Konten dari Pengguna

Selama ini Kita Keliru, Musik City Pop sebenarnya disebut Kayokyoku!

Onessimus Sidarta
Bunda Mulia University College student & Content Creator of Photography/Illustrator on Instagram
21 November 2024 11:05 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Onessimus Sidarta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
(Gambar: Freepik)
zoom-in-whitePerbesar
(Gambar: Freepik)
ADVERTISEMENT
Bagi kalian pengemar musik di Internet, mungkin pernah mendengar suatu genre musik yang disebut sebagai City Pop bukan?, dimana City Pop merupakan genre musik pop Jepang yang muncul pada akhir 1970-an dan mencapai puncak kejayaannya pada 1980-an. Musik ini sendiri ternyata dipengaruhi oleh musik Amerika dan menjadi populer selama periode pertumbuhan ekonomi pesat dan perkembangan teknologi di Jepang.
ADVERTISEMENT
Namun tahukah kamu sebenarnya musik-musik ini sebutan sebenarnya bukanlah City Pop melainkan Kayokyoku?, kok bisa ada yang tidak menyadarinya ya, pada artikel ini saya akan membahas dan meluruskan mengenai Kayokyoku dan darimana genre musik ini kemudian disebut City Pop.
(Gambar: Freepik)
Apa itu Kayokyoku?
"Kayokyoku" berawal dari sebutan untuk lagu Barat di era Meiji. Seiring berjalan dan perubahan era, maknanya menjadi berubah. Kayokyoku (歌謡曲) atau disingkat Kayo(u) (歌謡) mulai menggema dan menjamur di Jepang, menjadikan dasar standarisasi lagu yang sedang "POP"uler di Jepang. Kayokyoku memiliki dua kalimat “歌謡” Kayou (Lagu) & “曲” Kyoku (Musik), jika digabungkan akan memberikan arti sebagai "Musik Populer" (Popular Music) beberapa mengartikan Kayokyoku sebagai "Pop Tune".
Jepang mulai gembor mengadaptasi dan mencampurkan lagu-lagu barat dengan vokal Jepang. Japanese Jazz lahir dengan formula musik yang unik karena memadukan instrument serta irama gaya musik tradisional Jepang.
ADVERTISEMENT
Genre Enka pun berubah haluan yang dulunya sebagai cerminan musik protes dari perjuangan pribadi dan ketidakstabilan emosional yang banyak dialami oleh orang Jepang selama periode perubahan (Restorasi menuju Modernisasi). Kini terbentuk menjadi sebuah genre yang memiliki ciri khas. bertemakan ballad, cinta, kehilangan, dan penghianatan.
(Gambar: Pixabay)
Keajaiban Ekonomi dan Kapitalisme
Setelah perang dunia ke 2 Jepang mendapatkan bantuan dana dari AS setelah menyerah dari perang (dan kehilangan 2 kota). Dana tersebut kemudian tak dipakai buat korupsi, melainkan buat membangkitkan negaranya dari keterpurukan perang. Berbagai macam cara pemerintah dan warga Jepang yang pekerja keras berhasil mendongkrak industrialisasi negara yang cepat, mengubah kemajuan Jepang terutama di bidang elektronik dan transportasi serta ekonomi berorientasi ekspor. Jepang pun mulai terbuka dan menerima dunia luar terutama di bidang hiburan. Seperti Film, Animasi, bahkan dunia permusikan yang mempengaruhi evolusi musik Kayokyoku.
ADVERTISEMENT
Enka & Kayokyoku
Industri hiburan dan seni Jepang melejit di masa keajaiban ekonomi. Media musik piringan hitam berbahan dasar Vinyl laku terjual seperti kacang. Orang Jepang pun kini dapat menikmati musik kesukaannya berkali kali di rumah tanpa perlu request ke stasiun tv atau radio. Terbukanya Jepang dengan dunia musik luar mendorong genre Enka pada perubahan. Para penyanyi Enka pun mulai berinovasi mencampurkan gaya musik luar seperti Hawaiian, Latin, dan Jazz. Frank Nagai dan Yujiro Ishihara mempioneerkan gaya bermusik-nya yang disebut sebagai Mood Kayo.
(Gambar: Pixabay)
Invasi Britania Raya (British Invasion)
The Beatles menggelarkan konser di Budokan, Tokyo, pada 30 Juni 1966. Walaupun Kehadiran The Beatles memberikan sambutan hangat pada perubahan Jepang terutama anak muda dan pecinta musik, kontra The Beatles juga membludak oleh para konservatis dan nasionalis. Terutama penggunaan tempat konser di Nippon Budokan, yang dulunya dianggap sebagai tempat sakral dan suci hanya dikhususkan untuk pertunjukan tradisi Jepang.
ADVERTISEMENT
pengaruh dan gaya The Beatles sangat kuat sekali didunia Kayokyoku, pada tahun 1967 grup band rock seperti The Tigers (Sawada Kenji), The Tempters, Golden Cups, dan lain sebagainya mengikuti gerakan dari The Beatles, sampai akhirnya mainstream mengisi acara dan tangga lagu Jepang, dimana kemudian mereka disebut sebagai GS (Group Sounds).
Di tahun ini popularitas Enka dan Mood Kayo mengalahkan GS (Group Sounds). Folk dan Rock Kayo yang ingin disebut New Folk dan New Rock mulai bangkit. Pada era 1970an muncul sebuah band yang bernama Valentine Blue (yang sebelumnya bernama April Fool) kemudian mengubah nama band-nya menjadi Happy End, band rock ini memiliki 4 personil jenius yang kedepannya akan mempengaruhi dunia musik Pop Jepang.
ADVERTISEMENT
Gelombang TV analog berwarna mulai mendominasi siaran Jepang.
Dunia Kayokyoku era ini dibanjiri oleh penyanyi Pop Idol yang disebut sebagai Idol Kayokyoku. Idola baru yang fenomenal hadir menghiasi televisi berwarna Jepang dan acara musik seperti Yoru no Hit Studio, mereka adalah pemenang kontes bakat Star Tanjo! yaitu Momoe Yamaguchi dan Sakurada Junko. Bahkan idola dari British Hong Kong bernama Agnes Chan, hadir melengkapi dunia Kayokyoku.
Inovasi New Music tidak kalah berkembang, membentuk gaya bermusik yang lebih stylish. Sebuah band indie dengan personil aktif Taeko Ohnuki dan Tatsuro Yamashita terbentuk dengan nama band-nya Sugar Babe.
Di tahun 1973, naik daunnya Momoe Yamaguchi dan Sakurada Junko serta pemenang Star Tanjo generasi pertama Masako Mori selalu menjadi buah bibir dunia hiburan Jepang. Mereka bertiga dijuluki sebagai "Hana no Naka San Trio" (Trio Kembang Bunga). Masa heyday Kayokyoku memasuki era Idol Kayokyoku. Di tahun ini acara musik anak muda seperti Let's Go Young oleh NHK mulai mengudara. Tidak lupa dengan Ling Ling dan Lang Lang idol kembar asal British Hong Kong keturunan Amerika-Tiongkok datang menghiasi tangga musik Jepang.
ADVERTISEMENT
Kemudian di tahun 1975 musik Enka dicampur aduk dengan gaya Rock Kayo. Single lagu Toshishita no Otokonoko meraih ranking 9 Mingguan Oricon, membuat trio idola Candies semakin terkenal. Serta wajah baru bernama Iwasaki Hiromi merilis single ke-2-nya yang berjudul Romance, dengan instant meraih juara 1 tangga mingguan Oricon.
(Gambar: Pixabay)
Idealisme musisi New Music semakin keropos dengan mencari nafkah di panggung dan acara pentas musik Kayokyoku. Kemudian di dekade 1977 "Karappo okesutura" atau disingkat Karaoke, booming mengisi jalan-jalan kota besar Jepang.
New Music semakin teriris memasuki ranah Kayokyoku. Variasi genre Kayokyoku kini menjadi lebih bewarna (semenjak di tahun ini siaran tv hitam putih pun berakhir). Juga karena New Music yang menjual, dimana para musisi dan musiknya mulai hadir di pentas panggung Kayokyoku.
ADVERTISEMENT
Penyanyi Enka Sayuri Ishikawa hadir di acara tahunan NHK Kouhaku Uta Gassen. Gesture unik muncul dan populerkan karena Tagawa Yosuke dari single lagunya yang berjudul "Lui-Lui". Variasi subgenre New Music mulai beragam. Walaupun band indie Tatsuro Yamashita "Sugar Babe" bubar di tahun 1976. Tomoko Soryo merilis album yang berjudul City Lights by the Moonlight. Disinilah New Music memiliki subgenre dari gaya bermusik Sugar Babe yang dijuluki sebagai City Pop.
(Gambar: Freepik)
Faktor Economy Bubble
Akhirnya di era 80an dimana disitu era keemasan bagi negeri sakura, seluruh sektor seperti teknologi, animasi, film, dan tak ketinggalan musik mulai menanjak di era tersebut (Economy Bubble), pada era ini juga muncul beberapa nama komposer yang tak asing seperti Mariya Takeuchi, Tatsuro Yamashita, Tatsuro Yamashita, Anri dan lain-lain mulai membuat single terobosan dari musik Kayokyoku, selain komposer Idol Kayo pun tak ketinggalan menghiasi diera ini dimana ada nama seperti Seiko Matsuda yang memulai puncak kejayaan era Idol Kayokyoku saat itu sampai diikuti oleh Akina Nakamori, dan Momoko Kikuchi yang hits dengan single seperti Slow Motion, dan Adventure.
ADVERTISEMENT
Sampai kemudian era Interrnet pun tiba, dan setiap negara pasti mengupload setiap berbagai media hiburan di negaranya mereka masing-masing termasuk Jepang yang penuh media Hiburannya, dimana musik Jepang di era masa lalu tersebut terkhususnya yang lahir diera 80an-90an mulai disebut sebagai City Pop oleh publik Internet.
Penulis: Onessimus Sidarta