Bertaruh Nyawa Memburu Barang Rongsokan di Lokasi Likuefaksi Palu

Konten Media Partner
8 April 2019 19:52 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dua orang warga Petobo saat memotong besi sisa-sisa bangunan yang terdampak likuefaksi di lokasi likuefaksi Petobo, Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, Minggu (7/4). Foto: Dok. Palu Poso
zoom-in-whitePerbesar
Dua orang warga Petobo saat memotong besi sisa-sisa bangunan yang terdampak likuefaksi di lokasi likuefaksi Petobo, Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, Minggu (7/4). Foto: Dok. Palu Poso
ADVERTISEMENT
Sinar mentari bersinar terik pada Minggu (7/4) di lokasi bekas peristiwa likuefaksi di Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, Sulawesi Tengah. Namun kondisi tersebut tak menyurutkan semangat warga untuk mencari barang rongsokan di areal itu.
ADVERTISEMENT
Beberapa warga terlihat berseliweran mengamati setiap jengkal di lokasi tersebut, sekiranya ada barang yang masih bisa dimanfaatkan. Ada juga warga yang tengah menggergaji besi yang berhasil diperolehnya dari reruntuhan bangunan, sebelum dijual kepada pengepul barang rongsokan.
Selain puing-puing reruntuhan bangunan yang banyak berserakan di lokasi Petobo menjadi sasaran para pencari barang rongsokan. Wilayah yang tertimbun tanah sisa-sisa peristiwa likuefaksi juga jadi incaran mereka.
Tak peduli dengan tenaga ekstra yang harus dikeluarkan terlebih dahulu oleh warga. Hal ini mereka lakukan karena harus menggali lubang di tumpukan lumpur yang sudah mengering itu sedalam lima meter. Bahkan tak jarang warga harus menggali sedalam hingga 10 meter untuk mendapatkan sisa-sisa barang rongsokan peristiwa likuefaksi.
ADVERTISEMENT
Mengapa warga harus terlebih dahulu menggali lubang hingga sedalam 10 meter, bahkan lebih? Sebab, rumah-rumah warga yang terkena likuefaksi dibarengi penimbunan lumpur bergerak. Ibaratnya rumah sudah terperosok ke dalam bumi ditambah lagi timbunan lumpur di atasnya. Sehingga, wajar jika untuk mencari barang rongsokan di dasarnya, harus menggali lubang yang cukup dalam.
Entah disadari atau tidak oleh para pencari barang rongsokan tersebut, menggali lubang di lokasi bekas likuefaksi ibaratnya mempertaruhkan nyawa mereka. Struktur tanah di lokasi tersebut sangat labil karena sisa lumpur yang mengering.
Dua orang warga Petobo saat memotong besi sisa-sisa bangunan yang terdampak likuefaksi di lokasi likuefaksi Petobo, Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, Minggu (7/4). Foto: Dok. PaluPoso
Tapi bagi Suparji (45 tahun), warga Petobo yang beberapa pekan belakangan ini mulai mencari barang rongsokan dengan cara menggali lubang di areal bekas peristiwa likuefaksi, adalah hal yang lumrah. Dia dibantu anaknya yang masih duduk di bangku SMK, sepulang sekolah mencari barang rongsokan di areal bekas likuefaksi tersebut.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, di bawah timbunan tanah bekas likuefaksi ini masih banyak terdapat harta peninggalan warga yang masih utuh. Misalnya, uang dan perhiasan warga yang tak sempat diselamatkan dari likuefaksi. Bahkan menurutnya, masih banyak mobil-mobil warga yang tertimbun di bawah lumpur yang sudah mengering tersebut.
“Biasanya warga dapat barang –barang berharga milik warga yang tak sempat diselamatkan,” ujarnya.
Suparji mengakui, ia bersama warga pencari barang rongsokan pada dasarnya bukan mencari barang-barang berharga warga yang tak sempat diselamatkan. Melainkan hanya mencari sisa-sisa reruntuhan bangunan yang tertimbun lumpur seperti besi bangunan.
“Tapi karena harus digali dulu untuk mendapatkan reruntuhan bangunan di bawah tanah, makanya saat menggali jika ketemu dasar, biasa didapat mobil dan sebagainya,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Suparji mengatakan, penghasilan dari mengumpulkan barang-barang rongsokan bisa menopang untuk sementara waktu keperluan sehari-hari keluarganya. Ia juga mengakui bisa mengumpulkan barang rongsokan dalam sehari rata-rata 50 kilogram. Biasanya kata Suparji, para pengepul barang rongsokan menetapkan harga besi bekas sebesar Rp 3 ribu per kilogram. Artinya, Suparji bisa membawa pulang rata-rata Rp 150 ribu dalam sehari.
Hal lain dikatakan, Saleh (60), meski bantuan ke pengungsian tak ada lagi. Namun dia saat ini bisa menghidupi keluarganya di pengungsian dengan cara mengumpulkan barang-barang rongsokan di lokasi likuefaksi Petobo.
"Lumayan, selama aktivitas kami di lokasi ini, alhamdulillah bisa membantu menghidupi keluarga di Pengungsian," ujarnya.
Salah satu titik lokasi di kawasan likuefaksi Petobo, Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, Sulawesi Tengah, yang digali oleh warga untuk mencari barang rongsokan sisa likuefaksi di wilayah itu, Minggu (7/4). Foto: Dok. PaluPoso