Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Perilaku Klitih, Perkembangan Remaja dan Pendekatan Orang Tua Kepada Anak
15 Desember 2022 22:21 WIB
Tulisan dari Palasara Brahmani Laras tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Apa sih klitih itu? Jika merujuk pada pengertiannya kata klitih berasal dari bahasa Jawa yang berarti aktivitas untuk mencari angin di luar rumah. Kata klitih ini mendadak sangat tren dan banyak terdengar khususnya di daerah Yogyakarta. Pada mulanya, istilah klitih memiliki makna positif berupa seseorang yang sedang mengisi waktu luang, dari sebutan “Pasar Klitikan” Yogyakarta yang diartikan sebagai aktivitas santai sambil mencari barang bekas yang dalam bahasa Jawa berarti “klitikan”. Namun seiring berjalannya waktu, istilah klitih ini berubah menjadi sebuah tindak kejahatan menjurus kriminalitas dengan menyerang orang-orang secara tidak terduga. Korban dari Klitih ini tidak hanya menyasar pada kelompok tertentu, tetapi juga menyasar pada masyarakat umum secara acak berkeliling dan mencari musuh dengan melukai orang di jalanan.
ADVERTISEMENT
Melansir dari keterangan Polda DIY Jogja, jumlah kasus dan pelaku klitih di DIY mengalami peningkatan selama periode 2020-2021. Pada 2020, Polda DIY mencatat ada 52 kasus klitih dengan 91 pelaku diproses hukum. Kemudian sepanjang 2021 jumlahnya meningkat menjadi 58 kasus dengan 102 pelaku diproses hukum. Polda DIY menyebut sebagian besar atau 80 orang pelaku klitih pada 2021 berstatus pelajar. Sementara sisanya berstatus pengangguran. Jika dilihat dari alasan para pelaku, aksi ini lantaran ingin mendapatkan pengakuan dari teman-temannya. Remaja yang melakukan klitih mengklaim dirinya mendapatkan reputasi ‘bagus’ di lingkungannya dalam Geng pertemananya. Selain itu, permasalahan pribadi maupun keluarga membuat anak muda ini gampang terpengaruh kepada hal-hal yang negatif, sehingga cenderung menjadi seorang pelaku klitih.
ADVERTISEMENT
Kira-kira bagaimana peran kita sebagai orang tua dan guru ketika melihat keadaan dan fenomena ini? Apa yang seharusnya kita lakukan? Fenomena ini, kerap terjadi sehingga perlu kewaspadaan dan pencegahan yang sekiranya dapat dilakukan para orang tua, guru di sekolah dan masyarakat dalam membantu memperhatikan perkembangan anak remajanya. Kita perlu sekali memahami perkembangan anak dan peserta didik kita.
Melihat perkembangan masa remaja. Apa sih masa remaja? Kenapa dengan remaja? Masa remaja ini bisa dikatakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial, melansir dari World Health Organization (WHO), remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun dan belum menikah. Masa remaja merupakan proses berkembangnya identitas, apabila remaja gagal mengintegrasikan aspek-aspek pilihannya maka dia akan mengalami kebingungan. Untuk itu perlu bimbingan yang dilakukan kita sebagai orang tua dan guru agar para remaja tidak salah jalan dalam menjalani kehidupannya.
ADVERTISEMENT
Bagaimana perubahan mental dan emosional pada remaja? sebagai orang tua, tentu harus memahami karetristik dan perkembangan anak kita, beberapa karateristik perubahan mental dan emosional remaja seperti meningkatnya perhatian pada lawan jenis, rasa setia pada kelompok seusianya, mudah terpengaruh, bersifat egois, ingin memperoleh persamaan hak dan timbul rasa malu, kecewa dan tertekan. Lalu faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja itu apa sajah? Nah, para remaja dikenal juga memiliki emosi yang labil, karena sedang dalam masa peralihan antara masa anak menuju remaja. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya seperti perubahan jasmani yang cepat dari anggota tubuh, perubahan pola interaksi dengan orang tua, perubahan pandangan remaja terhadap dunia di luar dirinya dan perubahan interaksi dengan sekolah. Emosi ini jika dapat dikelola dengan baik akan membuat para remaja cenderung berperilaku positif dan lebih produktif.
ADVERTISEMENT
Bagaimana cara menghadapi anak yang beranjak remaja? yang bisa kita lakukan mulai dari mengerti dan memahami setiap karateristik dari anak kita, itu adalah hal yang harus kita lakukan sehingga perkembangan anak dapat terpantau dengan baik. Maraknya kasus kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini dan perilaku agresifitas para remaja yang menjurus ke arah kriminalitas, ini harus kita sikapi dengan serius untuk dapat menjaga dan memelihara anak didik kita agar berkembang dengan baik sesuai dengan tugas perkembangan, norma dan adat yang berlaku di masyarakat.
Hal yang bisa kita lakukan selanjutnya adalah mencoba menjalin hubungan yang baik dengan anak kita, bisa menjadi teman dan sahabat untuk mereka, mampu memberi kepercayaan pada remaja untuk menyelesaikan setiap permasalahannya dan memberikan kepercayaan pada remaja untuk bisa melakukan aktifitas sesuai dengan kemampuannya. Lalu apresiasi menjadi hal yang penting juga sebagai bentuk menghargai atas apa yang dilakukan oleh anak kita. Semoga kita senantiasa menjadi orang tua/ guru yang baik bagi anak didik kita.
ADVERTISEMENT