Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.1
Konten dari Pengguna
Menemukan Jati Diri dalam Iman Katolik Bersama Romo Stefanus Hendrianto SJ
24 Oktober 2020 7:42 WIB
Tulisan dari Maria Karolina Kia Pati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Romo Stefanus Hendrianto SJ, Seorang Mantan Aktivis PRD yang Saat ini Menjadi Anggota Jesuit.
![Romo Stefanus Hendrianto SJ](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1603498735/vjhapazmb7lqqjrr1dox.png)
ADVERTISEMENT
Bangka, 13 April 1974, Romo Stefanus Hendrianto yang dulu akrab dikenal sebagai Henri Kuok pada saat ia masih menjadi mahasiswa dan aktivis pada tahun 1998 dilahirkan ke dunia. Saat ini ia telah menjadi seorang anggota Jesuit.
ADVERTISEMENT
Hendri menunjukkan dan mendalami minatnya pada dunia hukum dengan menempuh pendidikan sarjananya di Universitas Gajah Mada Yogyakarta Program Studi Hukum dan berperan aktif dalam aksi mahasiswa sebagai seorang aktivis pada tahun 1998 di Jakarta. Tidak berhenti belajar sampai disana, setelah ia memperoleh gelar Sarjana Hukum di UGM, Hendri melanjutkan studi pascasarjana di Belanda dan mendapatkan gelar Magister Hukum di Universitas Utrecht.
Setelah menyelesaikan studi pascasarjananya, ia kembali ke Indonesia dan bekerja di Dana Moneter Internasional di Jakarta. Tak lama, ia kembali menempuh pendidikan doktor dan berhasil memperoleh gelar Ph.D di Fakultas Hukum Universitas Washington di Seattle. Hendri memasuki novisiat pada tahun 2009 dan terlibat dalam pelayanan kampus di Universita Gonzaga di Spokane, Washington. Setelah itu, ia di utus ke Universitas Loyola di Chicago dan ia menghabiskan dua tahun di Universitas Santa Clara untuk menyalurkan ilmu yang diperolehnya pada bidang hukum, departemen ilmu politik, bertugas sebagai penasihat akademis, dan juga membantu mendirikan Asosiasi Mahasiswa Hukum Katolik.
ADVERTISEMENT
Perjalanan hidup yang luar biasa ini menghantarkan Hendri pada benih panggilan imamat yang tumbuh semakin kuat dalam dirinya. Panggilan imamat Hendri bertumbuh semakin kuat saat ia menghadiri acara diskusi tentang iman Katolik dan filsafat politik yang dibawakan oleh Imam Jesuit Fr. Robert Spitzer. Diskusi tersebut memiliki pengaruh yang luar biasa dalam pertumbuhan panggilan imamat Hendri.
Selain Imam Jesuit Fr. Robert Spitzer, Hendri juga terinspirasi oleh Almarhum Romo Mangunwijaya, Pr terutama jika terkait dengan tanah kelahirannya, Indonesia (Pangkalpinang, 2020). Seperti yang diajarkan oleh Almarhum Romo Mangunwijaya, ia mengatakan bahwa di tanah air itu adalah tempat segala penindasan dan ketidakadilan harus dilawan.
Pentahbisan Hendri menjadi seorang imam berlangsung di Gereja Santa Maria dari La Vang, Portland, Oregon. Tempat Misa perdananya sebagai seorang imam berada di Paroki Santo Mikael, Bedford, Massachusetts, Keuskupan Agung Boston.(Newbie, 2019)
ADVERTISEMENT
Terkait tahbisannya, Romo Stefanus berkata meskipun ia terlambat menjadi seorang Jesuit jika dibandingkan dengan kebanyakan anak-anak muda lainnya, tetapi ia telah menemukan bahwa spiritualitas Ignasian telah menjawab apa yang selama ini ia cari (Dagur, 2019).
Romo Stefanus Hendrianto, SJ yang sejak mahasiswa telah menunjukkan minatnya pada dunia hukum berkontribusi besar dalam dunia hukum di Indonesia dengan bukunya yang berjudul “Law and Politics of Constituonal Courts: Indonesia and The Search for Judicial Heroes” (Elnizar, 2019). Di buku ini, ia menggambarkan tentang pentingnya kepemimpinan yudisial yang heroik serta teori baru dalam menganalisis pola kepemimpinan para hakim.
Melalui buku ini, ia berharap karyanya dapat dijadikan sumber ilmu yang baik untuk mengetahui kondisi hukum serta politik yang berlangsung di Indonesia, dan dapat menjadi acuan dalam mempersiapkan sosok-sosok pemikir teruji yang nantinya akan berkiprah sebagai ‘Pahlawan Peradilan’
ADVERTISEMENT
Selain berkontribusi besar dalam dunia hukum di Indonesia, Romo Stefanus juga sangat mengecam keras praktik perdagangan manusia (human trafficking) yang terjadi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Melalui acara “Ngopi Ilmu” yang diadakan di Pusat Pastoral Mahasiswa Daerah Istimewa Yogyakarta pada Jumat, tahun 2019 yang lalu, ia mengungkapkan bahwa human trafficking adalah masalah serius dan kita sebagai umat Allah harus terlibat dalam proses pemberantasan human trafficking ini agar hak asasi setiap manusia dapat terpenuhi.
Mengenang kembali saat ia masih aktif menjadi aktivis mahasiswa, Romo Stefanus mengatakan bahwa itu adalah bagian dari proses hidupnya sebagai seorang pemuda, yang “idealis dan naif.” Menjadi seorang mahasiswa, ia merasakan adanya panggilan untuk mengubah dunia dengan bergabung pada gerakan politik mahasiswa, tetapi yang dicita-citakan berantakan seiring dengan kegagalannya menjadi idealis setelah reformasi.
ADVERTISEMENT
Namun dengan keputusannya menjadi seorang Jesuit, Romo Stefanus meninggalkan semua hal buruk yang ada pada dirinya dan memulai hal baru, belajar hal-hal yang menghantarkannya ke kehidupan seorang Jesuit yang ia jalani saat ini.
Di masa-masa yang sulit seperti saat ini, kita dapat belajar dari sosok Romo Stefanus terutama mengenai keinginan untuk terus maju mencari jati dirinya, tidak takut untuk belajar hal baru, dan selalu hadir dimanapun ketidakadilan terjadi.
Kita dapat memanfaatkan waktu kita di rumah saja untuk sesuatu yang baru yang dapat mengembangkan diri kita. Kita tidak boleh hanya diam tanpa memiliki progress dalam diri kita. Perubahan kecil yang terjadi dalam diri kita, akan selalu punya manfaat bagi lingkungan kita.
ADVERTISEMENT
Kita harus percaya di masa pandemi saat ini, dengan perlindungan Tuhan, dukungan keluarga, dan kemauan untuk maju dari dalam diri, kita dapat terus maju, berkembang, dan menjadi versi terbaik dari diri kita.
Penulis adalah Mahasiswi Semester 1 Fakultas Vokasi Universitas Airlangga Surabaya