Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Sejarah akan menjadi Sejarah ?
13 Oktober 2020 9:26 WIB
Tulisan dari Fidel Satrio tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Abhi Setyaka Putra & Fidel Satrio Hadiyanto
Mahasiswa S-1 Sejarah Universitas Diponegoro
ADVERTISEMENT
“Jangan sekali-kali melupakan sejarah.” Ir. Soekarno
“Orang yang tidak memiliki rasa sejarah, adalah seperti orang yang tidak memiliki telinga atau mata.” Adolf Hitler.
“Jika sejarah menjadi guru kebijaksanaan, tokoh sejarahlah yang mengkongkritkan keteladanan.” Najwa Shihab
Kecewa. Mungkin itulah yang sedang dirasakan oleh Sejarawan, Sejarawan Muda, dan para Beliau- Beliau yang sudah menekuni bidang ilmu pengetahuan ini bahkan saat masih harus bertanya dan berskeptis tentang “Apakah gunanya belajar ilmu ini ? “. Kutipan di awal artikel ini hanyalah kalimat sederhana yang tertuang dari tokoh-tokoh bangsa yang menilai sejarah adalah suatu asset bangsa yang tak ternilai harganya di mata bangsa itu sendiri. Sejarah mestinya menjadi suatu elemen dasar pembentuk generasi bangsa yang nasionalis dan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Ilmu Sejarah mengkomunikasikan kepada seluruh elemen bangsa bagaimana sebuah bangsa yang bernama “ Indonesia “ bisa terbentuk. Ilmu Sejarah mengkomunikasikan kepada seluruh elemen bangsa bahwa bangsa ini terbentuk melalui peristiwa masa lalu yang rumit dan diharapkan seluruh elemen bangsa dapat mengambil hikmah dari peristiwa sejarah tersebut. Hikmah yang diambil dari peristiwa sejarah itu merupakan sebuah pelajaran nasihat tersirat dari para pelaku sejarah dan Beliau Beliau yang tertelan oleh waktu namun menjadii ikon yang akan dikenang hingga satu per satu dari kita menghilang dan menghadap sang pencipta. Artikel ini , hanyalah sebuah tulisan biasa yang mewakili kekecawaan berbagai Sejarawan muda yang menilai bahwa “Sejarah” adalah sebuah legasi bangsa yang harus dipelihara oleh hati yang nasionalis dan hati yang menjunjung tinggi sebuah nama berjudulkan “ Indonesia”.
ADVERTISEMENT
Eksistensi Ilmu Sejarah menjadi terancam “punah” setelah Isu dihapusnya pelajaran sejarah termuat dalam dokumen yang beredar terkait 'Sosialisasi Penyederhanaan Kurikulum Asesmen Nasional'. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kemendikbud Totok Suprayitno mengatakan rencana penyederhanaan kurikulum tersebut masih dalam tahap awal dan pembicaraan dan dalam kajian akademis (detik.com ). Menurut CNN Indonesia , Kemendikbud menyatakan bahwa kurikulum baru masih dalam pembahasan di tingkat internal. Sejarah diwacanakan tidak lagi menjadi mata pelajaran wajib bagi siswa SMA. Pada Kurikulum 2013 Sejarah merupakan mata pelajaran wajib dipelajari semua kelompok siswa, termasuk IPA dan IPS. Menurut sepasi.pikiran-rakyat , Pelajaran Sejarah khususnya tidak akan dihapus dari kurikulum melainkan akan digabung dengan pelajaran IPS. Sementara untuk kelas 11 dan 12 mata pelajaran sejarah hanya masuk kelompok peminatan yang bersifat tidak wajib. Aturan baru ini tertuang dalam rencana penyederhanaan kurikulum yang akan ditetapkan Maret 2021. Sementara Kemendikbud sendiri mengkorfirmasi akan terus engkaji rencana penyederhanaan kurikulum pendidikan guna meningkatkan kualitas pendidikan nasional.
ADVERTISEMENT
Kajian yang terus dilakukan tersebut memperhatikan berbagai hasil evaluasi implementasi kurikulum baik yang dilakukan pemerintah maupun masyarakat serta perubahan paradigma keragaman, bukan keseragaman dalam implementasi kurikulum (lensapurbalingga ). Meskipun Kemendikbud masih melakukaan kajian dan masih akan melakukan pemeriksaan akan keputusan ini seperti yang dilansir dari kompas , “Dalam proses perencanaan dan diskusi ini, tentunya Kemendikbud sangat mengharapkan dan mengapresiasi masukan dari seluruh pemangku kepentingan pendidikan, termasuk organisasi, pakar, dan pengamat pendidikan, yang merupakan bagian penting dalam pengambilan kebijakan pendidikan,” . Kutip Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kemendikbud Totok Suprayitno. Namun isu ini telah mengundang banyak sekali perbincangan di masyarakat. Seperti yang Dilansir dari CNN Indonesia , Sejarawan J.J Rizal mengkritik rencana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) membuat mata pelajaran sejarah menjadi tidak wajib dipelajari siswa SMA dan sederajat. J.J Rizal mengkritik bahwa rencana tersebut dapat diartikan sebagai langkah yang mengkhianati visi dan misi Presiden Joko Widodo yang dituangkan dalam Nawacipta butir kedelapan. Rizal berkata, poin Nawacita yang dapat diartikan dikhianati Kemendikbud itu berbunyi, 'Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air, semangat bela negara dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia'. "Artinya rencana menghilangkan dan atau hanya menjadikan sejarah sebagai pelajaran sampiran karena pilihan saja, sama saja mengkhianati visi misi Presiden," kata Rizal. Meskipun Kemendikbud mengatakan bahwa Kurikulum 2021 akan hanya dilaksanakan di beberapa atau sebagian sekolah saja, seperti yang dikutip dari CNN Indonesia "Kurikulum 2013 dengan mata pelajaran Sejarah yang bersifat wajib, seperti halnya Agama dan PPKN akan tetap berlaku di tahun 2021 seperti biasa. Implementasi kurikulum baru di tahun 2021 akan dilakukan secara hati-hati dan terbatas," kata Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kemendikbud Maman Fathurrahman. Namun banyak pihak yang tidak menyetujui dan kembali mengingatkan betapa pentingnya Sejarah untuk sebuah bangsa, seperti yang dilansir dari kompas.com, “sejarah adalah persoalan identitas bangsa yang harus diketahui oleh seluruh generasi sampai kapanpun. Identitas itu adalah berbagai peristiwa penting yang terjadi pada proses terbentuknya bangsa Indonesia, yang berguna membentuk rasa bangga sebagai warga negara," sebut Purnawan Basundoro yang merupakan Dosen Sejarah di Universitas Airlangga.
ADVERTISEMENT
Pelajaran Sejarah di Mata Dunia
Isu mata pelajaran Sejarah yang akan segera di “ nomer duakan” di dalam Kurikulum 2021 menjadi suatu konflik tersendiri di beberapa lapisan masyarakat. Indonesia akan dicap sebagai negara yang tidak menghargai sejarahnya sendiri dan kehilangan jati dirinya di masa yang akan datang. Bahkan banyak punya masyarakat Indonesia yang menggangap semakin waktu berjalan, Indonesia semakin kehilangan makna makna proklamasi dan apa yang sudah dicita citakan bangsa pada saat Indonesia merdeka. Namun bagaimanakah implementasi vitalnya ilmu sejarah di negara- negara sahabat kita?
Jika kita berkaca pada beberapa negara di dunia, memang terdapat beberapa negara yang menomorduakan pelajaran sejarah. Contoh yang paling mudah ialah Jepang. Seperti yang dilansir Nippon.com , sebagai negara maju, pemerintah Jepang tidak mewajibkan mata pelajaran sejarah bagi siswa SMA hingga tahun 2019. Sistem yang diberlakukan disana mirip dengan Indonesia dimana jika memilih jurusan sosial akan diberi pilihan geografi dan sejarah atau kewarganegaraan. Bagi yang memilih geografi dan sejarah, maka akan dipecah menjadi lebih spesifik. Dalam kasus ini, sejarah terbagi menjadi sejarah Jepang dan dunia. Rata-rata siswa lebih memilih sejarah dunia ketimbang sejarah negaranya sendiri. Tidaklah mengherankan, permasalahan pelajaran sejarah sering terjadi akibat dari penghilangan atau meminimalisir kejahatan-kejahatan perang yang pernah dilakukannya dulu semasa perang dunia kedua pada buku sejarahnya. Kegiatan screening dilakukan agar tidak ada buku pelajaran yang menampilkan masa kelam Jepang.
ADVERTISEMENT
Lalu bagaimana pelajaran sejarah di negara dengan Pendidikan terbaik di dunia, Finlandia? Berdasarkan catatan Darcy R. Fryer , seorang guru sekolah Berkeley saat kunjungannya ke sekolah yang berlokasi di kota Espoo, Finlandia, para murid diajarkan untuk belajar mandiri. Materi secara keseluruhan dicari sendiri melalui literatur dan internet. Guru hanya memberikan arahan kepada siswanya dan siswanyalah yang akan memberikan hasil temuan mereka kepada guru dan teman-temannya. Dalam melakukan tugasnya, mereka dibentuk kelompok berjumlah 4 orang yang masing-masing memiliki tugas sendiri-sendiri. Setiap kelompok memiliki tugas yang berbeda: jika sedang membahas perang dingin, mereka akan terbagi menjadi kelompok sesuai topik yang diinginkan dengan tema perang dingin. Kurikulum di negara ini memang menekankan pengguna media literasi dan interpretasi data. Gaya pembelajaran ini membuat murid lebih mengerti dalam mempelajari sejarah.
ADVERTISEMENT
Penghapusan mata pelajaran dari kurikulum bukanlah penyelesaian masalah pendidikan Indonesia. Sejarah sebagai jati diri bangsa harusnya dimaknai, bukan dihafal seperti yang diajarkan di sekolah-sekolah. Sistem pengajaran seperti itu akan membuat sejarah menjadi terlihat membosankan dan wajar jika kurang diminati oleh siswa sekolah manapun. Guru sejarah sebagai pengajar harus dapat membuat sejarah sebagai pelajaran yang menyenangkan. Metode pengajaran seperti Finlandia mungkin dapat dicontoh. Saat ini banyak konten creator yang membuat sejarah menjadi lebih menarik. Pada kanal media sosial seperti facebook dan instagram misalnya, ada Neo Historia dan Cerebro Historia yang menyajikan artikel sejarah yang menarik. Pada kanal youtube, ada Inspect History sebagai channel animasi sejarah yang populer dan Eno Bening yang membuat konten membahas meme bertemakan sejarah. Mereka dapat dijadikan inspirasi bagi guru sejarah dalam memberikan materi kepada siswa-siswanya.
ADVERTISEMENT
Selain perbaikan pengajaran, pelajaran sejarah sendiri perlu di rombak. Pernyataan Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti tentang mata pelajaran sejarah yang bersifat “Jawasentris” memang membuat masyarakat Indonesia, khususnya yang berasal dari luar Jawa beranggapan bahwa Indonesia milik orang Jawa, senada dengan perkataan D.N Aidit dalam film Pemberontakan G30S/PKI, “Jawa adalah kunci….”. Oleh sebab itu perlu dirombak agar pelajaran sejarah menjadi “Indonesiasentris” dimana semua sejarah daerah juga dipelajari agar siswa-siswa yang menjadi penerus bangsa ini semakin tinggi cinta tanah airnya.