Adriano Moraes: Ditelantarkan di Jalanan Saat Lahir Hingga Jadi Juara Dunia MMA

ONE Championship
The Home Of Martial Arts
Konten dari Pengguna
1 Agustus 2022 10:35 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ONE Championship tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Adriano Moraes merayakan kemenangan di atas Circle usai mempertahankan sabuk juara dunia ONE Flyweight. Foto: ONE Championship
zoom-in-whitePerbesar
Adriano Moraes merayakan kemenangan di atas Circle usai mempertahankan sabuk juara dunia ONE Flyweight. Foto: ONE Championship
ADVERTISEMENT
Dalam dunia MMA, nama Adriano Moraes dikenal sebagai sosok pertama dan satu-satunya sejauh ini yang bisa menang TKO atas Demetrious Johnson, seorang legenda sekaligus salah satu petarung terbaik sepanjang masa.
ADVERTISEMENT
Namun, perjuangannya mencapai puncak diwarnai kisah masa kecil yang pilu. Berbagai keajaiban juga mengiringi jalan hidupnya.
Pada April 1988, Moraes terlahir di Brasil. Alih-alih mendapat kasih sayang dari keluarga, ibu kandungnya menelantarkan dirinya di jalanan – sebuah tempat yang berbahaya bagi siapa pun, apalagi seorang bayi. Hingga kini, ia tak pernah tahu siapa wanita yang telah melahirkannya.
Untungnya, Adriano kecil diselamatkan dari jalanan dan diantar ke sebuah panti asuhan. Saat berusia 3 tahun, ia diadopsi oleh Mirtes Moraes, seorang perempuan yang kini ia panggil sebagai ibu.
Di rumah barunya, Adriano diasuh dan dibesarkan seperti keluarga sendiri.
Adriano Moraes kecil berfoto bersama ibu angkatnya. Foto: ONE Championship
“Ibu berarti segalanya bagi saya. Ia adalah idola, saya melakukan segalanya baginya, dan saya akan terus melakukan yang terbaik bagi beliau. Karena ini adalah cinta," ujar Moraes tentang malaikat yang telah memberinya kehidupan baru.
ADVERTISEMENT
Saat menginjak remaja, Moraes tumbuh menjadi anak ceria yang penuh energi. Untuk mengarahkan bakatnya, sang ibu mendaftarkan dirinya ke berbagai aktivitas seperti capoeira, judo, dan renang.
Hanya saja, ia seperti tak bisa lepas dari jalanan tempatnya mengawali kehidupan dahulu.
Petarung berjuluk “Mikinho” ini banyak menghabiskan masa remajanya di jalanan hingga terlibat dalam pergaulan gangster dan perkelahian jalanan.
Namun, semua pengalaman itu membawanya pada tempat yang memberinya arah dalam hidup. Ironisnya, hal itu diawali saat ia kalah dalam perkelahian jalanan. Peristiwa itu membuatnya memutuskan untuk berlatih Brazilian Jiu-Jitsu (BJJ).
Bak keajaiban, pintu dunia baru langsung terbuka bagi Moraes. Ia meninggalkan kehidupan jalanan untuk berlatih di Constrictor Team, sebuah sasana ternama di bawah bimbingan Erick Medeiros dan Ataide Junior.
ADVERTISEMENT
Dari situ, ia mendedikasikan diri ke dalam disiplin olahraga ini dan meraih berbagai gelar BJJ beberapa tahun kemudian. Puncaknya, ia menjuarai NAGA No-Gi Pro Division pada 2014 – sebuah turnamen bergengsi di Amerika Latin. Berselang satu tahun, ia menerima sabuk hitam yang menandai tingkatan tertinggi dalam olahraga ini.
Setelah meraih kesuksesan dalam disiplin yang disebut “the gentle art” itu, Adriano Moraes melanjutkan jejak langkah beberapa rekan satu timnya dan mencoba arena MMA.

Meraih Kesuksesan dalam MMA

Atlet Brasil itu menjalani debut profesionalnya dalam MMA pada 2011. Selama tiga tahun berikutnya, ia memenangi 12 dari 13 laga serta merebut gelar kejuaraan di Brasil.
Ia meraih puncak karier dengan mengalahkan Geje Eustaquio pada September 2014 untuk merebut gelar Juara Dunia ONE Flyweight perdana.
ADVERTISEMENT
“Seni bela diri mengubah kehidupan saya menjadi lebih baik. Hal itu mengubah pemikiran saya, mengubah segalanya dalam hidup saya, dan menjadi sangat penting. Inilah usaha saya, inilah gaya hidup saya, inilah pekerjaan saya, dan seni bela diri adalah segalanya bagi saya. Saya mencintai apa yang saya lakukan," ujar Adriano Moraes.
Setelah berhasil mempertahankan gelar pada Maret 2015, “Mikinho” kehilangan sabuk dari Kairat Akhmetov – atlet Kazakhstan yang kala itu tak terkalahkan. Saat itu, Adriano sempat terpuruk dan merasa mimpinya berakhir.
Pada awal 2016, ia pindah dari Brasil ke Florida demi berlatih di American Top Team. Dengan suasana dan staf pelatih baru, ia mampu bangkit yang ditandai oleh kemenangan atas Eugene Toquero. Ia lanjut menang submission atas Tilek Batyrov via rear-naked choke dan merebut gelar Juara Dunia Interim ONE Flyweight.
ADVERTISEMENT
Saat itu, Akhmetov cedera dan tak dapat berlaga selama dua tahun. Keduanya pun bertemu, dan laga penyatuan gelar itu terjadi pada Agustus 2017 di ajang ONE: KINGS & CONQUERORS di Makau.
Malam itu Moraes menampilkan pertahanan takedown yang solid, grappling luar biasa, serta teknik striking kelas dunia yang lebih tajam dan bervariasi dari Akhmetov. Pria yang dulu ditelantarkan di jalanan Brasil kini berhasil merebut kembali gelar Juara Dunia ONE Flyweight sekaligus memutus rekor 23 pertandingan tak terkalahkan milik sang lawan.
“Kisah hidup saya akan memperlihatkan dan mengajarkan tiap remaja bahwa saat mereka tak tahu apa yang harus mereka lakukan ketika impian mereka hilang, Tuhan memiliki jalan bagi kalian. Tuhan memiliki sebuah kesempatan lainnya," ujar Moraes.
ADVERTISEMENT
Menjadi Juara Dunia Flyweight Paling Dominan di ONE
Sejak saat itu, Moraes selalu berhasil mempertahankan gelarnya dan menjadi salah satu juara paling dominan di ONE Championship.
Pada tahun lalu, Moraes mencetak sejarah dengan menjadi orang pertama yang menang KO atas Demetrious Johnson, salah satu petarung MMA terbaik sepanjang masa. Setelah itu, Moraes juga sukses mempertahankan sabuknya dari Yuya Wakamatsu di gelaran akbar ONE X pada Maret lalu.
Kini, Moraes akan menghadapi tantangan kedua dari Demetrious Johnson dalam laga puncak ONE Fight Night 1: Moraes vs. Johnson II yang akan disiarkan pada waktu prime time Amerika Serikat dan Kanada dari Singapore Indoor Stadium, pada 27 Agustus 2022 mendatang.