Biaya Kuliah Mahal, Remaja di Palu Buka Usaha Makanan Khas

Konten Media Partner
18 Juli 2020 10:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sulistio Anggriawan, salah satu remaja yang baru lulus dari bangku sekolah atas di Palu bergerak di usaha kuliner demi biaya kuliah keperguruan tinggi. Foto: Kristina Natalia/PaluPoso
zoom-in-whitePerbesar
Sulistio Anggriawan, salah satu remaja yang baru lulus dari bangku sekolah atas di Palu bergerak di usaha kuliner demi biaya kuliah keperguruan tinggi. Foto: Kristina Natalia/PaluPoso
ADVERTISEMENT
Pagi hari menjadi semangat bagi Sulistio Anggriawan dalam memulai aktivitasnya. Ia tampak sibuk mempersiapkan kebutuhan sebagai bahan menu makanan yang akan ia jual di hari itu.
ADVERTISEMENT
Aktivitas ini mulai ia jalani setelah menamatkan pendidikannya di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) di tahun 2020 ini.
Remaja kelahiran 2002 yang akrab disapa Anggi ini baru sepekan menjalankan usaha kedai rumahan makanan khas Palu.
Tingginya biaya masuk pendidikan tinggi jadi alasan Anggi berani membuka usaha kecil-kecilan.
“Meskipun untungnya belum besar, yah setidaknya bisa menambah untuk keperluan masuk kuliah nanti,” katanya.
Menu boleh sama tapi rasa sudah pasti beda, soal menu makanan khas Palu yang satu ini selalu mengundang selera makan. Nasi jagung, sayur kelor, ikan palumara dan ikan asin bakar tumbu rica-rica jadi menu utama yang dijual Anggi.
Pilihan menu ini tidak secara tiba-tiba dipilih Anggi. Masakan khas ini pernah dijual sang nenek sejak tahun 1987, namun terhenti setelah sang nenek Rugaia wafat di tahun 2010.
ADVERTISEMENT
Anggi pun berinisiatif untuk menggunakan nama sapaan akrab sang nenek sebagai nama kedainya. Kedai Ina Ruga Since 1987 adalah nama yang digunakan Anggi untuk memperkenalkan kembali masakan khas Palu resep keluarganya.
Keinginan Anggi sangat besar untuk menghidupkan kembali resep keluarga yang penah padam setelah kepergian sang nenek.
Ia pun tidak bekerja sendiri, anak ke 2 Rugaia yakni Romiyanti (49), dilibatkan untuk menghadirkan cita rasa resep keluarga.
“Idenya dari mau masuk kuliah, karena tidak mau juga susahkan orang tua, coba ulang buka usaha yang baru dulu,” ujar Anggi.
Suasana tempat usaha rumahan Anggi, remaja yang baru tamat di bangku sekolah atas di Palu. Foto: Kristina Natalia/PaluPoso
Modal Anggi pun tak banyak, di tengah pandemi COVID-19 ini, ia memasarkan makanan melalui pesan antar.
Kedai rumahan ini sudah menjadi ciri khas keluarga Anggi sejak sang nenek mulai membuka rumah makan makanan khas Palu pada 1987. Memasak dengan cara tradisional menggunakan kayu bakar membuat makanan semakin enak.
ADVERTISEMENT
“Mempertahankan cara masak dari nenek dan penjualan di hari pertama Alhamdulillah cepat habis,” kata Anggi.
Selain menjual menu khas Palu, Anggi juga menjual makanan khas Indonesia yakni nasi kuning. Sejak dulu nasi kuning nenek Ruga jadi andalan di Wilayah Kelurahan Nunu.
Rasa nasi kuning yang disajikan sederhana dengan ikan suir-suir jadi favorite pelanggan.
“Kita tetap pertahankan sajian sederhana nasi kuning itu. Bukan tampilan tapi kita buat yang terpenting adalah rasanya yang 1987 tidak berubah,” ujarnya.
Anak bungsu dari pasangan Anwar dan Rahmawati ini juga perlahan membuka kedai di kediamannya Lorong Pambokena, Jalan Jati, Kelurahan Nunu, Kecamatan Tatanga, Kota Palu, Sulawesi Tengah.
“Dulu nenek juga jualan begitu awalnya, dari rumahan terus pindah ke pinggir jalan dan lahannya yah orang pinjamkan,” cerita Anggi.
ADVERTISEMENT
Menurut Anggi, selain pendapatan usahanya akan membantu untuk biaya kuliah, ia juga secara tidak langsung memperkenalkan dan mempertahankan makanan khas asal Kota Palu agar tetap menjadi kuliner andalan.
“Apalagi kelor kan baik untuk kesehatan,” kata Anggi.