Bagaimana prosedur agar saya mendapatkan vaksin COVID-19?

Penerima vaksin akan mendapat SMS dari Kementerian Kesehatan dengan ID pengirim PeduliCovid. Penerima nantinya melakukan verifikasi dan registrasi ulang untuk status kesehatan, kemudian memilih tempat serta jadwal vaksinasi. Untuk daerah dengan kendala jaringan, proses verifikasi dan registrasi dilakukan oleh Satgas COVID-19 di kecamatan. Penerima juga menjawab pertanyaan untuk konfirmasi domisili dan screening penyakit penyerta.

Apakah anak-anak dan lansia akan mendapatkan vaksin COVID-19?

Menurut Permenkes Nomor 84 tahun 2020 tentang Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanganan Pandemi COVID-19 yang berlaku sejak 14 Desember 2020, lansia masuk dalam kelompok prioritas penerima vaksin COVID-19. Sementara anak di bawah 18 tahun belum masuk daftar penerima vaksin.

Apakah vaksin COVID-19 halal dan aman?

Pada 8 Januari 2021, Komisi Fatwa MUI menyatakan bahwa vaksin COVID-19 dari Sinovac suci dan halal. Adapun BPOM telah memastikan bahwa vaksin corona Sinovac aman digunakan, dengan tingkat efikasi sebesar 65,3 persen.

Apakah saya bisa terinfeksi COVID-19 setelah divaksin?

Ya. Para ahli mengingatkan, orang yang sudah divaksin masih ada kemungkinan terinfeksi COVID-19 dan menyebarkannya ke orang lain walaupun ia tidak mengalami gejala. Persentase ini terbilang kecil.

Mengapa vaksinasi COVID-19 perlu dilakukan?

Vaksinasi dilakukan untuk menurunkan jumlah pasien dan kematian akibat COVID-19, mendorong terbentuknya kekebalan kelompok (herd immunity), melindungi dan memperkuat sistem kesehatan masyarakat, juga menjaga produktivitas serta menurunkan dampak sosial ekonomi.

Siapa yang prioritas menerima vaksin COVID-19 di Indonesia?

Tenaga kesehatan dan petugas pelayan publik esensial sebagai garda terdepan, seperti TNI-Polri, Satpol PP, petugas pelayanan publik transportasi, dan lansia. Setelah itu, kelompok dewasa berusia 18 - 59 tahun.

Berapa kali saya harus divaksin?

Suntik vaksin COVID-19 dilakukan dua kali agar vaksin bekerja efektif. Adapun durasi waktu vaksinasi dosis pertama dan kedua tergantung pada produk vaksin yang digunakan.

Ada berapa vaksin COVID-19 di Indonesia? Siapa yang memproduksi?

Ada lima produk vaksin COVID-19 yang bakal digunakan Indonesia: Pfizer, AstraZeneca, Moderna, Sinovac, Novavax. BUMN Bio Farma akan memproduksi vaksin tersebut dalam bentuk bulk (bahan baku) menjadi vaksin siap pakai.

Apa yang harus saya lakukan setelah menerima vaksin COVID-19?

Orang yang telah divaksinasi tetap harus menjalankan protokol kesehatan 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan) serta mengurangi mobilitas. Vaksinasi dan strategi pencegahan bukanlah hal yang bertentangan, justru keduanya diperlukan guna menghentikan pandemi.

Apa efek samping vaksin?

Reaksi yang mungkin muncul setelah vaksinasi COVID-19 hampir sama dengan vaksin lain. Reaksi lokal, seperti: nyeri, ruam di kulit, bengkak pada tempat suntikan, selulitis. Reaksi sistemik, seperti: demam, nyeri otot seluruh tubuh, nyeri sendi, badan lemah, sakit kepala. Reaksi lain, seperti; reaksi alergi urtikaria, oedem, reaksi anafilaksis, pingsan.

Jika saya sedang atau pernah positif COVID-19, apakah saya bisa menerima vaksin?

Tidak harus. Menurut Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19, Prof. Wiku Adisasmito, mereka yang pernah positif dan sembuh dari COVID-19 tidak termasuk kelompok utama yang menerima vaksin karena telah memiliki antibodi alami. Pemerintah terlebih dahulu fokus menjalankan vaksinasi untuk tenaga kesehatan dan kelompok rentan.

Bisakah saya divaksin dengan produk berbeda pada suntikan pertama dan kedua?

Tidak. Berdasarkan Surat Keputusan Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, pemberian suntikan pertama dan kedua harus dengan produk vaksin yang sama.

Jika saya hamil atau sedang menyusui, apakah saya bisa menerima vaksin?

Tidak. Berdasarkan Surat Keputusan Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, perempuan hamil dan menyusui tidak mendapatkan vaksin COVID-19.

Jika saya memiliki penyakit penyerta, apakah saya bisa menerima vaksin?

Tidak. Berdasarkan Surat Keputusan Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, orang dengan penyakit penyerta (komorbid) tidak mendapatkan vaksin COVID-19.