Pentingnya Yoga Pada Lansia

oliviatisyaa
Mahasiswi tingkat 3 FKM UI
Konten dari Pengguna
29 Desember 2020 17:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari oliviatisyaa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
pict source: insanmedika.co.id
zoom-in-whitePerbesar
pict source: insanmedika.co.id
ADVERTISEMENT
Selama lima dekade ini, Indonesia terus mengalami pertambahan jumlah lansia, seperti pada tahun 2010-2020 jumlahnya meningkat dari 9,77% menjadi 11,34%. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi pembangunan Nasional khususnya di bidang kesehatan semakin membaik dari segi perbaikan gizi, sanitasi, kemajuan teknologi medis, pelayanan kesehatan, dan pendidikan. Progres tersebut memang terlihat positif, tetapi nyatanya dapat menjadi bumerang bagi Indonesia karena berpotensi memunculkan beban kesehatan baru apabila lengah dalam mempersiapkan penanganannya.
ADVERTISEMENT
Lansia sangat rentan terkena berbagai macam penyakit, khususnya penyakit hipertensi, arthritis, stroke, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), diabetes melitus, kanker, penyakit jantung koroner, gagal ginjal, dan gagal jantung. Di antara penyakit-penyakit tersebut, yang paling dominan menyerang lansia berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 adalah penyakit hipertensi, yaitu sebanyak 63,5% kasus dari total populasi lansia di Indonesia.
Hipertensi merupakan kondisi tekanan darah tinggi dengan hasil pengukuran menunjukkan tekanan sistolik mencapai >140mmHG dan/atau tekanan diastolik mencapai >90mmHg. Penyakit ini juga dikenal dengan julukan “silent killer” karena dominan dari penderitanya tidak menyadari bahwa kondisi tekanan darah mereka sudah melewati batas wajar sehingga hidup selama bertahun-tahun dengan kondisi tersebut tanpa melakukan penanganan apapun. Penyakit hipertensi dapat berakibat fatal apabila tidak segera ditangani karena merupakan salah satu pintu terjadinya komplikasi penyakit lain seperti penyakit jantung, gagal ginjal, diabetes, kerusakan pada retina, gangguan otak, dan stroke.
ADVERTISEMENT
Pada individu yang telah terkena penyakit ini dapat mengendalikannya dengan cara melakukan pemeriksaan dan pengobatan secara rutin, mengonsumsi makanan bergizi seimbang, melakukan aktivitas fisik, dan tidak mengonsumsi alkohol ataupun merokok. Sedangkan untuk pencegahannya, setiap orang dianjurkan untuk cek kesehatan secara rutin atau setidaknya mengetahui kadar tekanan darah dirinya sendiri menggunakan alat ukur tensimeter, tidak merokok ataupun menghirup asap rokok, melakukan aktivitas fisik secara rutin atau minimal 150 menit per minggu, melakukan diet sehat dengan gizi seimbang, memiliki istirahat yang cukup, serta harus mampu mengelola stres pada diri sendiri. Sedangkan faktor risikonya adalah jarang melakukan cek kesehatan serta tidak melakukan tindakan pencegahan seperti yang sudah disampaikan sebelumnya. Melihat faktor risiko dari penyakit ini dapat dikatakan bahwa mengadopsi pola hidup yang baik dan sehat adalah kunci utama dalam mengendalikan dan menurunkan jumlah kejadian penyakit hipertensi.
ADVERTISEMENT
Lansia sangat berpotensi terkena hipertensi terlebih lagi apabila selama menjalani usia produktif terbukti tidak menerapkan pola hidup sehat. Sangat memungkinkan ketika masih muda seseorang merasa tubuh nya sehat-sehat saja dan merasa bahwa kondisi kesehatannya aman padahal tanpa disadari pola hidupnya buruk sehingga ketika sudah lansia semakin rentan terkena hipertensi bahkan penyakit komplikasi lainnya. Kasus lain juga menjadi faktor pemicu, seperti ketika lansia pensiun terkejut dengan adanya perubahan drastis pada aktivitasnya yang semakin terbatas sehingga menimbulkan stres, dsb. Selain itu, umur juga sangat berperan sebagai penyebab hipertensi karena semakin bertambah usia seseorang, maka elastisitas pembuluh darah arteri akan semakin berkurang, strukturnya akan berubah menjadi lebar dan kaku sehingga jantung harus memompa darah lebih kuat dan menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi.
ADVERTISEMENT
Melakukan pengobatan pada lansia tentunya harus lebih berhati-hati, sama hal nya dengan pengobatan pada penyakit ini karena tanpa pengawasan yang tepat malah akan mempercepat timbulnya komplikasi penyakit lain. Bahkan terdapat beberapa kondisi dimana lansia tidak perlu mengonsumsi obat-obatan karena dikhawatirkan semakin memperparah kondisi kesehatan akibat efek samping dari obat tersebut. Kondisi ini dapat berlaku dengan syarat lansia memiliki komitmen untuk merubah pola hidup menjadi lebih sehat, baik dari segi apa yang dikonsumsi hingga mau melakukan aktivitas fisik secara rutin. Salah satu aktivitas fisik yang dapat mengendalikan serta menurunkan tekanan darah pada lansia adalah yoga.
Yoga merupakan olahraga yang melibatkan kombinasi dari empat komponen tubuh, yaitu melatih postur tubuh, melatih sistem pernapasan, relaksasi pikiran, dan meditasi tubuh. Yoga berpengaruh dalam mengendalikan hipertensi karena terbukti dapat meningkatkan refleks baroreseptor dalam tubuh, yaitu sistem saraf yang berfungsi untuk mengetahui apabila terjadi peningkatan tekanan darah kemudian sesegera mungkin mengontrol agar denyut jantung dan tekanan darah kembali dalam keadaan normal. Maka dari itu, olahraga ini merupakan pilihan tepat bagi lansia untuk mengontrol kadar tekanan darah.
ADVERTISEMENT
Sebelum melakukan yoga, perlu diketahui bahwa olahraga ini terdiri dari lima jenis yang dibedakan berdasarkan kebutuhan fisik setiap individu dan intensitas gerakannya. Jenis pertama adalah Vinyasa, yaitu yoga dengan intensitas gerakan tinggi yang bermanfaat untuk mengkoordinasikan antara kecepatan gerakan dengan pernapasan. Berikutnya adalah Hatha, yaitu yoga dengan intensitas rendah dan mudah dilakukan yang mengkombinasikan antara latihan pernapasan (pranayama) dengan postur tubuh (asanas). Hatha bertujuan untuk mengkoordinasikan pranayama dengan asanas dan bermanfaat untuk relaksasi tubuh dan pikiran. Yang ketiga adalah Iyengar, yaitu yoga yang hampir serupa dengan Hatha, namun menggunakan beberapa properti tambahan serta lebih mengutamakan kerincian dan ketepatan gerakan, serta fokus pada pernapasan. Jenis keempat adalah Ashtanga, yaitu yoga dengan gerakan kompleks yang sangat intens dan dinamis untuk menyeimbangkan tubuh dan energi dalam. Jenis kelima adalah Bikram, yaitu yoga yang dilaksanakan selama 90 menit dalam ruangan bersuhu 40ºC untuk membakar kalori serta melancarkan peredaran darah.
ADVERTISEMENT
Bagi lansia, yoga Asanas merupakan jenis paling direkomendasikan karena tekanan dan intensitas gerakannya yang rendah sehingga lebih minim risiko. Terlepas dari jenis-jenisnya, secara umum yoga memiliki manfaat untuk mengatasi stres, meningkatkan kedamaian dan kebahagiaan diri, mengendalikan penyakit diabetes karena yoga dapat menstimulasi pankreas untuk produksi insulin, meningkatkan imunitas tubuh, menjadikan tubuh lebih lentur, memperbaiki kualitas tidur, dan membangun kekuatan otot. Hampir seluruh dari manfaat yoga selaras dengan upaya pencegahan penyakit hipertensi, sehingga semakin terlihat bahwa yoga memang memiliki dampak maksimal dalam mengatasi hipertensi. Yoga merupakan aktivitas yang cenderung aman dan rendah risiko dibanding olahraga lainnya, namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan karena berpotensi merugikan khususnya bagi lansia, yaitu memiliki risiko terjadinya cedera apabila gerakan dilakukan secara berlebihan, tanpa pengawasan atau dilatih dengan instruktur yang tidak terkualifikasi, selain itu biayanya juga cenderung tinggi.
ADVERTISEMENT
Pengenalan yoga di masyarakat Indonesia masih sangat kurang bahkan sudah terbentuk pandangan bahwa yoga merupakan aktivitas fisik yang hanya mampu dilaksanakan oleh kaum “elit”, sehingga untuk memulainya pun sudah dipenuhi keraguan dan ketidakpercayaan diri. Padahal, yoga memiliki segudang manfaat untuk mengatasi permasalahan hipertensi di Indonesia. Alangkah baiknya apabila pemerintah pusat dan daerah bidang kesehatan mulai mempertimbangkan program pelaksanaan yoga untuk lansia di Indonesia, misalnya mengadakan yoga di tingkat kecamatan seminggu sekali yang difasilitasi oleh Dinas Kesehatan Daerah setempat. Kemudian diiringi dengan berbagai macam kegiatan yang dapat meningkatkan produktivitas lansia, seperti membentuk komunitas atau mengadakan kegiatan yang mudah diikuti oleh lansia, sehingga lansia tidak merasa hampa dan depresi, namun dapat merasakan adanya peningkatan kualitas hidup dari segi kesehatan fisik dan mental.
ADVERTISEMENT
Program ini mungkin terlihat memakan biaya, tetapi apabila dengan menyediakan fasilitas yoga dapat menurunkan angka kejadian hipertensi, maka akan sama dengan menurunkan angka kejadian penyakit jantung, stroke, diabetes, dan penyakit komplikasi lainnya karena hipertensi memiliki keterkaitan yang kuat dengan penyakit-penyakit tersebut. Selain itu, upaya pencegahan jauh lebih baik sebagai rantai pemutusan PTM daripada mengutamakan pengobatan yang juga pada akhirnya memakan biaya tinggi dan menjadi beban kesehatan negara. Maka dari itu, demi meningkatkan kualitas hidup lansia di masa tua nya serta meringankan Indonesia dalam menghadapi beban penyakit ini, pencegahan dan pengendalian penyakit menggunakan yoga sangat perlu untuk diterapkan. SDM yang sehat dan berkualitas tentunya menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat dan kemajuan suatu negara.
ADVERTISEMENT