Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kontribusi Konsumsi dalam Perekonomian
12 Maret 2022 14:28 WIB
Tulisan dari Olga Panova Bianca Ramadhania tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Manusia sejatinya memenuhi kelangsungan hidup dengan cara konsumsi. Setiap hari semua orang mengeluarkan uang mereka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan itu dapat berupa pangan, sandang, maupun papan yang setiap saat diperlukan. Semua kebutuhan yang dibeli dan dikonsumsi tersebut adalah arti singkat dari konsumsi. Selain itu, manusia harus memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani yang seimbang agar terciptanya berkah pada apa yang dikonsumsi.
ADVERTISEMENT
Di dalam Al-Qur'an dijelaskan mengenai konsumsi sebanyak 72 kali. Ayat tersebut juga banyak menjelaskan aturan kepada kita sebagai muslim dalam mengonsumsi, salah satunya adalah larangan konsumsi secara berlebih-lebihan yang dijelaskan dalam Al-Qur'an pada surat Al-A'raf ayat 31. Dalam ayat tersebut kita sangat dilarang mengonsumsi berlebihan. Contohnya adalah makan dengan porsi yang tidak sewajarnya sehingga akan mengganggu kita dalam beribadah jika dalam kondisi kekenyangan. Selain itu, kita sangat dianjurkan bahkan wajib mengonsumsi makanan yang halal serta thayyib. Karena mengonsumsi barang yang halal dan thayyib suatu saat kita akan memperoleh maslahah ataupun berkah.
Meraih kebahagiaan dan keseimbangan baik materi maupun spiritual merupakan salah satu tujuan hidup. Sesuai syariat, tercapainya keseimbangan akan membuat tercapainya pula falah dan maslahah. Syariat inilah yang pada akhirnya menjadi pedoman saat menetapkan aturan-aturan di dunia untuk menjadi prinsip muamalah manusia sebagai makhluk sosial-ekonomi. Aturan yang berlandaskan syariat itu adalah penerapan dari agama islam.
ADVERTISEMENT
Islam merupakan sistem kehidupan yang mana sudah mempersiapkan berbagai perangkat aturan yang baik dan lengkap bagi kehidupan manusia, termasuk bidang ekonomi. Sistem ekonomi islam sudah menjadi penopang keseimbangan dalam kesejahteraan umat. Karena adanya kebutuhan berupa konsumsi yang harus dipenuhi, maka muncul kegiatan ekonomi secara sederhana. Sama halnya dengan ekonomi makro konvensional, teori konsumsi juga dijelaskan serta sangat diperhatikan di dalam ekonomi makro syariah.
Teori Konsumsi dalam Islam
Pengertian konsumsi secara umum menurut Muhammad Abdul Halim adalah pengeluaran yang dilakukan rumah tangga untuk membeli barang dan jasa kebutuhan hidup sehari-hari pada periode tertentu. Konsumsi yang dimaksud selain memenuhi kebutuhan juga untuk memenuhi kepuasan. Sedangkan konsumsi dalam ekonomi islam adalah melakukan pengeluaran untuk menggunakan barang atau jasa dengan tujuan dalam memenuhi kebutuhan yang berupa kepuasan serta keberkahan.
ADVERTISEMENT
Dalam islam, ketika ingin konsumsi maka kita harus memperhatikan aspek maqashid syariah. Apa itu maqashid syariah? Yang disebut maqashid syariah adalah aspek yang bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan dan menjauhkan dari kemudharatan bagi manusia yang didasarkan dengan agama (ad-din), jiwa (an-nafs), akal (al-aql), keturunan (an-nasl), harta (al-maal).
Konsumsi dalam ekonomi makro konvensional menyatakan hubungan antara tingkat pengeluaran dengan tingkat pendapatan. Dapat dilihat dari persamaan berikut,
C = a + bYd…(1.0)
Dalam persamaan tersebut, C disebut sebagai besaran pengeluaran konsumsi oleh rumah tangga. Untuk ‘a’ merupakan pengeluaran otonomi atau pengeluaran yang tidak dipengaruhi oleh pendapatan. Selain itu, b merupakan MPC atau tambahan konsumsi untuk memenuhi kepuasan konsumen. Sedangkan Y disebut sebagai disposable income. Disposable income merupakan pengeluaran pribadi yang telah dikurangi dengan pengeluaran seperti kewajiban membayar pajak atau dikatakan sebagai pengeluaran yang siap dikonsumsi. Konsumsi berdasarkan teori Keynes adalah jika terjadi peningkatan pada Y (pendapatan), maka konsumsi juga mengalami peningkatan sehingga persamaannya ditulis sebagai berikut,
ADVERTISEMENT
Y = C…(1.1)
Sehingga diperoleh persamaan keseimbangan dari persamaan 1.0, yaitu :
Y = a + bYd…(1.2)
Sedangkan dalam ekonomi makro islam menurut pakar ahli ekonomi islam, Fahim Khan (1995), menyatakan bahwa pendapatan masyarakat dibagi menjadi dua tingkatan. Kedua tingkatan tersebut adalah Yu (pendapatan golongan masyarakat kaya/upper), pendapatannya berada di atas nisab maka dikatakan seseorang tersebut mampu dalam memenuhi kebutuhannya. Tingkatan kedua adalah Yl (pendapatan golongan masyarakat miskin/lower), pendapatannya berada di bawah nisab.
Dalam konsumsi, tentunya kita akan melakukan pengeluaran terhadap apa yang kita beli. Konsep pengeluaran dalam ekonomi konvensional tentunya berbeda dengan ekonomi islam. Menurut Fahim Khan (1995), pengeluaran pada rumah tangga dibedakan menjadi dua, yaitu pengeluaran yang digunakan untuk keperluan diri sendiri/keluarga yang disimbolkan dengan E1 serta pengeluaran kedua diberi E2, yaitu pengeluaran yang digunakan untuk orang lain yang tujuannya untuk ibadah dan mendapatkan keridhoan dari Allah SWT, contohnya seperti bersedekah dan infak.
ADVERTISEMENT
Besarnya E2 dipengaruhi oleh tingkat ketaqwaan seseorang serta tingkat pendapatan. Adanya E2 dikarenakan dalam islam tidak diperbolehkan kekayaan hanya berputar di orang-orang kaya saja seperti dijelaskan dalam Al-Qur’an pada surat Al-Hasyr ayat ke-7. Oleh karena itu, Allah memerintahkan kepada umatnya untuk membayar zakat bagi orang yang telah mencapai nisabnya dan mengeluarkan sebagian hartanya sebesar 2.5%. Pengeluaran tersebut akan masuk ke dalam perhitungan konsumsi yang telah dirumuskan oleh Prof. Fahim Khan.
Pentingnya Memahami Fungsi Konsumsi
Diperbolehkannya orang yang tidak mampu namun sehat jasmani untuk menerima zakat hanya sebagai tatanan sementara untuk mereka memperbaiki kondisi ekonominya. Dalam ekonomi yang dinamis, orang yang saat ini dikatakan miskin dan tidak bisa menyelamatkan apapun cenderung bisa menabung sebagai zakat agar membantu mereka untuk meningkatkan status ekonominya. Maka, ketika dalam jangka pendek pun, pertumbuhan ekonomi dalam perekonomian, kemungkinan akan lebih rendah dan tidak ada alasan untuk percaya jika hal tersebut terjadi dalam jangka panjang.
ADVERTISEMENT
Islamisasi memberi harapan yang baru untuk perekonomian bagi mereka negara muslim berkembang yang berjuang dalam pengerahan sumber daya untuk pembangunan. Adapun fungsi konsumsi ini bertujuan untuk memberikan motivasi dalam meningkatkan kondisi ekonomi mereka dan kondisi ekonomi masyarakat yang kurang mampu dengan cara mengonsumsi lebih sedikit dan menabung lebih banyak. Selain itu, alasan kita harus memahami fungsi konsumsi adalah karena konsumsi dapat memperbaiki sistem perekonomian di Indonesia.
Konsumsi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kemiskinan dan pengangguran. Misalkan kita membeli dagangan seseorang untuk konsumsi pribadi, maka otomatis kita telah membantu dalam mengentaskan kemiskinan. Hal ini juga berdampak pada besarnya nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia karena sebagian besar PDB berasal dari peran konsumsi.
ADVERTISEMENT