FoMO, Si Gak Mau Ketinggalan

Oryza Adira Sidly
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
17 November 2022 20:58 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Oryza Adira Sidly tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber: canva
zoom-in-whitePerbesar
sumber: canva

Apa itu FoMO?

ADVERTISEMENT
Fear of Missing Out yang biasa disingkat FoMO atau dalam bahsa Indonesia berarti "Takut akan ketinggalan suatu momen" merupakan perasaan cemas atau takut, yang muncul didalam diri seseorang saat dia ketinggalan seuatu hal baru, seperti berita, tren, informasi, dan hal-hal lainnya. Lalu rasa takut atau cemas ini mengacu atau mengarah pada perasaan atau persepsi bahwa orang lain bersenang-senang, menjalani kehidupan yang lebih baik, atau mengalami suatu hal yang lebih baik dari kehidupan yang kita jalani.
ADVERTISEMENT
Menurut Przybylski, seorang Profesor Human Behaviour and Technology di Universitas Oxford, FoMO dijelaskan sebagai ketakutan dan kecemasan yang dirasakan individu karena tidak terlibat dalam pengalaman menyenangkan bersama orang dekat disekitarnya sehingga membuat individu takut dan cemas akan diabaikan oleh mereka karena ia tidak terlibat dalam pengalaman tersebut.

Siapa yang FoMO?

FoMO bisa terjadi pada siapa saja tanpa memandang usia dan gender, bisa terjadi pada pria maupun wanita, dan usia muda hingga usia tua. FoMO juga bisa terjadi dimana saja, seperti di sekolah, di kantor, di lingkungan rumah, bahkan didalam rumah kita sendiri.

Kenapa kita bisa FoMO?

FoMO terjadi bukan tanpa alasan, ada beberapa hal yang dapat menimbulkan FoMO, contoh sebagai berikut:
ADVERTISEMENT

1. Penggunaan media sosial yang berlebihan

Berlebihan dalam menggunakan media sosial merupakan suatu hal yang sangat sering terjadi di lingkungan kita, tanpa pandang tempat dan waktu. Kita pasti senang membuka sosial media seperti intagram, tiktok, whatsapp, twitter dan lain-lain, mengobrol dengan teman atau keluarga, melihat teman kita melakukan suatu aktivitas, dan lain sebagainya. Awalnya hal tersebut merupakan hal yang biasa saja, tapi jika kita berlebihan menanggapai hal tersebut, lama-kelamaan akan muncul rasa iri, cemburu, atau tidak mau kalah pada diri kita. Hal itulah yang akan menimbulkan FoMO.

2. Memiliki hubungan sosial yang kurang baik

FoMO dapat terjadi karena seseorang tidak memiliki hubungan atau kedekatan yang baik dalam lingkungannya. Contoh, kita memiliki teman yang hanya sekadarnya, yang dimana saat bersama dengan teman kita, dia juga sibuk dengan dunianya sendiri. Hal ini menjadi salah satu penyebab seseorang beralih ke dunia media sosial untuk menemukan suatu hal yang dia cari.
ADVERTISEMENT

3. Memiliki rasa keberhargaan diri yang rendah

Ketika kita melihat kebahagian yang dimiliki orang lain, maka ada rasa cemas yang timbul di alam bawah sadar kita dan membandingkan dengan kehidupan kita yang sebenarnya. Hal tersebut sangat berbahaya terhadap perkembangan emosi dan juga harga dirinya. Hal tersebut disebabkan karena kita kurang mengapresiasi diri, kurang puas pada pencapaian diri, dan lama-kelamaan bisa selalu merasa diri kita kurang.

Ciri-ciri FoMO

Ada beberapa hal yang bisa kita perhatikan untuk mengidentifikasikan apakah kita FoMO atau tidak, seperti beberapa hal berikut :
ADVERTISEMENT

Dampak FoMO

Tidak hanya berdampak pada kehidupan sosial, ketakutan akan kehilangan suatu momen ini juga berdampak pada kesehatan dan finansial dan aspek lainnya. Berikut beberapa dampak yang timbul akibat FoMO:

1. Menimbulkan Perasaan Negatif

Seseorang yang terlalu sering melihat unggahan foto atau video kegiatan liburan orang lain akan merasa tidak nyaman dan kesepian. Kemudian menimbulkan overthinking saat mengetahui teman atau saudara pergi ke suatu tempat tanpa dirinya. Jika kita mengalami hal seperti ini, coba belajar mengendalikan perasaan negatif menjadi positif.

2. Meningkatkan Risiko Gangguan Psikologis

Penggunaan media sosial secara berlebihan bisa membuat seseorang menjadi mudah stres dan terobsesi ingin menampilkan yang terbaik. Jika dibiarkan terus menerus, tidak menutup kemungkinan FOMO akan meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental, seperti cemas dan depresi.
ADVERTISEMENT

3. Menurunkan Rasa Percaya Diri

Seseorang yang mengalami FOMO dan tidak bisa jauh dari media sosial bisa saja terdorong untuk membandingkan dirinya dengan orang lain, bahkan ada pula yang jadi sering mempertanyakan kemampuan diri sendiri. Akhirnya, mereka menjadi tidak percaya diri, kesulitan dalam bergaul, atau cenderung merasa rendah diri.

4. Mengganggu Produktivitas

FOMO dan kecanduan gadget bisa membuat seseorang lupa waktu dan hanya fokus pada dunia maya saja. Hal seperti ini bisa mengganggu konsentrasi saat bekerja atau belajar. Jika tidak diatasi, lama-kelamaan akan mempengaruhi produktivitas.

5. Gangguan Finansial

Individu yang terkena FOMO juga bisa mengalami perilaku konsumtif yang tak terkendali. Sebab, mereka cenderung memaksakan diri untuk membeli barang dan kebutuhan yang tidak mendesak hanya demi gengsi. Dengan kata lain, mereka mengikuti gaya hidup orang lain atau menjadi pribadi yang konsumtif hanya karena ingin mendapatkan pengakuan dari lingkungan.
ADVERTISEMENT

Cara mengatasi FoMO

Berikut beberapa cara mengatasi FOMO:

1. Bersyukur dan Berpikir Positif

Cara mengatasi FOMO adalah mengurangi pikiran negatif. Contohnya media sosial membuat seseorang cenderung membandingkan diri sendiri dan orang lain. Langkah sederhana yang harus dilakukan adalah bersyukur pada kehidupan dan berpikir positif. Langkah ini membuat kita berpikiran lebih baik dan berpuas diri. Pikiran positif membuat kita lebih fokus pada kehidupan nyata dibanding sosial media.

2. Membatasi Waktu di Media Sosial

Langkah kedua mengatasi FOMO yaitu membatasi waktu. Kita bisa memasang timer atau pewaktu aplikasi. Cara ini dapat membatasi diri kita untuk konsumsi media sosial setiap hari. Tetapkan batasan waktu menggunakan media sosial, contohnya dua jam sehari. Selain itu Kita bisa mengurangi aktivitas medsos ke kegiatan lain. Hal ini akan mengurangi FOMO dan kecemasan pada diri kita. Matikan pemberitahuan ponsel untuk mengurangi media sosial.
ADVERTISEMENT

3. Mengubah Konten Perasaan

FOMO bisa muncul ketika melihat konten di media sosial. Menyaring konten di sosial media membantu kita mengurangi FOMO. Contohnya saja kita menyembunyikan konten atau memblokir konten yang tidak disukai. Kita bisa mengubah linimasa di media sosial menjadi hal positif dan menyenangkan.

4. Meditasi

Langkah selanjutnya adalah meditasi. Olahraga menjernihkan pikiran ini bisa kita lakukan. Kita bisa mencoba untuk ikut kursus meditasi atau melakukannya di rumah. Kegiatan ini membantu kita untuk mengurangi konten negatif di media sosial.

5. Menikmati Proses

Langkah terakhir adalah menikmati proses kehidupan kita. Konten teman dan influencer di sosial media terkadang membuat kita cemas. Hal ini akan mengganggu kegiatan dan aktivitas sehari-hari. Menikmati proses termasuk langkah positif untuk mengurangi FOMO. Kita bisa fokus pada kehidupan diri sendiri dan bermanfaat di lingkungan. Luangkan waktu untuk melakukan hal menyenangkan bagi diri kita sendiri seperti olahraga, hobi, dan berkumpul bersama teman.
ADVERTISEMENT

Kesimpulan

Jadi, FoMO atau Fear of Missing Out merupakan perasaan cemas atau takut yang muncul didalam diri seseorang saat merasa tertinggal dengan sesuatu hal baru. Rasa takut atau cemas ini mengarah pada perasaan bahwa orang lain bersenang-senang, menjalani kehidupan yang lebih baik, atau mengalami suatu hal yang lebih baik dari kehidupan yang kita jalani. FoMO dapat terjadi dikalangan usia dan terjadi dimana saja. Terdapat beberapa hal yang dapat menimbulkan FoMO diantaranya yaitu penggunaan media sosial yang berlebihan, memiliki hubungan sosial yang kurang baik, memiliki rasa keberhargaan diri yang rendah. Agar seseorang tidak menjadi FoMO seseorang dapat melakukan cara diantaranya seperti bersyukur dan berpikir positif, membatasi waktu di media sosial, mengubah konten perasaan, melakukan meditasi, dan menikmati proses kehidupan.
ADVERTISEMENT
Referensi:
Abel, J. P., Buff, C. L., & Burr, S. A. (2016). Social media and the fear of missing out: Scale development and assessment. Journal of Business & Economics Research (JBER), 14(1), 33-44.
Anggraeni, E. K. (2021). Fear Of Missing Out (FOMO), Ketakutan Kehilangan Momen. Fear of missing out (FOMO), Ketakutan Kehilangan momen. https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13931/Fear-Of-Missing-Out-FOMO-Ketakutan-Kehilangan-Momen.html
Julian, T. S. (2022).Hati-Hati Kondisi Fomo Pada remaja, Dapat Mengganggu Kesehatan Psikologis: Theasianparent Indonesia.theAsianparent.https://id.theasianparent.com/fomo-pada-remaja