Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Padungku, Tradisi Syukuran Hasil Panen Suku Mori di Sulawesi Tengah
12 Juli 2019 17:05 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
ADVERTISEMENT
Warga Desa Beteleme bersama sejumlah warga desa lainnya di Kecamatan Lembo, Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah, Jumat (12/7), merayakan Padungku. Tradisi Padungku merupakan bentuk ucapan syukur masyarakat Suku Mori atas hasil panen setelah mengelola lahan pertanian selama setahun.
ADVERTISEMENT
Perayaan Padungku diikuti oleh seluruh warga desa. Di setiap rumah, warga siap menyambut tamu yang akan berkunjung. Kegiatan saling berkunjung ke rumah warga dari desa lainnya merupakan bentuk silaturahmi antara warga setempat dengan masyarakat yang merayakan Padungku.
Untuk melayani tamu, warga yang merayakan Padungku wajib menyiapkan berbagai hidangan hasil pertanian. Menu utama dalam ucapan syukur ini adalah dinaha atau nasi bambu.
Selain dinaha, berbagai hidangan disajikan untuk menjamu para tamu, baik hidangan khas Morowali Utara maupun jajanan pasar yang familiar ditemukan di banyak daerah. Saat menyantap dinaha, masyarakat biasanya akan menyiapkan lauk pauk pendamping berupa bebek (dangkot) yang dimasak dengan campuran rempah-rempah lengkuas, jahe, dan lainnya.
Selain kedua hidangan tersebut, masih banyak lagi hidangan lainnya yang disiapkan seperti burasa (lontong bersantan), ketupat, dan ikan bakar yang disiapkan tuan rumah.
ADVERTISEMENT
Padungku sebenarnya merupakan perpaduan antara tradisi adat masyarakat Nasrani khususnya Suku Mori dan Pamona, suku Kabupaten Poso, untuk mengucap syukur atas berkat yang telah Tuhan berikan.
Lazimnya, Padungku dilaksanakan setelah panen dan dikaitkan dengan acara keagamaan untuk merayakannya. Masyarakat desa mulanya akan mengikuti ibadah di gereja sebelum menyambut tamu di rumah masing-masing.
Padungku sudah menjadi tradisi mengucap syukur yang turun-temurun dilaksanakan Suku Mori. Tuan rumah pada perayaan Padungku akan bergiliran antara satu desa dengan yang lainnya, tergantung kesepakatan para tetua adat ataupun gereja setempat.
Kegiatan ini sendiri akan mulai dilaksanakan pada bulan Mei hingga berakhir pada bulan Oktober setiap tahun, disesuaikan dengan masa panen petani sebelum akhir tahun.
Saat merayakan Padungku, semua desa di Tanah Mori menggelar pesta. Namun, khusus bagi desa yang ditunjuk sebagai tuan rumah perayaan Padungku, dipastikan akan mengeluarkan dana lebih banyak ketimbang desa-desa lain. Semata, agar pelaksanaan tradisi ini berlangsung meriah.
ADVERTISEMENT
"Hari ini semua warga bersukacita atas penyertaan Tuhan dalam kebersamaan dan kerukunan masyarakat. Kita semua syukuri dalam perayaan Padungku tidak terkecuali semua umat beragama bersyukur bersama," ujar Krisdian Putra Tiaki, warga Desa Tingkeao, Kecamatan Lembo, Jumat (12/7).
Tokoh masyarakat setempat, Ebet Kristos, bercerita konon katanya masyarakat setempat akan melaksanakan molibu atau berkumpul di balai desa, membawa makanan masing-masing untuk disantap bersama. Namun seiring berjalannya waktu, molibu mulai ditinggalkan masyarakat dan lebih suka melayani tamu di rumah masing-masing.
"Selain itu, tuan rumah menyiapkan segala jenis masakan khas Suku Mori, menunggu dan menjamu tamu yang datang. Hal ini pun diramaikan dengan tari-tariaan Lulo, Laemba, Metingke, dan Dero," ujarnya.
Kontributor: Jul (Morowali Utara)
ADVERTISEMENT
Editor: Amar Burase