Cerita Relawan 18 Jam Terombang-Ambing di Laut, Muntah, Mesin Kapal Mati 3 Jam

Aksi Cepat Tanggap
Aksi Cepat Tanggap adalah organisasi kemanusiaan global profesional berbasis kedermawanan dan kerelawanan masyarakat global
Konten dari Pengguna
26 Agustus 2021 16:22 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aksi Cepat Tanggap tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Anggota MRI Tanah Bumbu Anjar Sufangat terombang-ambing di tengah laut selama 18 jam dalam misi pengiriman bantuan kemanusiaan korban longsor di Pulau Matasiri, Kabupaten Kotabaru.
zoom-in-whitePerbesar
Anggota MRI Tanah Bumbu Anjar Sufangat terombang-ambing di tengah laut selama 18 jam dalam misi pengiriman bantuan kemanusiaan korban longsor di Pulau Matasiri, Kabupaten Kotabaru.
ADVERTISEMENT
JAKARTA– Relawan Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) Tanah Bumbu Anjar Sufangat memiliki pengalaman yang tidak bisa dilupakan. Ia terombang-ambing di tengah laut dalam misi pengiriman bantuan kemanusiaan.
ADVERTISEMENT
Tepat pada bulan Ramadan lalu, Anjar mengirim bantuan untuk korban longsor ke Pulau Matasiri di Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk menuju ke lokasi, tim MRI menggunakan perahu penangkap ikan milik salah seorang nelayan.
Kala itu gelombang air laut cukup tinggi. Deburan ombak menghantam karang dengan keras. Tidak ada nelayan yang mau mengantar tim MRI. Namun hanya ada satu nelayan yang berani mengantar ke pulau tersebut.
Perjalanan normal menuju lokasi memakan waktu kurang lebih delapan jam. Namun takdir berkata lain, gelombang tinggi menghantam perahu yang ditumpangi 15 orang. Mesin kapal pun mati. Tidak ada yang bisa dilakukan, perahu terombang-ambing tak tentu arah di tengah lautan.
“Semua relawan pasrah dengan kondisi ini, kami serahkan kepada Allah SWT. Gelombang cukup tinggi sehingga air masuk mesin perahu beberapa kali, mesin perahu mati. Saat itu kami tidak bisa makan sahur, semua isi yang ada di dalam perut kami muntahkan. Hampir semua relawan muntah-muntah tak berdaya dan sebagian dari kami tidur dalam kondisi basah terkena air ombak,” kata Anjar.
ADVERTISEMENT
Satu orang ABK terus berusaha menghidupkan mesin. Selama hampir dua jam mereka terus berusaha agar mesin bisa kembali dihidupkan. Upaya mereka gagal, mereka terpaksa harus menunggu lebih lama lagi.
Tiga jam sudah di tengah laut, akhirnya mesin pun hidup dan kembali melanjutkan perjalanan ke Pulau Matasiri. Akhirnya tim MRI tiba sampai tujuan dengan waktu kurang lebih 18 jam.“Semuanya terobati ketika melihat anak-anak pulau menjemput kami dengan menggunakan perahu sampan. Saya sangat beruntung dan bahagia bisa ikut dalam kapal kemanusiaan ini, dan ini suatu pengalaman berharga buat saya biarpun memerlukan perjuangan yang cukup panjang,” ucapnya.
Pendistribusian bantuan dilakukan hingga menjelang magrib. Seusai berbuka puasa dan melaksanakan salat tarawih, ia dan tim MRI kembali berlayar melanjutkan perjalanan pulang. “Kita ingin berbuat lebih banyak untuk orang lain, karena sebaik-baiknya manusia itu adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain, itu adalah salah satu motivasi kita,” ungkap Anjar.[]
ADVERTISEMENT