Konten dari Pengguna

Pendekatan Humanistik: Membangun Budaya Kerja yang Mendukung Kesehatan Mental

Vasya Lediana
Mahasiswi Administrasi Publik di Universitas Muhammadiyah Bandung
27 Oktober 2024 2:47 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Vasya Lediana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://pixabay.com/photos/stress-anxiety-depression-unhappy-2902537/
zoom-in-whitePerbesar
https://pixabay.com/photos/stress-anxiety-depression-unhappy-2902537/
ADVERTISEMENT
Dunia kerja saat ini telah mengalami perubahan yang sangat besar. Di tengah kemajuan teknologi dan tuntutan yang semakin tinggi, kita sering lupa bahwa di balik semua pencapaian dan target kerja, ada manusia-manusia yang memiliki perasaan, kebutuhan, dan batasan. Fakta yang mengejutkan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa masalah kesehatan mental di tempat kerja telah menyebabkan kerugian ekonomi global, yang mana mengharuskan kita untuk lebih membuka mata bahwa ada sesuatu yang perlu diperbaiki dalam cara kita mengelola lingkungan kerja.
ADVERTISEMENT

Teori Pendekatan Humanistik

Mari kita pahami lebih dalam tentang bagaimana menciptakan tempat kerja yang lebih manusiawi. Abraham Maslow, seorang psikolog terkenal, menggambarkan ini melalui teorinya yang terkenal tentang hierarki kebutuhan manusia. Mulai dari kebutuhan dasar seperti rasa aman dalam bekerja, hingga kebutuhan untuk mengembangkan diri dan mencapai potensi terbaik.
Carl Rogers, dengan teori Person-Centered-nya, menambahkan bahwa setiap individu perlu diterima apa adanya. Bayangkan bagaimana rasanya bekerja di tempat yang menghargai kekreativitasan Anda, tempat di mana Anda bisa menjadi diri sendiri tanpa takut dijudge. Ditambah lagi dengan Teori Self-Determination yang menekankan pentingnya memberikan kebebasan kepada karyawan untuk mengambil keputusan, mengembangkan kemampuan, dan membangun hubungan yang bermakna dengan rekan kerja.

Contoh Penerapan Pendekatan Humanistik

Beberapa perusahaan besar telah membuktikan bahwa pendekatan yang lebih manusiawi ini berhasil. Google, misalnya, melalui program "gPause" mereka, memberikan ruang bagi karyawan untuk beristirahat sejenak, menenangkan pikiran melalui meditasi, dan menjaga keseimbangan hidup. Hasilnya keterlibatan karyawan meningkat 12% dan tingkat kelelahan mental menurun 23%.
ADVERTISEMENT
Microsoft Jepang bahkan mengambil langkah lebih berani dengan menerapkan program 4 hari kerja dalam seminggu. Mereka fokus pada hasil kerja, bukan sekadar kehadiran di kantor. Maka dengan program tersebut, produktivitas berhasil meningkat hingga 40%. Membuktikan bahwa ketika kita memperlakukan karyawan sebagai manusia seutuhnya, hasilnya pun dapat sangat luar biasa.

Tips dan Solusi dalam Menerapkan Pendekatan Humanistik

Untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih manusiawi, ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan. Pertama, membangun rasa aman psikologis, di mana setiap orang merasa nyaman untuk mengungkapkan pendapat dan berbagi kesulitan yang dihadapi. Kedua, menciptakan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, misalnya dengan jadwal kerja yang fleksibel. Ketiga, mengembangkan pemimpin yang memiliki empati tinggi dan mampu memahami kebutuhan tim mereka.
Dalam praktiknya, perusahaan perlu menerapkan kebijakan yang mendukung kesehatan mental, seperti cuti kesehatan mental dan program konseling. Pelatihan mindfulness dan manajemen stres juga penting untuk membantu karyawan mengelola tekanan kerja. Tak kalah pentingnya adalah sistem dukungan sesama rekan kerja dan akses ke konselor profesional.
ADVERTISEMENT

Kesimpulan

Dengan menerapkan pendekatan yang lebih manusiawi ini, kita tidak hanya menciptakan tempat kerja yang lebih sehat dan menyenangkan, tetapi juga mendorong pertumbuhan organisasi yang berkelanjutan. Ingatlah, kesuksesan sejati sebuah organisasi tidak hanya diukur dari angka profit, tetapi juga dari seberapa baik organisasi tersebut memperhatikan kesejahteraan mental para karyawannya.