Konten dari Pengguna

Pentingnya Pemahaman Mengenai Literasi dan Inklusi Keuangan di Indonesia

Olyvia Nathania
Mahasiswa Universitas Airlangga
7 Januari 2025 17:56 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Olyvia Nathania tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Literasi dan inklusi keuangan merupakan dua faktor krusial dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Literasi keuangan mencakup pemahaman individu terhadap konsep dan produk keuangan sehingga mampu mengambil keputusan finansial yang bijak. Sementara itu, inklusi keuangan berfokus pada ketersediaan akses terhadap layanan keuangan yang terjangkau dan inklusif bagi seluruh lapisan masyarakat, termasuk yang sebelumnya tidak terlayani.
ADVERTISEMENT
Hasil survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2024 menunjukkan bahwa tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia berada di angka 65,43%, sebuah peningkatan dari survei yang telah dilakukan beberapa tahun kebelakang. Tidak hanya itu, inklusi keuangan juga menunjukkan pertumbuhan signifikan dibandingkan dengan survei sebelumnya, yakni mencapai 75,02%. Meski meningkat, literasi keuangan masih perlu ditingkatkan agar masyarakat lebih siap memanfaatkan layanan keuangan secara optimal.
Source: sikapiuangmu.ojk.go.id
zoom-in-whitePerbesar
Source: sikapiuangmu.ojk.go.id
Digitalisasi turut memengaruhi percepatan inklusi keuangan di Indonesia. Dengan penetrasi internet yang tinggi, layanan seperti QRIS dan platform fintech mempermudah akses ke layanan keuangan, baik untuk individu maupun UMKM. Hal ini juga mendorong adopsi transaksi non-tunai yang aman, cepat, dan efisien, terutama selama pandemi COVID-19.
Tingkat literasi dan inklusi keuangan yang tinggi terbukti berkorelasi positif dengan peningkatan kesejahteraan ekonomi. Literasi keuangan memungkinkan masyarakat untuk merencanakan keuangan mereka secara efektif, mengelola utang, dan memanfaatkan peluang investasi. Di sisi lain, inklusi keuangan memberikan akses ke pinjaman, asuransi, dan layanan keuangan lainnya, yang dapat mendorong usaha kecil dan menengah untuk tumbuh lebih cepat.
ADVERTISEMENT
Namun, masih terdapat begitu banyak tantangan yang harus dihadapi, terutama bagi segmen masyarakat di daerah terpencil yang belum sepenuhnya terjangkau layanan keuangan formal. Digitalisasi menjadi solusi potensial untuk menjembatani kesenjangan ini dengan menyediakan akses ke layanan keuangan melalui teknologi.
Peningkatan literasi dan inklusi keuangan memerlukan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Program edukasi keuangan yang melibatkan generasi muda, seperti kampanye yang didukung OJK dan bank, dapat menjadi langkah strategis untuk menciptakan generasi yang lebih melek keuangan. Selain itu, pengembangan teknologi keuangan yang terjangkau dan mudah digunakan harus terus didorong untuk memperluas inklusi keuangan hingga ke pelosok negeri.
Ditulis oleh: Olyvia Nathania Sundoro, Mahasiswa di Universitas Airlangga.