Cerita Nenek Sumina, Warga Terdampak Banjir Samarinda

Aksi Cepat Tanggap
Aksi Cepat Tanggap adalah organisasi kemanusiaan global profesional berbasis kedermawanan dan kerelawanan masyarakat global
Konten dari Pengguna
17 Juni 2019 17:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aksi Cepat Tanggap tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Nenek Sumina, biasa ia disapa, harus menghadapi banjir sendirian. Tidak ada keluarga, pun sanak-saudara.
Nenek Sumina
SAMARINDA - Sudah lebih dari satu pekan, banjir merendam kediaman Sumina, seorang nenek berusia 95 tahun yang tinggal di Jalan Gelatik, Kelurahan Temindung Permai, Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Sayangnya Nenek Sumina, biasa ia disapa, harus menghadapi banjir sendirian. Tidak ada keluarga, pun sanak-saudara.
ADVERTISEMENT
“Banjir sebelumnya tidak pernah separah ini, biasanya tidak sampai mengungsi. Sedang saya di sini tidak ada keluarga, tidak punya anak. Awalnya, saya pikir akan hadapi banjir sendiri. Tapi alhamdulillah ada tetangga suka bantu, meski mereka juga terkena banjir. Ada juga relawan yang datang memberi kami bantuan, baik makanan maupun tenda untuk saya mengungsi,” cerita Nenek Sumina.
Nenek Sumina juga mengungkapkan, selama satu pekan banjir merendam Kota Samarinda, selama itu pula aktivitas kesehariannya lumpuh. Ya, meski hidup sendiri, Nenek Sumina tetap berusaha untuk memperoleh rezeki. Ia biasanya berjualan sayur, kue, dan segala macam makanan di Pasar Segiri. Mencari nafkah sejak pukul 4 hingga 9 pagi, Sumina mengaku sudah berjualan selama 25 tahun.
ADVERTISEMENT
“Qadarullah, banjir justru membuat saya berhenti berjualan untuk waktu yang cukup lama. Kalau kondisi normal saja pendapatan saya tidak tentu, apalagi sekarang. Saya hanya bisa memohon kepada Allah, semoga semakin banyak lagi orang yang mau bantu kami, korban terdampak banjir. Semoga banjir juga lekas surut, supaya bisa pulang ke rumah, berjualan lagi,” tutur Nenek Sumina.
Hujan lebat dan meluapnya debit sungai sejak Kamis (6/6), telah memicu banjir bandang di hampir seluruh Kota Samarinda. Berdasarkan data dari BPBD Kota Samarinda, terdapat 13 kelurahan di 5 kecamatan dengan jumlah korban terdampak sebanyak 17.485 keluarga atau setara 56.123 jiwa. Salah satunya Nenek Sumina yang rumahnya juga turut terendam banjir.
Melalui tim Masyarakat Relawan Indonesia (MRI), keseriusan Aksi Cepat Tanggap (ACT) hadir dengan melakukan pendampingan. Ketua MRI-ACT Kalimantan Timur Nuraini menyebut, tim telah melakukan pendistribusian makanan bahkan obat-obatan kepada warga terdampak di hampir seluruh titik bencana. Setidaknya terdapat tiga ribu lebih barang kebutuhan pokok yang diberikan.
ADVERTISEMENT
“Hingga sekarang, kebutuhan yang masih dirasa kurang adalah perlengkapan bayi dan obat-obatan. Meski luas area terdampak terkadang menjadi kendala, alhamdulillah perjalanan pendistribusian kami selalu sampai. Sebab kami selalu mendapat bantuan dari pihak lain seperti BPBD, warga setempat, maupun lembaga lain,” ungkap Nuraini, Jumat (14/6).
Nuraini menambahkan, sebanyak 39 personil telah diturunkan dan disebar ke 12 titik terdampak. Hal tersebut dilakukan untuk mempercepat proses evakuasi dan pendistribusian bantuan. “Selama waktu emergency yang ditentukan, kami akan fokus pada aksi pascabanjir antara lain pembersihan rumah warga, rumah ibadah, bangunan sekolah, dan lainnya,” kata Nuraini.
Mengingat cuaca yang tidak menentu, pemerintah setempat memberi peringatan dini kepada seluruh warga Kota Samarinda untuk terus waspada hujan deras yang disertai angin kencang dan kilat, terutama pada pagi hingga siang hari. Selain itu, masa tanggap darurat pun diperpanjang hingga tanggal 21 Juni 2019. []
ADVERTISEMENT