Konten dari Pengguna

Makan Bersama ala Kesultanan Kadriah

8 November 2017 9:40 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Omar Mohtar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
26 Oktober lalu, rombongan Tim Ahli Cagar Budaya berserta dengan rombongan Subdirektorat Registrasi Nasional, Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Balai Pelestarian Cagar Budaya Kalimantan Timur berkesempatan berkunjung ke Istana Kadriah Pontianak. Kunjungan ini merupakan rangkaian kegiatan rapat kajian Tim Ahli Cagar Budaya Nasional di Pontianak yang diselenggarakan pada 26 hingga 29 Oktober. Rapat kajian ini merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh Tim Ahli Cagar Budaya Nasional beserta Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman untuk membahas cagar budaya yang akan diajukan menjadi peringkat nasional.
ADVERTISEMENT
Tiba di Istana Kadriah, rombongan langsung disambut oleh Sultan Pontianak ke-9, Sultan Syarif Mahmud Melvin Alkadrie. Rombongan langsung dibawa berkeliling bangunan utama istana yang menyimpan banyak benda dan foto-foto bersejarah Kesultanan Kadriah. Setelah acara penyambutan, rombongan diajak oleh sultan untuk mencicipi hidangan yang telah tersedia. Hidangan tersebut berupa nasi kebuli lengkap dengan lauk pauknya. Dalam acara ini sultan menjelaskan jika acara makan ini disebut dengan makan beseprah, makan bersama-sama dengan duduk di lantai beralaskan tikar tanpa memandang golongan seperti peribahasa berdiri sama tinggi duduk sama rendah.
Makan Bersama ala Kesultanan Kadriah
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Saprahan Bersama Sultan Syarif Mahmud Melvin Alkadrie dan Kerabat Kesultanan Pontianak. (Dokumentasi Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman)
Tradisi Saprahan ini juga tersebar di beberapa daerah di Pulau Kalimantan. Sebut saja Sambas, Singkawang, dan Kutai Kartanegara. Dalam tulisannya, Identitas Orang Melayu di Hulu Sungai Sambas (Jurnal Khatulistiwa, Volume 5 Nomor 1 Maret 2015), Yusriadi menjelaskan Saprahan adalah tradisi makan bersama. Orang yang hadir dalam acara tersebut makan menghadap hidangan dalam kelompok-kelompok kecil. Tradisi ini biasa diadakan saat acara pernikahan, menyambut tamu, dan acara ulang tahun kota. Selesai makan beseprah, rombongan juga berkesempatan mengunjungi Masjid Sultan Syarif Abdurrahman, Makam Raja Batu Layang, dan Tugu Khatulistiwa.
ADVERTISEMENT