Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Hilmar Farid: Gendongan Bayi adalah Saksi Terjalinnya Relasi Sosial
18 Oktober 2017 12:47 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
Tulisan dari Pagar Dewo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya atas berlangsungnya pameran internasional yang diselenggarakan Studiohanafi bekerjasama dengan National Museum of Prehistory (NMP) Taiwan dan Museum Nasional RI bertajuk “Fertil, Barakat, Ayom; Budaya Gendongan Bayi” yang digelar di Jakarta, 19-29 Oktober 2017.
ADVERTISEMENT
Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud RI, mengungkapkan bahwa pemeran ini hendaknya menjadi inspirasi awal bagi siapapun untuk memperdalam dan memperkuat karakter bangsa. Karena menurutnya, persoalan utama kita saat ini adalah bagaimana kita bisa menciptakan "kebudayaan bersama".
Ia mengatakan, gendongan bayi adalah suatu produk teknologi dari masa tertentu sekaligus menunjukan karakter budaya pada masa tersebut. Gendongan bayi dengan karakter budayanya dimiliki oleh banyak budaya di dunia. Gendongan bayi memperlihatkan bahwa persoalan keinginan untuk sejahtera, penuh kasih sayang dan saling melindungi tetap universal meski berbeda secara geografis.
“Pameran Asia's Baby Carriers ini memberi gambaran umum tentang budaya gendongan bayi dan praktik pola asuh anak di beberapa kawasan Asia,” kata Hilmar dalam sambutan pameran ini.
ADVERTISEMENT
Ia menambahkan, memperhatikan perkembangan sosial-budaya masa sebelumnya menjadi salah satu kunci usaha untuk merancang masa depan.
“Gendongan bayi adalah artikulasi atas hakikat manusia: relasi. Di zaman kebebasan ekspresi dan hak-hak individu dijunjung tinggi, kita tetap tak mungkin luput dari hubungan dengan orang lain. Pameran ini hendaknya menjadi inspirasi awal bagi siapapun untuk memperdalam dan memperkuat karakter bangsa. Karena, persoalan utama kita saat ini adalah bagaimana kita bisa menciptakan ‘kebudayaan bersama’,” papar Hilmar Farid
Ia berharap, pameran ini menjadi momentum bagi kita untuk melihat bagaimana hubungan-hubungan tercipta, baik antara ibu-anak maupun antara masa lalu-masa kini. Selain itu juga melihat bagaimana hubungan-hubungan tersebut memengaruhi terbentuk dan terciptanya suatu makna.
Pameran ini dimulai dengan data penelitian prasejarah dan arkeologi di Taiwan berkaitan dengan pengasuhan dan perawatan anak yang dilakukan oleh perupa Hanafi. Salah satu tujuan penelitian ini ialah memberi gambaran budaya gendongan bayi dan tradisi membesarkan anak dari suku Minnan dan masyarakat berbahasa Austronesia di Taiwan.
ADVERTISEMENT
Anda dapat mencari tahu lebih banyak tentang Pameran "Fertil, Barakat, Ayom; Budaya Gendongan Bayi" via twitter @studiohanafi_ atau via laman facebook @studiohanafi dan www.studiohanafi.com