indonesia merupakan peringkat 4 bahasa asing yang paling diminati setelah Bahasa Jepang, Italia, dan Tiongkok .
ADVERTISEMENT
Angka tersebut di atas bukan hanya kerja keras antara Pemerintah Victoria dengan Perwakilan Republik Indonesia dalam upaya menciptakan people to people contact, namun juga kerja keras Victoria Indonesia Language Teacher Association (VILTA) serta Balai Bahasa dan Budaya Indonesia untuk Victoria dan Tasmania (BBBIUVT). Para guru Bahasa Indonesia yang tergabung dalam VILTA sangat aktif untuk menyusun program-program dalam peningkatkan minat belajar Bahasa Indonesia di Australia.
Apresiasi terkait dengan diseminasi Bahasa Indonesia di Victoria perlu diberikan kepada organisasi lainnya yang telah bekerja keras untuk membudayakan Bahasa Indonesia dengan segmen yang bervariasi. Australian Indonesia Youth Association (AIYA) dan Persatuan Pelajar Indoensia Australia (PPIA) selama ini menjadi pionir untuk membudayakan bahasa Indonesia untuk kaum milenial di Australia dengan program mingguan “VIC language exchange” dan “berbahasa." Sementara untuk kalangan profesional atau suami dan istri atau sahabat orang Indonesia di Australia, program pelatihan dari Australia Indonesia Association (AIA) yang telah dilaksanakan selama lebih dari 30 tahun merupakan tempat yang tepat untuk belajar.
ADVERTISEMENT
Untuk menambah semangat bagi para penggiat Bahasa di Victoria maupun Australia, terdapat beberapa penghargaan yang diberikan kepada insan Bahasa Indonesia di Victoria maupun Australia. National Australia Indonesian Language Awards (NAILA) merupakan penghargaan bahasa Indonesia yang siswa dan individu yang menggiatkan Bahasa Indonesia yang dilakukan setiap tahun. Pemerintah Victoria juga memberikan perhatian terhadap pengembangan Bahasa Indonesia melalui pemberian penghargaan tahunan kepada siswa terbaik mata pelajaran Bahasa Indonesia di Victoria.
Di lain pihak, peran aktif media dan komunitas Indonesia pun memberikan pengaruh dalam diseminasi Bahasa Indonesia di Australia. BBC Australia Radio memiliki program berbahasa asing termasuk program Bahasa Indonesia setiap minggunya. Selain itu, media komunitas berbahasa Indonesia yang berbasis di Victoria seperti Ozip Magazine serta tabloit BUSET juga memiliki andil bukan hanya menyediakan media dengan Bahasa Indonesia untuk komunitas namun juga untuk para masyarakat Victoria.
ADVERTISEMENT
Tujuh Bidadari dan Ekspansi Warisan Sumpah Pemuda di Victoria, Australia (2)
zoom-in-whitePerbesar
Media dan Sekolah telah menjadi bagian dari upaya untuk diseminasi Bahasa Indonesia di Victoria. Namun, dalam konteks film sebagai media diseminasi, 7 Bidadari hanya satu dari berbagai upaya penyebaran Bahasa dan Budaya Indonesia. Kegiatan diseminasi Bahasa Indonesia melalui film dilakukan melalui agenda Festival Film regular di Melbourne, mengambil bagian dalam festival di Australia maupun melalui kegiatan yang bersifat sporadik.
PPIA Ranting Melbourne University ternyata telah 13 kali menyelenggarakan Festival Film Indonesia di Melbourne. Kegiatan tahunan ini dilakukan melalui kegiatan pemutaran film, diskusi dengan para pelaku film Indonesia termasuk dalam rangka pemajuan film tanah air. Bersamaan dengan itu, RealOzIndo Film Festival yang mulai dilaksanakan pada sejak tahun 2015 juga menunjukkan adanya media baru bagi promosi Bahasa Indonesia oleh generasi muda kreatif pembuat festival film pendek. Selain itu, beberapa program pemutaran film dan festival lainnya di Melbourne seperti program “Bioskop” serta hadirnya film Indonesia dalam Melbourne Film Festival, juga menjadi alat untuk diseminasi warisan Sumpah Pemuda tersebut.
ADVERTISEMENT
Tujuh Bidadari dan Expansi Pengajaran Bahasa Indonesia tanpa disadari telah menjadi bukti bahwa salah satu warisan sumpah pemuda tersebut bukan hanya menjadi pemersatu bangsa sehingga bersifat inward looking tetapi sebagai alat diplomasi Indonesia sesuai dengan amanat Konstitusi yaitu menciptakan perdamaian termasuk peningkatan people to people contact.
Pelajaran yang perlu diambil adalah seluruh elemen bangsa perlu merefleksikan kembali semangat ikrar para pemuda Indonesia 90 tahun yang lalu. Kebangsaan yang kuat bukan hanya dapat menjadi salah satu modal ketahanan nasional namun dapat menjadi modal Indonesia untuk berperan dalam dunia global.