Konten dari Pengguna

Pencemaran Lindi TPA Bantar Gebang dan TPA Sumur Batu ke Sungai Cijambe, Bekasi

Muhammad Amin Cakrawijaya
Saya adalah seorang pemerhati tata ruang dan lingkungan, memiliki pendidikan s1 di bidang perencanaan wilayah dan kota serta s2 di bidang manajemen infrastruktur, dan saat ini bekerja di Project Management Office (PMO) Jabodetabekpunjur.
8 Maret 2022 18:26 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Amin Cakrawijaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sungai Cijambe menjadi pekat dan bau akibat pencemaran lindi. Foto: PMO Jabodetabekpunjur
zoom-in-whitePerbesar
Sungai Cijambe menjadi pekat dan bau akibat pencemaran lindi. Foto: PMO Jabodetabekpunjur
ADVERTISEMENT
Sungai Cijambe merupakan salah satu ruas sungai di Jawa Barat dengan titik luapan air yang telah menyebabkan banjir di Kota dan Kabupaten Bekasi pada bulan Maret 2015, September 2016, dan Januari-Februari 2020. Banjir ini terjadi karena pendangkalan sungai oleh sedimen, penyempitan aliran sungai akibat pembangunan yang masif di daerah sempadan sungai, serta besarnya volume sampah yang menghambat aliran sungai.
ADVERTISEMENT
Namun tidak hanya itu, kondisi air di sungai ini juga berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun, pada waktu tertentu, sejumlah pencemar dialirkan melalui sungai ini dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Terlebih saat banjir, air yang tercemar ini ikut meluap ke rumah-rumah warga.
Setelah melihat lebih jauh, berjalan 12 km ke arah hulu, ditemui Rumah Potong Hewan, pemukiman warga dan saluran pembuangannya menuju sungai, pabrik tahu skala kecil, serta kawasan TPA Bantar Gebang dan Sumur Batu, berikut dengan Instalasi Pengolahan Limbah, kawasan gudang dan industri pengolahan sampah.
Pada bulan November 2021 sampai dengan Februari 2022, bersama dengan tim dari PMO TKPR Jabodetabekpunjur, dilakukan pengujian dan kajian terhadap kualitas air sungai Cijambe. Kajian dilakukan berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan di 9 titik sepanjang sungai Cijambe hingga kawasan TPA Bantar Gebang dan Sumur Batu.
ADVERTISEMENT
Langkah ini dilakukan untuk mengetahui sumber pencemaran, dan membuat rekomendasi langkah-langkah strategis yang perlu dilakukan, mengingat sungai ini juga dimanfaatkan secara langsung oleh masyarakat untuk kegiatan pembudidayaan ikan, peternakan, dan perkebunan masyarakat, serta berpotensi mencemari air tanah yang dikonsumsi dan digunakan sehari-hari oleh masyarakat sekitar.
Foto Udara Sungai Cijambe yang Menghitam Akibat Pencemaran. Foto: PMO Jabodetabekpunjur
Dalam kajian ini, dilakukan pengujian terhadap 14 parameter kualitas air yaitu Kekeruhan, Padatan Terlarut (TDS), Padatan Tersuspensi (TSS), pH, Kromium Total (Cr), Timbal (Pb), Amonia (NH3), Fosfat (P), Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Deterjen, Minyak dan Lemak, zat organik (KMnO4), serta Koliform Total.
Pengambilan sampel air berlokasi di aliran Sungai Cijambe seperti TPA Bantar Gebang, TPA Sumur Batu, Jl. Griya Alam Sentosa, Jl. Pangkalan V, Kawasan Dukuh Zamrud, Jl. Sakura 2, crossing toll, serta cabang Sungai Bekasi Timur Regency dan cabang Sungai Cipete. Dari 14 parameter yang diuji, 7 diantaranya (TDS, NH3, P, BOD, COD, Cr, dan Koliform Total) telah melebihi baku mutu PP No. 22 Tahun 2021 Kelas 2 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan 2 parameter lainnya (Kekeruhan dan KMnO4) telah melebihi baku mutu Permenkes No. 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
ADVERTISEMENT
Pengujian Kualitas Air Secara Kimia
Parameter TDS, Amonia (NH3), dan Fosfat (P) banyak ditemukan pada sampel air dari TPA Bantar Gebang dan TPA Sumur Batu. TDS adalah total zat padat yang terlarut dalam air yang merupakan indikator jumlah partikel/zat, baik senyawa organik maupun non-anorganik. Dalam jumlah yang banyak, TDS akan mengganggu mikroorganisme di dalam sungai.
Amonia merupakan salah satu nitrogen anorganik yang larut dalam air, dapat berasal dari oksidasi zat organik serta limbah aktivitas masyarakat, dan apabila terdapat lebih dari 0,2 mg/l akan meracuni beberapa jenis ikan dan biota perairan. Sedangkan banyaknya jumlah fosfat dalam air akan membahayakan organisme dalam air karena konsentrasi oksigen menurun, serta menurunkan nilai estetika sungai karena bau tidak sedap yang ditimbulkan.
ADVERTISEMENT
Jumlah parameter yang banyak ditemukan pada sampel air dari TPA membuktikan bahwa keberadaan TPA sangat memengaruhi kandungan amonia dan fosfat dalam perairan. Sedangkan pada sampel air dari Jl. Griya Alam Sentosa, Jl. Pangkalan V, Kawasan Dukuh Zamrud, dan Jl. Sakura 2; kandungan ketiga parameter tersebut tidak sebanyak sampel air dari TPA, namun tetap melebihi baku mutu yang kemungkinan disebabkan oleh upaya pemurnian air (self-purification) pada air sungai.
Pengujian Kualitas Air Secara Biologi
Parameter zat organik, BOD, dan COD banyak ditemukan pada sampel air dari TPA Bantar Gebang dan TPA Sumur Batu, serta sampel dari Kawasan Dukuh Zamrud. Zat organik yang dimaksud dapat bersumber dari alam (seperti tumbuhan atau organisme yang membusuk) atau dari kegiatan pembuangan limbah oleh manusia, dan air tidak aman untuk dikonsumsi jika telah terkontaminasi banyak zat organik.
ADVERTISEMENT
BOD merupakan jumlah oksigen yang diperlukan oleh bakteri untuk menguraikan hampir semua zat organik terlarut. Dengan kandungannya yang tinggi, hal ini dapat menyebabkan pendangkalan akibat sedimentasi dan mengancam kehidupan organisme di dalam air.
Sedangkan COD merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk proses penguraian atau oksidasi senyawa organik yang terkandung dalam air secara kimiawi. Tingginya kandungan COD dapat menyebabkan oksigen di badan air menjadi rendah atau habis dan mengancam kehidupan organisme di dalam air.
Tingginya kandungan ketiga parameter ini menunjukkan adanya pengaruh dari TPA (seperti aktivitas landfill), limbah aktivitas rumah tangga (limbah tinja dan limbah cair lainnya), limbah industri skala rumah tangga (seperti limbah pembuatan tahu/tempe), sampah, serta hasil buangan akhir proses industri diantara lokasi tersebut.
ADVERTISEMENT
Kandungan parameter yang lebih sedikit ditemukan pada sampel air dari Jl. Sakura 2 yang disebabkan oleh upaya pemurnian air (self-purification) pada air sungai, dan dari crossing toll yang disebabkan oleh pencampuran kandungan dari Cabang Sungai Cipete.
Pengujian Kualitas Air Secara Fisik
Pengujian kualitas air secara fisik dilihat berdasarkan tingkat kekeruhan air sungai. Berdasarkan tingkat kekeruhannya, sampel air dengan tingkat kekeruhan tinggi berasal dari sampel Kawasan Dukuh Zamrud. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti penggerusan lapisan tanah sungai oleh hujan, dan pembuangan hasil dari aktivitas manusia ke sungai. Namun, sampel air dari Kawasan Dukuh Zamrud ini memiliki kandungan bakteri koliform yang rendah dibanding pada sampel air dari kawasan lainnya.
ADVERTISEMENT
Pada umumnya, keberadaan bakteri koliform dipengaruhi oleh aktivitas sanitasi masyarakat dan saluran pembuangan limbah domestik melalui drainase yang terhubung ke sungai, dan aliran sungai di kawasan ini telah mengalami proses self-purification, sehingga jumlah bakteri koliform berkurang.
Berdasarkan pengujian kualitas air yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa air di Sungai Cijambe telah tercemar, tidak sehat untuk dikonsumsi, yang diduga kuat berasal dari pembuangan air lindi TPA Bantar Gebang dan Sumur Batu. Hal ini diperkuat dengan rendahnya tingkat pencemaran perairan yang berasa dari ruas sungai sebelum masuk kawasan TPA.
Beberapa penelitian menyatakan bahwa air lindi yang mengandung banyak zat organik, anorganik, dan logam berat dari sampah dapat memengaruhi kesehatan manusia, mencemari lingkungan dan biota perairan. Air lindi dapat menyerap hingga menyentuh pori-pori tanah, sehingga air tanah yang menjadi salah satu sumber air utama bagi masyarakat melalui air sumur pun ikut tercemar. Selain itu, air lindi dapat menyebabkan ekosistem badan air di sekitarnya ikut tercemar dan membahayakan keberlangsungan hidup organisme dalam air.
ADVERTISEMENT
Setiap TPA dapat dipastikan menghasilkan lindi, baik yang berasal dari sampah itu sendiri, maupun yang terlarut akibat air hujan. Oleh karenanya, penting untuk memastikan bahwa setiap TPA memiliki fasilitas pengolahan limbah yang operasional dan dapat menampung lindi yang dihasilkan oleh sampah yang diterima, agar tidak mencemari perairan sekitar.
Selain itu, untuk mengatasi permasalahan terkait sampah tersebut, perlu dipertimbangkan untuk penerapan teknologi pengolahan sampah untuk mereduksi jumlah tumpukan sampah yang di TPA.