Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Meski Terasa Berbeda, Idul Fitri Tahun Ini Tetap tak Kehilangan Makna
25 Mei 2020 12:35 WIB
Tulisan dari ONE Championship tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Hari Raya Idul Fitri selalu terasa istimewa bagi muslim di seluruh dunia. Hari ini adalah hari dimana umat kembali kepada kesucian.
ADVERTISEMENT
Idul Fitri biasanya diisi dengan berbagai tradisi tahunan seperti mudik, berkumpul bersama keluarga, menyantap hidangan spesial, serta berkeliling ke tempat sanak saudara untuk saling bermaaf-maafan.
Namun kondisi pandemi akibat COVID-19 telah memaksa beberapa hal tertunda. Meski demikian, keterbatasan yang ada tidak mengurangi rasa serta kedekatan yang ada. Bagaimanan, tetap berpikiran positif adalah senjata mereka untuk tetap bisa berada pada level tertinggi saat bertanding di pentas dunia.
Para atlet ONE Championship ini berbagi tentang makna Hari Raya dalam kehidupan mereka.
“Tidak seperti tahun-tahun yang lalu, Ramadan dan Lebaran tahun ini terasa sedikit kurang bagi saya.”
“Saya tidak dapat keluar untuk ‘ngabuburit’ dan berbuka bersama karena berbagai larangan. Banyak mall dan restoran juga tutup karena situasi ini. Namun, saya yakin yang terbaik bagi kita adalah dengan mengikuti peraturan demi memutus penyebaran virus ini.”
ADVERTISEMENT
“Esensi dari Lebaran adalah tentang memaafkan dan kesucian hati, bukan tentang mengunjungi saudara, kumpul-kumpul keluarga, dan membeli barang-barang baru. Lebaran adalah tentang bagaimana perjalanan spiritual yang membawa kembali kepada kesucian.”
“Terlepas bahwa kita tidak bisa sering keluar rumah, saya masih bersyukur atas waktu lebih bersama keluarga. Dengan larangan ini, saya menghabiskan sebagian besar waktu pada bulan Ramadan dengan berada di rumah. Saya memasak untuk keluarga dan memiliki waktu lebih untuk dihabiskan bersama. Ini adalah hal-hal yang cukup sulit dilakukan dalam keseharian saya.”
“Salah satu hal yang selalu saya sukai tentang Hari Raya adalah karena itu merupakan momen dimana kita dapat bertemu teman lama dan keluarga. Untuk Hari Raya, saya biasanya melakukan ritual untuk kembali ke desa ibu saya di bagian selatan Thailand, lalu mengunjungi keluarga ayah saya di Kelantan pada hari kedua.”
ADVERTISEMENT
“Tahun ini sangat berbeda, karena banyak anggota keluarga yang tak dapat kembali ke Kelantan karena MCO [movement control order, atau setara dengan PSBB di Indonesia] yang diterapkan oleh pemerintah. Namun itu tidak apa-apa. Mengapa kita harus melihat sisi negatifnya?”
“Saya telah menghabiskan banyak waktu yang menyenangkan dengan orang tua saya di rumah, dan saya rasa dengan Hari Raya, ini akan menjadi lebih spesial. Karena itu, dalam kesempatan ini, saya ingin mengucapkan Selamat Hari Raya pada umat Muslim di seluruh dunia!”
“Rayakan ini dengan cara yang sederhana dan pastikan Anda mengikuti seluruh peraturan yang diterapkan oleh Kementerian Kesehatan selama COVID-19 untuk memastikan keamanan diri Anda dan mereka yang Anda kasihi.”
ADVERTISEMENT
“Tahun ini, saya tidak merasakan atmosfer yang sama. Saya tak dapat pergi ke kota kelahiran saya di Purwodadi, Jawa Tengah, karena COVID-19, maka saya memutuskan untuk tinggal di Jakarta.”
“Kami tidak pernah menyangka bahwa pandemi ini akan berlangsung selama ini, sampai Lebaran. Tahun lalu, kami masih dapat melakukan shalat Id di masjid, menyalami dan bertemu saudara.”
“Saya telah berada dalam karantina mandiri selama dua bulan. Cukup sedih bahwa ini tidak terasa semeriah tahun lalu. Pada saat yang sama, saya juga merasa ini adalah waktu yang tepat bagi kita untuk berbicara pada diri sendiri dan mengisi ulang energi kita dengan segala sesuatu yang positif, jika mungkin.”
“Saya juga akan menggunakan waktu ini untuk menjadi lebih produktif, dalam arti ini akan memberi saya lebih banyak waktu untuk menjadi kreatif.”
ADVERTISEMENT
“Hari Raya, bagi saya, adalah tentang menjalani budaya kami. Terlepas dari pergi ke kota kelahiran ibu saya di Kedah dan menikmati hidangan lezat seperti rendang dan lemang, berada di antara anggota keluarga dan mengunjungi rumah-rumah adalah bagian dari apa yang selalu saya lakukan dalam perayaan ini.”
“Namun, saya mengetahui saya tidak akan dapat melakukan itu tahun ini, namun itu tidak menjadi masalah besar bagi saya. Mungkin ini akan menjadi waktu yang baik bagi keluarga saya – hanya kami berenam – untuk menghabiskan waktu yang berkualitas bersama-sama. Terkadang, sama seperti seni bela diri, hal-hal tidak berjalan sesuai rencana, namun kita harus tetap memiliki alternatif lain.”
“Saya mengetahui banyak dari teman-teman saya tidak akan kembali ke kota kelahiran mereka, jadi mungkin saya akan dapat mengunjungi mereka sambil memastikan pembatasan jarak, tentunya. Mari kita tetap berbahagia bahwa kita masih dapat merayakan Hari Raya, walau dalam skala yang lebih kecil.”
ADVERTISEMENT
“Bagi para penggemar saya, penggemar ONE Championship, dan umat Muslim di seluruh dunia, Selamat Hari Raya Dan Maaf Zahir Dan Batin! Tetaplah aman, jaga diri dan berdoa supaya segala sesuatunya dapat segera kembali normal.”
“Hari Raya Idul Fitri itu seperti perayaan tahun baru bagi saya, karena segala sesuatunya kembali ke nol.”
“Ini adalah waktu dimana kita meminta maaf dan memperbaiki hubungan dengan orang-orang di sekitar kita – orang tua, keluarga, rekan kerja, tetangga dan siapapun. Ini juga menjadi waktu bagi kita untuk memaafkan dan melupakan semuanya. Pada dasarnya, bagi saya, Lebaran adalah tahun yang baru dimana kita menulis babak baru dalam kehidupan kita.”
“Lebaran selalu menawarkan atmosfer perayaan yang luar biasa. Kami makan bersama keluarga besar untuk merayakannya. Untungnya, saya berada di rumah [di Tuban, Jawa Timur] sebelum larangan bepergian ini diterapkan.”
ADVERTISEMENT
“Lebaran terasa spesial karena hal itu memberi kita waktu yang tepat untuk meminta maaf dan berterima kasih. Kami mendengarkan kisah satu sama lain, terutama karena kita berada jauh dari rumah untuk waktu yang lama.”
“Sejauh yang dapat saya ingat, saya telah merayakan Hari Raya di rumah, di Negeri Sembilan, tiap tahunnya.”
“Selama 25 tahun terakhir, tiap Hari Raya itu selalu berkesan. Namun hanya karena COVID-19, itu tidak berarti saya tidak dapat merayakan Hari Raya di sini [di Bali]. Saya masih melakukan hal-hal yang sama seperti saat saya berada di rumah. Perbedaannya adalah saya tidak akan bersama keluarga saya.”
“Ada masjid yang terletak tidak jauh dari sasana, dan saya akan melanjutkan ritual doa saya tiap pagi sebelum memulai kegiatan dan mungkin menghabiskan waktu bersama mereka di sasana.”
ADVERTISEMENT
“Saya mungkin akan mencoba memasak sesuatu selama berada di sini, karena saya memiliki waktu lebih. Saya rindu berbagai macam hidangan tradisional, maka itu akan membuat hari saya lebih baik.”
Lebaran adalah puncak dari ibadah puasa. Selama satu bulan, kita melaksanakan puasa dan hari raya ini seperti kita meraih kemenangan. Karena selama bulan puasa kita berkompetisi memperbanyak amal baik, menahan kesabaran dan amarah. Maka tibalah lebaran sebagai hari kemenangan.
Yang menyenangkan di hari lebaran adalah berkumpulnya keluarga, sanak family dan saling bermaaf-maafan. Sebelum berkeluarga saya pasti pulang ke rumah orang tua sehari sebelum lebaran.
Dengan suasana COVID-19, kita harus tetap di rumah. Bersilahturahmi bisa dengan komunikasi lewat WhatsApp atau telpon.
ADVERTISEMENT
Pastinya, suasana lebaran menjadi berbeda dengan sebelum saya berkeluarga dan punya anak. Anak saya masih kecil dan menambah suasana baru. Untuk persiapan, pastinya juga berbeda karena kita juga menyiapkan kelengkapan untuk anak kecil seperti pakaian dan lain-lain.
“Saya selalu merayakan Lebaran di rumah, tidak kemana-mana, karena sedari kecil, saya tinggal bersama orang tua di Tangerang.”
“[Lebaran tahun ini] jelas berbeda karena adanya pandemi ini. Sebelumnya, kita dapat berbuka puasa bersama teman-teman atau saudara, namun kali ini kita harus tetap berada di rumah saja. Kita mengikuti peraturan PSBB dari pemerintah, maka keluarga saya juga sepakat untuk tidak pergi kemanapun dan meminimalisir kemungkinan tamu yang akan datang.”
“Tahun ini, saya harus berlebaran tanpa ditemani seluruh keponakan dan sepupu saya. Biasanya, saat keluarga berkumpul untuk Lebaran, kami menyantap hidangan khas Hari Raya dan berbincang-bincang bersama saudara yang datang dari jauh.”
ADVERTISEMENT
“Menurut saya, lebih tepat jika saya mengatakan Lebaran kali ini lebih “spesial,” daripada kita terus mengeluh. Mungkin inilah saat yang tepat untuk berada lebih dekat bersama keluarga di rumah. Bagaimanapun, saya tetap berharap kondisi ini cepat berakhir dan hanya terjadi pada Lebaran tahun ini saja.”