Konten dari Pengguna

Strategi Bisnis di Era New Normal: Mengubah Ancaman Menjadi Peluang

Erizal N
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Andalas
6 Oktober 2024 8:34 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Erizal N tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Erizal N
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Erizal N
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pandemi COVID-19 telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dunia bisnis. Krisis ini menciptakan kondisi yang penuh ketidakpastian, memaksa perusahaan untuk beradaptasi atau menghadapi risiko kehilangan daya saing. Memasuki era "New Normal," berbagai sektor industri mengalami pergeseran dramatis dalam cara mereka beroperasi, terutama dalam hal interaksi dengan konsumen, manajemen rantai pasok, serta penerapan teknologi digital. Namun, dalam ketidakpastian ini, muncul juga peluang baru bagi perusahaan yang mampu berinovasi dan mengembangkan strategi bisnis yang adaptif.
ADVERTISEMENT
Artikel ini akan mengupas bagaimana strategi bisnis dapat dirancang untuk mengubah ancaman di era New Normal menjadi peluang yang menguntungkan, dengan memanfaatkan data terbaru serta mempertimbangkan manfaat dan kendala yang mungkin dihadapi di masa depan.
1. Transformasi Digital sebagai Kunci Adaptasi
Era New Normal ditandai dengan adopsi teknologi yang lebih cepat daripada sebelumnya. Bisnis di seluruh dunia dipaksa untuk melakukan transformasi digital guna bertahan hidup. Mulai dari digitalisasi operasi hingga interaksi dengan pelanggan yang beralih ke ranah daring. Transformasi digital bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan mendesak yang memungkinkan bisnis untuk beroperasi secara lebih efisien, melayani pelanggan dengan lebih baik, serta memperluas pasar tanpa batas geografis.
Namun, tidak semua perusahaan siap untuk melakukan transformasi ini. Berdasarkan data dari McKinsey, hanya sekitar 30% perusahaan yang berhasil menjalankan transformasi digital dengan sukses. Perusahaan yang gagal biasanya terhambat oleh kurangnya infrastruktur teknologi, keterampilan digital yang minim di antara karyawan, atau resistensi terhadap perubahan dalam budaya organisasi. Oleh karena itu, tantangan utama dalam penerapan strategi ini adalah membangun infrastruktur teknologi yang solid, melatih sumber daya manusia, serta menciptakan budaya perusahaan yang mendukung inovasi.
ADVERTISEMENT
Keuntungan dari transformasi digital sangat besar. Selain memungkinkan perusahaan untuk merespons perubahan pasar dengan cepat, digitalisasi juga membuka pintu bagi peluang baru seperti e-commerce, automasi proses, dan penggunaan analitik data untuk pengambilan keputusan yang lebih tepat. Perusahaan yang berhasil menerapkan strategi digital dapat meningkatkan efisiensi operasional hingga 20-30%, sekaligus menawarkan pengalaman pelanggan yang lebih personal dan responsif.
2. Meningkatkan Ketahanan Operasional melalui Diversifikasi
Pandemi COVID-19 mengungkapkan betapa rapuhnya rantai pasok global. Banyak perusahaan mengalami gangguan yang signifikan dalam suplai barang, yang pada akhirnya mempengaruhi kemampuan mereka untuk memenuhi permintaan konsumen. Oleh karena itu, salah satu strategi utama yang harus diadopsi dalam era New Normal adalah diversifikasi rantai pasok.
Diversifikasi memungkinkan perusahaan untuk tidak terlalu bergantung pada satu pemasok atau satu sumber daya. Dengan mendiversifikasi pemasok, lokasi produksi, dan bahkan pasar konsumen, perusahaan dapat mengurangi risiko yang disebabkan oleh gangguan eksternal seperti pandemi atau ketidakstabilan politik. Misalnya, perusahaan yang mengandalkan pemasok dari satu negara saja, seperti China, selama pandemi mengalami kesulitan ketika negara tersebut melakukan lockdown. Namun, perusahaan yang telah mendiversifikasi rantai pasok mereka ke berbagai negara dapat menyesuaikan dengan cepat dan meminimalkan dampak gangguan tersebut.
ADVERTISEMENT
Selain itu, diversifikasi juga dapat membantu perusahaan menemukan peluang baru di pasar yang sebelumnya kurang dilirik. Misalnya, perusahaan yang sebelumnya hanya fokus pada pasar domestik kini dapat mulai mengeksplorasi pasar internasional melalui platform digital. Walaupun diversifikasi memerlukan investasi waktu dan sumber daya, manfaat jangka panjangnya berupa ketahanan operasional yang lebih besar sangat berharga.
3. Inovasi Produk dan Layanan
Perubahan perilaku konsumen selama pandemi memaksa perusahaan untuk berinovasi dengan cepat. Misalnya, konsumen yang sebelumnya lebih suka berbelanja langsung di toko fisik kini mulai beralih ke belanja online. Selain itu, ada peningkatan permintaan untuk produk yang mendukung gaya hidup yang lebih sehat dan lebih bersih. Bisnis yang mampu berinovasi dan menyesuaikan diri dengan tren ini akan memiliki peluang besar untuk tumbuh di era New Normal.
ADVERTISEMENT
Salah satu contoh inovasi yang sukses adalah perusahaan di sektor makanan dan minuman yang mulai menawarkan layanan pengiriman makanan siap saji atau bahan makanan yang dapat diolah di rumah. Selain itu, perusahaan juga harus mempertimbangkan untuk mengembangkan produk-produk baru yang relevan dengan kebutuhan konsumen saat ini, seperti produk kesehatan atau perangkat yang mendukung kerja jarak jauh.
Meskipun inovasi menawarkan peluang besar, ada juga tantangan yang harus dihadapi. Inovasi membutuhkan investasi, baik dari segi modal maupun waktu. Tidak semua inovasi juga akan berhasil, sehingga perusahaan perlu siap menghadapi risiko kegagalan. Oleh karena itu, penting untuk memiliki strategi manajemen risiko yang baik saat menjalankan inovasi.
4. Fleksibilitas dan Adaptabilitas dalam Model Bisnis
ADVERTISEMENT
Di era New Normal, fleksibilitas adalah kunci. Bisnis yang berhasil adalah mereka yang mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan. Salah satu aspek yang paling penting dari fleksibilitas adalah model bisnis yang adaptif, yang memungkinkan perusahaan untuk beralih dengan cepat antara cara-cara tradisional dan baru dalam beroperasi.
Misalnya, perusahaan yang sebelumnya beroperasi secara eksklusif melalui toko fisik sekarang perlu menyesuaikan model bisnis mereka untuk mendukung penjualan online. Hal ini bukan hanya tentang mengadopsi teknologi e-commerce, tetapi juga menyesuaikan seluruh proses operasional, mulai dari manajemen stok hingga distribusi. Perusahaan yang mampu memadukan antara model bisnis daring dan luring (omni-channel) akan memiliki keuntungan kompetitif yang besar di masa depan.
Selain itu, perusahaan juga perlu mempertimbangkan untuk menawarkan model bisnis yang lebih fleksibel kepada konsumen, seperti layanan berlangganan atau model bayar sesuai penggunaan. Dengan menawarkan fleksibilitas kepada konsumen, perusahaan dapat meningkatkan loyalitas pelanggan dan memastikan aliran pendapatan yang lebih stabil.
ADVERTISEMENT
Namun, fleksibilitas ini juga menghadirkan tantangan, terutama dalam hal pengelolaan sumber daya manusia. Perusahaan perlu memastikan bahwa karyawan mereka memiliki keterampilan yang cukup untuk mendukung model bisnis yang fleksibel. Selain itu, fleksibilitas dalam model bisnis juga harus diimbangi dengan manajemen yang efektif, agar tidak terjadi kekacauan dalam operasional sehari-hari.
5. Keberlanjutan sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang
Pandemi juga telah meningkatkan kesadaran tentang pentingnya keberlanjutan, baik dalam aspek lingkungan, sosial, maupun ekonomi. Perusahaan yang mengintegrasikan keberlanjutan ke dalam strategi bisnis mereka tidak hanya akan menarik konsumen yang lebih peduli terhadap isu-isu lingkungan, tetapi juga dapat meningkatkan efisiensi operasional dan mengurangi biaya dalam jangka panjang.
Misalnya, perusahaan dapat beralih ke energi terbarukan, mengurangi limbah produksi, atau menggunakan bahan baku yang lebih ramah lingkungan. Selain itu, perusahaan juga dapat fokus pada pengembangan produk yang mendukung gaya hidup berkelanjutan. Dengan memanfaatkan tren ini, perusahaan dapat membangun citra merek yang kuat dan meningkatkan daya saing di pasar global.
ADVERTISEMENT
Namun, mengintegrasikan keberlanjutan dalam bisnis bukan tanpa tantangan. Biaya awal untuk menerapkan praktik-praktik ramah lingkungan sering kali tinggi, dan perusahaan mungkin perlu waktu untuk melihat hasilnya. Selain itu, ada juga tekanan dari pemangku kepentingan yang mungkin lebih fokus pada keuntungan jangka pendek daripada keberlanjutan jangka panjang. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk memiliki komitmen yang kuat dan strategi komunikasi yang efektif untuk membangun dukungan dari berbagai pihak.
Era New Normal menghadirkan tantangan besar bagi dunia bisnis, tetapi juga membuka peluang baru bagi mereka yang mampu beradaptasi. Dengan menerapkan strategi yang tepat, seperti transformasi digital, diversifikasi, inovasi produk, fleksibilitas dalam model bisnis, dan keberlanjutan, perusahaan dapat mengubah ancaman menjadi peluang yang menguntungkan. Namun, untuk berhasil dalam implementasi strategi-strategi tersebut, diperlukan kesiapan mental, komitmen, dan investasi jangka panjang.
ADVERTISEMENT
Bisnis yang mampu mengelola perubahan dengan baik tidak hanya akan bertahan di era New Normal, tetapi juga berkembang dan memimpin di pasar yang semakin kompetitif. Dengan demikian, strategi bisnis di era ini tidak hanya tentang bertahan hidup, tetapi juga tentang menciptakan masa depan yang lebih baik, lebih inovatif, dan lebih berkelanjutan.