Konten dari Pengguna

Sulitnya Akses Pengobatan Bagi Penderita Diabetes di Kelompok Marginal

ONY RENALDY
Mahasiswa Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya.
25 November 2024 15:08 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ONY RENALDY tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi gambar gula bersedih (sumber: https://pixabay.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gambar gula bersedih (sumber: https://pixabay.com)
ADVERTISEMENT
Diabetes merupakan salah satu penyakit metabolik yang semakin meningkat prevalensinya di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Penyakit ini ditandai dengan tingginya kadar glukosa dalam darah akibat gangguan sekresi insulin, resistensi insulin, atau keduanya. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF), Indonesia menduduki peringkat ketujuh di dunia dalam jumlah penderita diabetes, dengan sekitar 10,8 juta orang terdiagnosis pada tahun 2020(Ardila et al., 2024). Angka ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, dan menjadi perhatian serius bagi kesehatan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Penyebab utama meningkatnya angka diabetes di Indonesia dapat dikaitkan dengan perubahan gaya hidup yang drastis. Masyarakat modern cenderung mengadopsi pola makan yang tidak sehat, seperti konsumsi makanan cepat saji yang tinggi lemak, gula, dan garam. Makanan cepat saji dan makanan olahan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat modern sering kali mengandung kalori tinggi dan nutrisi rendah, yang dapat menyebabkan obesitas(Teknik et al., 2024). Obesitas adalah faktor risiko utama untuk diabetes, karena kelebihan lemak tubuh dapat mengganggu kemampuan tubuh untuk menggunakan insulin secara efektif. Kebiasaan ini, dapat diperparah dengan kurangnya aktivitas fisik, yang dapat menyebabkan peningkatan risiko obesitas. Selain itu, faktor genetik, stres, dan lingkungan juga berkontribusi terhadap meningkatnya prevalensi diabetes di kalangan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Penyakit diabetes tidak hanya berdampak pada kesehatan individu, tetapi juga memiliki implikasi yang luas bagi sistem kesehatan dan ekonomi negara. Komplikasi yang ditimbulkan oleh diabetes, seperti penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, dan gangren, dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup yang signifikan dan meningkatkan beban biaya perawatan kesehatan. Menurut laporan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, diabetes merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung dan stroke, dengan prevalensi yang terus meningkat di berbagai daerah, termasuk di Daerah Istimewa Yogyakarta(Ardila et al., 2024).
Dengan dampak yang signifikan terhadap kesehatan masyarakat. Penderita diabetes memerlukan pengobatan yang tepat dan pola makan yang seimbang untuk mengelola kondisi mereka. Namun, bagi kelompok marginal di Indonesia, akses terhadap pengobatan dan nutrisi seimbang seringkali menjadi tantangan yang serius. Kelompok marginal, yang mencakup masyarakat berpenghasilan rendah, daerah terpencil, dan mereka yang memiliki keterbatasan pendidikan, sering kali menghadapi berbagai hambatan yang menghalangi mereka untuk mendapatkan perawatan yang memadai.
ADVERTISEMENT
Salah satu faktor utama yang menyebabkan sulitnya akses pengobatan bagi penderita diabetes di kelompok marginal adalah keterbatasan ekonomi. Biaya pengobatan diabetes, termasuk pemeriksaan rutin, obat-obatan, dan perawatan kesehatan lainnya, dapat menjadi beban yang berat bagi keluarga dengan pendapatan rendah. Banyak dari mereka yang terpaksa mengabaikan pengobatan yang diperlukan karena tidak mampu membayar biaya pengobatan yang mahal. Selain itu, kurangnya asuransi kesehatan yang memadai juga memperburuk situasi ini, sehingga penderita diabetes tidak mendapatkan akses yang layak terhadap pelayanan kesehatan.
Di samping masalah ekonomi, faktor geografis juga berkontribusi terhadap sulitnya akses pengobatan. Banyak daerah terpencil di Indonesia yang tidak memiliki fasilitas kesehatan yang memadai, seperti puskesmas atau rumah sakit(Manita & Fahmi, 2024). Penderita diabetes di daerah terpencil sering kali harus menempuh jarak yang jauh untuk mendapatkan perawatan, yang dapat mengakibatkan keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan. Selain itu, keterbatasan transportasi dan infrastruktur semakin memperburuk situasi ini. Di banyak daerah, jalan yang tidak layak dan kurangnya sarana transportasi umum membuat perjalanan ke fasilitas kesehatan menjadi sulit. Hal ini dapat menyebabkan penderita diabetes enggan untuk melakukan pemeriksaan rutin atau mendapatkan pengobatan yang diperlukan. Akibatnya, mereka terjebak dalam siklus kesulitan untuk mendapatkan perawatan yang diperlukan.
ADVERTISEMENT
Nutrisi seimbang juga menjadi tantangan besar bagi penderita diabetes, terutama di kalangan kelompok marginal. Pola makan yang sehat dan seimbang sangat penting untuk mengelola kadar gula darah, namun banyak dari mereka yang masih belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang nutrisi yang tepat. Selain itu, akses terhadap makanan sehat, seperti sayuran, buah-buahan, dan sumber protein yang berkualitas, seringkali memiliki harga yang mahal sehingga masyarakat yang berpenghasilan rendah lebih memilih makanan yang lebih terjangkau, seperti makanan cepat saji dan makanan olahan. Makanan seperti ini biasanya memiliki kadar gula dan lemak dengan jumlah tinggi, yang dapat memperburuk kondisi diabetes. Hal ini menciptakan dilema bagi penderita diabetes di kelompok marginal, di mana mereka harus memilih antara biaya dan kesehatan.
ADVERTISEMENT
Kurangnya edukasi tentang diabetes dan manajemen nutrisi juga menjadi faktor yang memperburuk situasi ini. Banyak penderita diabetes di kelompok marginal tidak mendapatkan informasi yang cukup tentang cara mengelola penyakit mereka, termasuk pentingnya pola makan yang sehat dan pengobatan yang teratur(Rumagit et al., 2024). Program-program edukasi kesehatan yang tidak menjangkau kelompok ini membuat mereka tetap dalam ketidaktahuan, sehingga meningkatkan risiko komplikasi yang lebih serius.
Dalam hal ini, sangat penting untuk mengembangkan strategi yang komprehensif untuk meningkatkan akses pengobatan dan nutrisi seimbang bagi penderita diabetes di kelompok marginal. Pendekatan yang melibatkan pemerintah, lembaga kesehatan, dan organisasi non-pemerintah diperlukan untuk menciptakan program yang dapat menjangkau mereka yang paling membutuhkan. Dengan meningkatkan kesadaran, memberikan edukasi yang tepat, dan menyediakan akses yang lebih baik terhadap pelayanan kesehatan dan makanan sehat, kita dapat membantu mengurangi beban diabetes di kalangan kelompok marginal di Indonesia. Upaya ini tidak hanya akan meningkatkan kualitas hidup penderita diabetes, tetapi juga berkontribusi pada kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
DAFTAR PUSTAKA
Ardila, M., Humolungo, D. T. W. S., Amukti, D. P., & Akrom, A. (2024). Promosi Kesehatan Pencegahan dan Pengendalian Diabetes Melitus Pada Remaja. Jurnal Abdimas Indonesia, 4(2), 534–540. https://doi.org/10.53769/jai.v4i2.729
Manita, R., & Fahmi, H. S. (2024). Implementasi Pelayanan Surat Rujukan Pasien Peserta BPJS di Rumah Sakit Umum Daerah Bangkinang Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 001 Tahun 2012 Tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan. 4, 5442–5451.
Rumagit, F. C. D., Citraningtyas, G., Rundengan, G. E., & Farmasi, P. S. (2024). Pengaruh Pemberian KIE Terhadap Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus di RSU GMIM Tonsea Airmadidi. Jurnal MIPA, 13(2), 82–87.
Teknik, R., Ilmu, D., Alam, P., Asshar, B., Ulhaq Khoirunnisa, D., Hardhana, E. W., Novitasari, I. K., Paramitha, K. P., Paramesti, L., Himawan, J., Ariyanti, N. K., Azizah Akbar, N., Nur, &, & Aulia, A. (2024). Hubungan Konsumerisme Makanan Cepat Saji terhadap Kebiasaan Makan Mahasiswa Universitas Negeri Semarang Program Studi Gizi Angkatan 2023. Jurnal Angka, 1(2), 371–383. http://jurnalilmiah.org/journal/index.php/angka
ADVERTISEMENT
Ony Renaldy, Mahasiswa Sosiologi, Universitas Brawijaya