Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Faktor Maraknya Drama di Komunitas Jejepangan Indonesia
13 November 2024 12:37 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Onessimus Sidarta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Anime, Manga, dan media hiburan Jepang lainnya merupakan sebuah media yang selalu kita jumpai sehari-hari, pastinya setiap orang pernah merasakannya terutama Gen Millenial dan Gen Z di generasinya masing-masing.
ADVERTISEMENT
dibelakang semua hal tersebut terdapat peran pengiat dari hobi ini yang disebut sebagai Otaku, Otaku atau bagi beberapa orang awam di Indonesia disebut sebagai Wibu (dimana arti sebenarnya dari kata weeaboo yang merupakan penyebutan penyuka budaya Jepang diluar negara Jepang), merupakan seseorang yang mendalami hobi dari berbagai sektor, istilah ini dikenal dikenal disekitar tahun 1980an dimana saat itu ekonomi dan acara hiburan mereka sedang menanjak naik, sebagai penggemar mereka akhirnya membuat berbagai karya manga self publishing, cosplay, dan lain sebagainya, lalu mereka kemudian membuat event untuk kegiatan kumpul-kumpul komunitas tersebut yang disebut sebagai Comiket. Meskipun begitu tak dipungkiri budaya Otaku ini ternyata juga masuk ke Indonesia, diera 80 an berkat banyaknya seri-seri Anime, Tokusatsu, dan series Jepang yang ditayangkan di Stasiun Televisi milik negara TVRI, yang kemudian berkembang terus dengan masuknya manga dan budaya lainnya pada era 2000an.
ADVERTISEMENT
Meskipun begitu Otaku tak selamanya menjadi hobby yang positif bagi para komunitasnya, dimana kita bisa menemui beberapa kasus, sebagai contoh terkenalnya di negara aslinya yaitu Jepang, ada seorang yang berjuluk Otaku Murder (Tsutomu Miyazaki), dimana tindakan dari pelaku tersebut penyebab dari pengaruh media yang ia konsumsi, hal ini pun bisa dibilang menjadi masalah umum, apalagi saat era Internet sudah berkembang pesat seseorang akan terpengaruh dengan konten-konten yang terkandung didalamnya. Di Indonesia sendiri sudah terjadi beberapa kasus yang melibatkan Otaku ini salah satunya yang akhir-akhir ini terjadi adalah drama di komunitas Jejepangan Indonesia yang tak ada habisnya.
Hal pertama yang menjadi seringnya drama adalah media sosial besar, perlu diketahui pengguna beberapa media sosial besar disana itu banyak, dimana hal ini kadang membawa pusaran gelap dengan membuat konten yang menurutnya menarik tapi bagi orang-orang tidak, sehingga kadang yang konten video atau foto yang mereka buat kadang bisa menyerempet kedalam hal-hal yang negatif.
ADVERTISEMENT
Kedua Video Game yang Booming ternyata bisa menjadi faktor penyebab dimana kadang beberapa masing-masing individu akan mencari komunitas Jejepangan, karena merasa kurang asik sendiri, ataupun hal lain semacamnya. dimana kadang beberapa individu suka mengeluarkan emosi dan mental kepada teman-teman yang menurutnya ia dekat, namun orang lain belum menganggapnya jadinya kadang hal tersebut menjadi semacam trigger supaya seseorang ingin pede dan ingin lebih dikenal ataupun dia bisa mendekati salah satu orang dari komunitas tersebut untuk dijadikan pasangan.
Ketiga Komunitas yang semakin banyak, kadang-kadang seorang Individu yang memasuki sebuah komunitas pastinya selalu melihat komunitas lainnya yang sudah bergabung didalamnya jadinya, saat bergabung dengan grup tersebut seseorang akan merasakan interaksi didalamnya, namun terkadang beberapa komunitas, akibat orangnya kebanyakan ataupun masing-masing individunya ingin sama yang lebih sering berinteraksi ataupun satu frekuensi, membuat beberapa individu malah membesar-besarkan hal ini, lalu muncullah drama di media sosial, sehingga bergabung dengan komunitas merupakan tanggung jawab dari mental masing-masing individunya.
ADVERTISEMENT
Poin-poin diatas semuanya dikembalikan kepada masing-masing Kita Individu dalam menanggapi masalah terkait ranahnya sendiri-sendiri, supaya nama komunitas Jejepangan tidak menjadi buruk kedepannya, dan diharapkan Komunitas Jejepangan berjaya dan baik dimata siapa pun.
Penulis: Onessimus Sidarta