Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Mengintip Sejarah Berdirinya Korea Utara
9 September 2020 20:26 WIB
Tulisan dari Fidel Satrio tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Abhi Setyaka Putra & Fidel Satrio Hadiyanto
( S-1 Ilmu Sejarah Universitas Diponegoro )
Hari ini, tepat pada 9 September 2020 atau tepat pada 72 tahun yang lalu, Korea Utara terbentuk. Negara yang beribukota di Pyongyang ini merayakan hari kemerdekaannya yang ke-72 atau tepat pada tanggal 9 September 1948 dengan nama Democratic People’s Republic of Korea ( DRRK ). Bagaimana sejarah terbentuknya salah satu negara yang memiliki kekuatan miter terbesar dan terkuat di Dunia ini?
ADVERTISEMENT
Korea Utara pada awalnya merupakan bagian dari wilayah Semenanjung Korea yang merupakan wilayah yang diduduki oleh Dinasti Kerajaan atau Kekaisaran yang dimana Kaisar Gojong merupakan Kasiar terakhir Korea yang memerintah pada tahun 1897-1910 ( History, 2019) . Semenanjung Korea kemudian diduduki oleh Jepang setelah perang Russia-Jepang pada tahun 1905 dan setelah jatuhnya kekuatan kekaisaran dan permainan politik Jepang dan berdasar traktat aneksasi Jepang-Korea, Korea menjadi sepenuhnya milik Jepang 5 tahun kemudian, dan Korea menjadi daerah yang berada di bawah kekuasaan kolonial Jepang selama 35 tahun. Kemudian pada 1943, diadakan konferensi di Kairo membahas Perang Dunia ke 2 yang terjadi di Asia, yang kemudian menyepakati bahwa jika Jepang kalah pada Perang Dunia ke 2, Maka Jepang wajib mengembalikan seluruh wilayah jajahannya dan mendukung kemerdekaan Korea. Setelah Sekutu berhasil membuat Jepang menyerah tanpa syarat dengan dijatuhkannya bom Hiroshima dan Nagaski, Jepang harus menyetujui Deklarasi Postdam yang juga menyinggung hasil dari Konferensi Kairo tentang dihapusnya kekuasaan Jepang atas Semenanjung Korea. Tepat setelah bom Nagasaki dijatuhkan pada 9 Agustus 1945, Soviet menyatakan perang terhadap Jepang dan menyerang wilayah-wilayah yang diduduki Jepang salah satunya adalah Korea. Pernyataan perang dari Soviet ini terjadi setelah 3 bulan kemenangan sekutu di medan pertempuran Eropa pada April 1945. Pada saat itu, pasukan Soviet sudah memobilisasi pasukannya ke medan pertempuran pasifik dan Amerika sangat gelisah karena khawatir Soviet akan menguasai seluruh Korea. Sehingga pada 10 Agustus 1945, Amerika menawarkan kepada Soviet pembagian Korea berdasarkan garis pararel ke-38 dengan Korea Utara diberikan kepada Soviet dan Korea Selatan diberikan kepada Amerika Serikat. Soviet menerima baik tawaran ini dan pada 14 Agustus 1945, Soviet sudah berada di Korea Utara dan dengan cepat menguasai Timur Laut. Pada 24 Agustus 1945, Pasukan Merah sudah menduduki Pyongyang. Soviet kemudian mendirikan Komite Rakyat dengan menunjuk Cho Man Sik sebagai ketuanya dan beberapa pejabat Soviet termasuk di dalamnya. Pasukan Amerika Serikat mendarat di Selatan garis pararel ke 38. Pada 27 Desember 1945, melalui Konferensi Moskow , Soviet menyetujui tawaran Amerika untuk membangun sebuah wilayah Perwalian PBB dalam kurun waktu 5 tahun dalam rangka Kemerdekaan Korea.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1946-1947, Komite gabungan Amerika dan Soviet berusaha menciptakan suatu kesatuan pemerintahan, namun gagal karena meningkatnya ketegangan Perang Dingin dan penolakan rakyat Korea atas perwakilan PBB. Karenanya, perbedaan kedua negara ini menjadi sangat jauh, karena kebijakan yang berbeda diantara kedua negara dan menjadikan polarisasi politik. Kemudian pada Mei 1946, perpindahan penduduk melalui garis pararel ke-38 tanpa izin adalah illegal. Dengan kegagalan komisi gabungan untuk menghasilkan keputusan, Amerika membawa masalah ini ke PBB pada September 1947, Soviet menolak keterlibatan PBB karena Amerika memiliki pengaruh lebih besar di PBB ketimbang Soviet. Kemudian PBB memberikan resolusi pada 14 November pada 1947 untuk segera mengadakan Pemilihan umum, Tentara asing ditarik dan Komisi PBB sementara untuk Korea segera dibuat. Tetapi, Soviet memboikot voting tersebut, dan menilai voting tersebut mengikat dan PBB tidak menjamin kejujuran Pemilihan Umum tersebut. Karena tidak adanya kooperasi dari pihak Soviet, ditentukan bahwa pemilihan umum hanya dilaksanakan di Korea Selatan saja. Karena pemilihan yang terpisah ini, banyak warga Korea yang tidak senang karena melihat keputusan ini karena menggangap awal dari terpisahnya permanen negara tersebut. Gerakan protes pun terjadi pada Februari 1948- 3 April 1948 yang terjadi di pulau Jeju dan tentara Korea Selatan dikirim untuk meredam kerusuhan tersebut. Pada 10 Mei 1948, terjadi pemilihan umum di Korea Selatan meskipun terjadi banyak kerusuhan dan boikot yang terjadi. Akhirnya pada 15 Agustus 1945 Republik Korea mengambil alih Korea Selatan dari Amerika dengan Syngman Rhee sebagai presiden pertama. Disebelah utara, Republik Rakyat Korea dibentuk pada tanggal 9 September 1948 dengan Kim Ill Sung sebagai perdana Menteri.
ADVERTISEMENT
Pada 9 September 1948, Kim Il Sung menjadi perdana Menteri yang merupakan anggota Partai Pekerja Korea dan mantan pejuang gerilya. Tanggal 9 September juga selalu diperingati setiap tahun sebagai Hari Yayasan Republik (matamatapolitik , 2018). Kim Il Sung memimpin Korea Utara untuk empat setengah decade dengan tangan besi. Kim Il Sung menjadi perdana Menteri kemudian menjadi Presiden. Partai Buruh menjadi partai politik satu-satunya di negara ini. Pada awalnya, Kim Il Sung menjadi pemimpin partai komunis Chosun yang kokoh dan memegang kekuatan politik yang besar. Organisasi itu kemudian dibentuk kembali dan menjadi Partai Buruh Korea Utara. Partai ini kemudian memperkokoh landasan sebagai negara komunis, lewat pelaksanaan nasionalisasi tanah pertanian dan industri di negara tersebut. Di tahun 1946, sekitar 96,5 persen perusahaan berada dibawa sektor swasta, namun pada 1958 semuanya telah berada di bawah apa yang disebut “sektor sosialis” (Lee , 1964:224). Selain di bidang perekonomian, Kim juga memfokuskan pandangannya pada bidang militer. Langkah pertama yang dia ambil ialah membuat unsur-unsur dalam bidang tersebut loyal kepadanya. Indoktrinasi politik diberlakukan pada setiap tentara, baik prajurit maupun Jenderal agar mereka setia pada komunisme. Untungnya, hampir semua perwira tinggi tentara merupakan bekas anak buahnya ketika bergerilya dahulu (Lutz , 2015:30), sehingga usahanya dipermudah dengan kehadiran mereka. Setelah militer loyal kepadanya, barulah ia memperkuat militernya. Dengan bantuan dari Soviet, militer Korea Utara dapat mengalahkan saudaranya sendiri di selatan. Hal tersebut terbukti pada awal perang korea dimana 90% wilayah Korea Selatan jatuh dibawah kekuasaan Utara (Lankov , 2002:61). Namun cita-citanya untuk menyatukan korea dibawah panji komunisme pada akhirnya kandas setelah perang tersebut mengalami stagnan hingga gencatan senjata diberlakukan.
ADVERTISEMENT
Selepas perang tersebut merupakan masa-masa rekontruksi besar untuk membangun Kembali negara yang hancur pasca perang. Selain negara, sang generalismo juga berusaha membangun kembali citra ia di mata rakyatnya. Diperlukan sekitar 10 tahun untuk memperbaiki negara tersebut dari ambang kehancuran. Ia meniru model Soviet dan China pada penerapan kebijakan ekonomi dan menerapkan gerakan Chollima (mirip dengan Great Leap Forward Mao di China), Korea Utara berhasil mengembalikan perekonomiannya. Kemudian pada 1967, ideologi Junche diperkenalkan kepada publik melalui pidatonya di parlemen. Paham ini mengusung semangat Chaju (penentuan nasib sendiri), Charip (kemandirian ekonomi), dan Chawi (menjaga kedaulatan negara). Tahun 1972, diresmikanlah paham ini sebagai ideologi negara (Lee , 2003:105). Semenjak perang saudara tersebut, Kim Il Sung menjadi pemimpin tertinggi Republik Demokratik Rakyat Korea hingga kematiannya pada 1994. Akan tetapi keluarganya hingga kini masih berkuasa dan dipuja bagaikan dewa di negara yang dikenal sebagai “Hermit Kingdom”.
ADVERTISEMENT